Sterotype, Kerja di bank Harus Good Looking, Benarkah?

Tuesday, April 18, 2017

Halooo, banker’s life dah lama ngga muncul, hahahah karena saya lagi ……. Ya lagi males aja. Apasih alasan lain orang ngga melakukan sesuatu selain malas.

Tapi hari ini saya mau nulis yang ringan aja, bukan tentang produk bank.

Saya mau bahas soal stereotype bahwa pekerja di bank itu HARUS cantik

Uwuwuwuwuwuwuwu

Kenapa?

Karena bahasan ini menarik.

Saya beberapa kali membaca keluhan orang, bahkan kemarin sempet ada demo dimana saya lupa, yang isi demonya kira-kira menuntut agar perusahaan ngga pilih kasih, ngga memilih pekerja “hanya” berdasar penampilan saja. Sampai ada tulisan semacam spanduk atau apa ya namanya di kertas putih gitu isinya “ Nilai kami dari otak kami, bukan dari fisik”


Lupa, isi lengkap, tapi pointnya itu, bahwa banyak perempuan (laki-laki mungkin juga yah) yang merasa keberatan dan merasa diperlakukan tidak adil, saat perusahaan mensyaratkan penampilan sebagai salah satu criteria dalam menerima seseorang bekerja.

Ini kita batasi hanya untuk penerimaan front liner ya, dan saya batasi lagi hanya di bank, biar ga meleber kemana-mana dan ngga miss persepsi. Lha iya, karena saya kan kerjanya di bank, kurang kompeten kalau ngomongin perusahaan lain.


Benarkah sterotype bahwa bekerja di bank itu harus cantik?


Nih, saya kasih tau yah. Itu tidak benar, itu SALAH.


Iya, saya jawab salah, karena memang ngga bener itu.

( Baca : Sterotype banker )

Di bank itu ada banyaaaak banget bagian-bagiannya. Tapi bisalah kita kategorikan jadi 3 bagian besar, yaitu :


  • Front liner (front office ) yang kerjaannya ya di depan, seperti customer service, teller, satpam.
  • Back office , ini kerjaannya administratif, seperti administrasi kredit, logistik, IT.
  • Marketing, sesuai namanya ya kerjannya sebagai tenaga pemasar, kalau di bank, namanya account officer untuk bagian kredit, funding officer untuk bagian dana.


Kalau dilihat dari jalur masuknya, terdiri dari 3 jalur masuk

  • Penerimaan untuk frontliner dan back office
  • Penerimaan marketing
  • Penerimaan jalur ODP/PPS



Nah, kalau kalian bilang kerja di bank maka harus cantik/ganteng.


Salah


Karena namanya kerja dimanapun memang ada porsinya masing-masing.

Ada pekerjaan yang memang butuh kepintaran, ada pekerjaan yang butuh penampilan, ada pekerjaan yang butuh tenaga.

Tidak bisa kita pukul rata, bahwa saat sebuah perusahaan mencantumkan “ berpenampilan menarik” sebagai salah satu kriteria calon karyawannya trus kita bilang perusahaan tersebut diskriminatif.


No.

Contohnya kalau di bank, ada yang namanya penerimaan melalui jalur ODP ( Officer Development Program ) ini sejenis dengan management trainee yang tujuannya memang perekrutan untuk penempatan level manajerial.

Untuk jalur penerimaan seperti ini, mau di bank, atau mau di perusahaan apapun yang bergerak di bidang apapun, sangat jarang menerapkan penampilan menjadi syarat utama. Yang utama pasti otaknya, kepintarannya, penampilan jadi syarat penunjang.

Ngga herankan, lihat perempuan-perempuan tangguh di perusahaan oil and gas yang wajahnya biasa aja. Mungkin malah ngga menarik, mungkin pendek, mungkin item, mungkin rambutnya tidak menjuntai indah.

Ini saya pakai defenisi cantik secara umum yang berlaku di masyarakat ya.

Sama juga, kalau kalian lihat di bank-bank, untuk level ODP ke atas, banyak kok yang wajahnya biasa aja, tapi pintar-pintar kayak gw

Karena apa?

Karena memang level pekerjaannya butuh kompetensi tinggi, bukan butuh penampilan menawan.

Saya contohkan di bank. Untuk level ODP, kerjaan utamanya secara garis besar bisa dibilang adalah menganalisa.

Bisa menganalisa kredit murni atau menganalisa perkembangan ekonomi, menganalisa aturan perkreditan, menganalisa kebutuhan logisik, you named it, intinya menganalisa untuk kemudian merumuskannya menjadi suatu aturan. Atau menganalisa untuk kemudian dirumuskan menjadi prakarsa kredit. Atau menganalisa untuk kemudian diambil keputusan deal or not deal.

Intinya ya kerjaannya memang butuh kepintaran di atas rata-rata, ngga cukup cuma “cantik doang” trus bisa diterima.

Namun ada juga pekerjaan yang memang kompetensi kayak kepintaran or kemampuan analisa atau kemampuan mengambil keputusan tidak terlalu penting, tapi yang dibutuhkan adalah penampilan oke.

Inilah yang didefinisikan ke lembar persyaratan lamaran kerja menjadi good looking, berpenampilan menarik. Menarik itu defenisinya kan luas ya, karena kata teman saya cantik itu relative, jelek itu mutlak, lol. Becanda ya gengs. Maksudnya bahkan orang yang dibilang cantik pun masih relative karena sangat subjektif, makanya digunakan kalimat berpenamilan menarik, karena yang dilihat itu satu keatuan utuh, ngga hanya wajah doang, tapi sikap, body language dan pembawaan diri.

Dalam hal ini customer service atau front liner masuk kategori ini.

Front liner itu orang yang bekerja di garis depan, yang melayani nasabah, meliputi pembukaan rekening, penutupan rekening, informasi awal , tarik setor tabungan, menangani complain, yah semacam itu.

Pekerjaan ini, mungkin kita kalau orang awam melihat, bakal mikir kayak yang saya bilang di atas tadi “ Yah harusnya pilih yang pinter dong, masa lihat penampilan doang”


Ya harusnya emang pinter dan cantiklah.

Yup, mau kerja dimanapun, mana ada sih perusahaan yang mau terima orang ngga pinter, pasti semuanya mau dapat pekerja yang terbaik.

Namun untuk pekerjaan yang memang job desknya adalah pelayanan, mau perusahaan apapun pasti, PASTI bakal melihat penampilan dulu baru ke kompetensi berikutnya.

Nah ini yang harus dimengerti, bahwa kompetensi yang dibutuhkan di setiap level pekerjaan itu berbeda. Untuk frontliner, kompetensi yang dibutuhkan secara garis besar itu meliputi kompetensi pelayanan, keramahan, ketenangan, ketelitian. Kalau mau disederhanain lagi bahasanya, ya karena bagian ini ibaratnya bagian wajahnya sebuah perusahaan,jelaslah perlu yang good looking.

Apalagi bagian frontliner ini adalah bagian pertama yang akan menerima complain dari nasabah. Nah bayangkan kalau nasabah lagi marah, trus ketemu CS yang ayu, senyumnya manis, suaranya lembut, tenang, minimal pasti bakal adem dulu, ayem tentrem.

Pas datang tadi kemarahannya ada di level 10, ketemu mba CS langsung turun ke level 6, komplainnya didengerin turun ke level 4, komplainnya dilayani turun ke level 2, saat akhirnya komplainnya terselesaikan, dia udah di level nol. Keluar dari banking hall wajahnya udah berseri lagi.

Nah bayangkan, kalau mba CS nya wajahnya kurang sedap dilihat, kalau dalam kondisi biasa mungkin nga masalah, tapi orang kalau sedang marah, bawaannya udah kayak orang PMS, semua salah. Nasabah datang marah level 10, ketemu mbanya mungkin turunnya cuma di level 9, dan sampai akhirnya terselesaikan mungkin kemarahannya masih di level 4 atau 5. Keluar banking hall dia masih memendam kekesalan.

Oke, ini subjektif sekali, tapi ya itu gambaran kasarnya aja.

Ngga hanya frontliner, bagian marketing ya 11 -12. Penampilan tetap menjadi hal yang dilihat pertama kali. Karena sama dengan front liner, marketing itu pekerjaannya yang memang ketemu sama orang lain, negosiasi, menawarkan produk dengan tujuan agar si calon pembeli tertarik dan membeli dagangnnya.

Dan lagi-lagi, naturally (istilah apa ini) orang biasanya akan mudah tertarik berbicara dan memberi perhatian kepada seseorang dengan penampilan menarik.


Lho jadi jual tampang doang?




TETOT, nah disinilah miss nya.


Jadi begini mba sis yang mungkin tersinggung atau marah karena ngga keterima kerja gegara penampilan.

Saat ini jumlah suplly pekerja itu jauuuuh lebih banyak daripada ketersediaan lapangan pekerjaannya.

Nah untuk pekerjaan frontliner saja, yang sebenarnya prasyaratnya hanya lulusan D3, atau mungkin SMA, tapi yang mendaftar itu para sarjana (lha iya sekarang semua orang bisa dibilang sarjana kecuali yang ngga sarjana= logic ,LOL).

Para sarjana tumpah ruah bersaing memperebutkan jatahnya anak SMA atau lulusan D3. Dan yang mendaftar ini banyaaaaaaaaaaak banget yang penampilannya memang oke punya. Terserah yam au polesan mau alami, yang pasti good looking.

Sebulanan yang lalu, saya baru saja melakukan perekrutan pekerja untuk unit kerja saya. Saya hanya butuh frontliner kurang dari 10 orang.

Yang mendaftar berapa???? Beugh hamper seratus orang, soalnya ini hanya penerimaan lokal doang.

Sungguhlah sekarang ini banyak banget pencari kerja dibanding ketersediaan lapangan kerja (iya neng, seluruh manusia di muka bumi ini juga tau kenyataan ini).

Dan yang paling bikin saya agak merenung, yang mau diterima ini levelnya frontliner, pekerja kontrak bukan pekerja tetap alias kalau saya di posisi mereka mungkin saja saya ngga akan tertarik (MUNGKIN LHO tapi bisa jadi ngga).

Syaratnya D3 tapi yang datang widih paling hanya 2 sampai 3 oranglah yang D3, sisanya S1, dari jurusan ekonomi, informatika, teknik, hukum, dan dari Universitas negeri atau swasta yang bagus-bagus yang ngga cuma dari Medan.


Sampai bagian ini saya membatin, duh beneran mah sekarang cari kerja pasti susah banget.

Yang melamar ini beragam, dari level kepintaran biasa banget, biasa, mayan, sampai pinter. Tapi semua IP di atas 3, padahal sebenarnya syaratnya IP hanya 2,75 saja (I know, IP ngga menjamin sis tapi itu tiket melamar ya kan )

Dari level penampilan, mulai dari ehhm tidak cantik, biasa aja, mayan cantik, cantik, cantik banget, cantik sempurna.

Cantik sempurna itu yang head to toe ciamik parah. Udah cantik wajahnya, tinggi, rambutnya bagus, bicaranya santun, suara lembut, dan pintar. Nah ini yang saya sebut cantik sempurna.

Dalam perekrutan ini saya bukan si pemutus, saya hanya si perekomendasi , karena keputusan tetap di tangan TUHAN. Iyalah banyak-banyak berdoa makanya kalau lagi cari pekerjaan.

Untuk menentukan siapa yang harus direkomendasikan itu ternyata lumayan susah. Saya pikir selama ini itu hal yang mudah, ternyata ngga samsek. Karena kalau mau dibawa ke perasaan, saya mikir banget mungkin ini harapan mereka untuk bekerja, mungkin ini akan menentukan nasib mereka ke depan, dan perasaan mellow yellow lain.

BUT

Kapasitas saya bukan kapasitas yang harus mellow yellow saat ini melainkan harus berfikir untuk kepentingan perusahaan. Bisnis is bisnis.

Jadi jangan salah ya , saat kalian ngga diterima bekerja sebagai front liner ,bukan berarti itu karena penampilan kalian, sebenarnya ngga juga lho.

Bisa jadi dan saya rasa ini sangat mungkin terjadi, ya karena saingannya jauh lebih baik, udah cantik, mayan pinter pulak.

Saya bilang lumayan karena sekali lagi, kompetensi untuk frontliner itu berbeda dengan untuk ODP.

Maka saat kalian merasa, “Aku pintar, kok aku ngga diterima kerja sih untuk posisi CS atau teller, pasti ini karena aku kurang menarik”.


WRONG


Yang bener itu, saingan kamu lebih menarik dan dia juga pintar.




Jadi urutannya itu, kalau missal ekstrimnya harus memilih hanya satu pekerja untuk diterima sebagai FL, gini nih:


Sama-sama pinter, tapi satu cantik satu kurang cantik, ----> pilih yang cantik

Sama-sama cantik, tapi satu pinter satu ngga bego-bego amat --->; pilih yang paling cantik

Sama-sama tidak cantik, tapi sama-sama pintar --->; tawarkan jadi back office

Sama-sama tidak cantik, dan tidak pintar --->; lihat berkas lain

Ada yang pinter dan cantik banget , solehah pula, pinter masak, alisnya bagus --->; jadikan istri, LOL


Jadi ya tetep, yang dipilih itu yang secara penampilan menarik dan yang bisa memenuhi criteria untuk jadi frontliner. Jangan underestimate bahwa kalau yang diterima itu cantik, maka dia bego, nggalah. Masa kamu ngga yakin sih ada orang cantik dan juga pintar di dunia ini.


Berarti kalau aku ngga cantik padahal aku pinter aku ngga bisa kerja di bank?

Tetot, Wrong lagi.

Bisa banget dan ngga harus di bank.

Semua pekerjaan bisa kamu dapatkan, tapi ya cari yang memang memerlukan kompetensi yang ada di dirimu.

Kalau mau tetep kerja di bank, masuk dari jalur ODP, bersaing secara akademis.

Kamu pinter banget, yaelah ngapain melamar jadi FL, lamar perusahaan unileverlah, oil and gas, jadi penulis, jadi jurnalis

My point is.

Jangan denial jika misal kita ngga mendapat pekerjaan , trus nuduh ‘ INI PASTI KARENA PERUSAHAAN ENTU CUMA MAU PILIH YANG CANTIK AJA, HUH DASAR "DISKRIMINASI”


Kagaklah.

Ya terima kenyataan bahwa semua perusahaan yang orientasinya memang laba, ya pasti tujuannya gimana caranya memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan profit. Salah satu caranya ya dengan memilih pekerja yang fit dengan bidang kerjanya.

Fit dengan bidang kerjanya itu artinya ya sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.



  • Cari dana, melayani nasabah --- penampilan is a must
  • Back office , support --- Cari yang tekun, yang teliti, cekatan
  • Menganalisa, memimpin -- Cari yang kompetensi super komplit.


Jadi harusnya ngga perlu ada spanduk-spanduk soal deskriminiasi perusahaan dalam mencari pekerja.

Ngga perlu sama sekali, karena perusahaan juga ngga begolah nerima pekerja yang cantik doang tapi “hah hoh” misalnya.
Kalaupun ada, pasti ada pertimbangan lain, misal dia cuantik mampus level wajah Dian Sastro, body Miranda Kerr, sampe bisa dipastikan, saat ketemu client maka bisa langsung deal masuk sekian M misalnya.


MAKA

DIULANGI

MAKA


Jika kamu tidak ingin dihargai sebatas penampilanmu, jadilah perempuan yang pintar.

Jika kamu ingin dihargai bekerja lebih dari sekedar penampilan, jadilah perempuan yang cerdas.

Lagi, meskipun kamu bekerja sebagai frontliner yang sterotypenya bahwa “ Ih pasti dia modal tampang doang, otaknya pasti ngga sepadan”, ya buktikan, Buktikan ngga seperti itu, buktikan bahwa kamu diterima jadi frontliner karena kamu cantik dan pintar, karena teman kamu yang cantik yang lain toh ada yang keterima.

Jika kamu tidak terima perempuan kok didiskriminasi berdasarkan penampilan fisik saat mencari pekerjaan.


TETOT, kamu salah lagi.


Ngga ada diskriminasi, mereka hanya menempatkan sesuatu sesuai porsinya.


Saat kamu berpenampilan cantik, rupawan ,” Kok aku dimanfaatin perusahaan untuk menggaet client nih”


Ya jangan mau. Tapi karena tugas kamu adalah memang untuk membuat client deal ya gunakan keahlianmu dalam hal marketing untuk menggaet nasabah, jangan gunakan fisikmu.

Iyes, semua kendali ada di tangan kita kok sebenernya.

Kamu mau kerjaan yang mengutamakan penampilan?

Ya ada tempatnya

Kamu mau pekerjaan yang mengutamakan otak?

Banyak banget tempatnya

Kamu ngga mau dianggap diterima kerja karena penampilan doang?

Ya Buktikan


Intinya

Akhirnya ke intinya.

Jangan menyalahkan orang atas apapun kegagalan atau ketidakmampuan kita. Even itu perkara soal good looking or bad looking, karena kendali hidup bukan di tangan perusahaan-perusahaan itu, tapi ada di tangan kita.


Ngga mau terima dengan aturan perusahaan yang menurut kamu diskriminatif?

Ya ngga apa. Kamu ngga harus kerja kantoran kok, kamu bisa bikin usaha sendiri. Malah, sebenarnya, kamu ngga harus kerja kok kalau ngga mau, kalau kamu pengen jadi istri yang tidak bekerja formal ya no problema.

Tapi ya jangan ngomel, kalau ntar ngga punya duit. Jangan ngomel kalau anggaran rumah tangga harus sangat seksama diatur.

Yang pasti apapun pilihan kita ya yang menjalani konsekuensinya diri kita sendiri.

“Lho, kok kamu ngomongnya gitu sih, berarti kamu juga deskriminatif, kenapa ngga memperjuangkan agar pemerintah menerapkan aturan anti diskriminatif terhadap syarat penerimaan karyawan untuk perusahaan-perusahaan tersebut ?”


Ehhm, karena menurut saya, sebenarnya itu justru bisa dibilang salah satu bentuk keadilan lho.

Keadilan yang mungkin hanya bisa kita mengerti kalau kita pernah berada di posisi ketiganya. Posisi si Pintar, posisi si good looking, posisi si tidak good looking.

Adil, karena, jika dia pintar dan tidak menarik secara fisik , maka dia bisa punya pilihan pekerjaan belakang layar atau yang memang mengandalkan otak untuk mencari nafkah.

Adil, karena jika dia berpenampilan menarik namun tidak terlalu pintar, maka dia masih punya peluang bekerja, tentu saja dengan lowongan pekerjaan yang memang lebih ke kebutuhan penampilan.

Jika dia pintar sekaligus good looking, yah dia memang layak untuk mendapatkan apa yang diterimanya dari anugerah Tuhan sekaligus apa yang diusahakannya.

Jika dia tidak good looking dan tidak pintar?, yah dia memang harus berusaha lebih keras, tapi yakinlah dia akan punya cara untuk tetap bertahan hidup.

So, kadang yang kita pandang sebagai diskriminatif malah sebenarnya bisa jadi itu keadilan lho.


Yang ngga setuju , no problema yah.



Makdarit

Biar ngga stress dan nyalah-nyalahin aturan, pertama terima kenyataan. Kenyataan bahwa semua perusahaan apapun, bisa dipastikan akan melihat penampilan dulu sebagai saringan awal, jika mereka membutuhkan pekerja yang tidak perlu kompetensi edebre-edebre yang tinggi.

Kedua, kalau ngga mau terima, ya ngga usah terima, ngga ada yang paksa kita terima kok.


Makdarit kedua

Sebagai ibu, sebagai perempuan, kalau kita ngga suka dengan aturan yang kita anggap diskiriminatif tersebut, saat kita punya anak, AYO DIDIK ANAK KITA supaya ngga perlu bersinggungan dengan aturan-aturan tersebut.

Iyes, didik anak kita agar kelak ia bisa menghidupi diri sendiri tanpa perlu mengandalkan penampilan.

But in my opinion, saya tetap merasa bahwa menjaga penampilan tetap diperlukan, apapun ceritanya, karena orang pertama lihat kamu ya pasti dari penampilan dulu, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju.

Didik anak kita, agar kelak ia tidak perlu melamar di perusahaan dimana syarat pertamanya adalah “ berpenampilan menarik”

Ini juga berlaku untuk anak laki-laki.

Dan yang terakhir, yang merasa penampilan kita ngga secantik orang lain, jangan sedih. Karena bagaimanapun juga, selain jadi artis, pekerjaan yang mencantumkan syarat utama adalah kepintaran bukan penampilan menarik, percaya deh salarynya jauuuh melebihi yang andalannya adalah penampilan.


Pilihan ada di tanganmu ladies #wink





Disclaimer : Tulisan ini murni opini pribadi, tidak mewakili perusahaan atau pihak manapun.




Cut Carbo Diet : Diet Seru Tetap Bisa Ngemil

Saturday, April 15, 2017
[SP] Cut Carbo Diet: Diet Sehat Tanpa Menyiksa




Kalau ada hal yang saya sesali dalam hidup ini, maka " Tidak mendengarkan orangtua pas hamil anak kedua" adalah jawabannya.

Iya, jadi setelah melahirkan Divya, saya tuh udah dibilangin ibu saya untuk melakukan perawatan pasca melahirkan. Waktu lahiran  anak pertama saya dulu, si Tara, saya masih nurut. Dipakein kemben, stagen, segala macem nurut. Pas anak kedua saya entahlah malas banget. Soalnya pas kehamilan pertama dulu, ngga terlalu susah payah toh BB saya lumayan cepet baliknya. Walau ngga bisa seperti sebelum hamil, tapi ya ngga ndut gitu lho. Jadi saya pikir ah paling yang kedua ini juga.

TERNYATA SAYA SALAH BESAR.

Di anak kedua ini, balik ke BB asal itu susah sekali, huhuhuhu, mungkin ada pengaruhnya juga dengan kebebalan saya itu.

Abis melahirkan ya udah saya kayak ngga kejadian apa-apa ,paling perawatan semacam lulur dan pijat saya. Untuk mengencangkan badan malah ngga dilakukan sama sekali.

Awalnya sih fine-fine aja, karena toh BB saya masih di batas normal lah. maksudnya normalnya ibu-ibu beranak dua gitu lho, LOL. Ngga kurus tapi ya ngga ndut.

Trus mulai terusik gegara saya kan bulan Nopember itu mutasi ke kantor baru, nah sebulanan lalu saya main ke kantor lama, trus ketemu dong teman-teman lama. Nah ada kali ya 3 dari 10 orang yang saya temui menanyakan hal yang sama

" Win kamu isi lagi?"

Hwaaaa mamaaaaa, MENOHOK.



Duh langsung syedih.

Karena yang ngomong ngga satu orang, jadi saya ngga sempet marah. ya boro-boro marah, berarti kan emang gitu kenyataannya. Apalagi saya juga nyadar sih, soalnya memang baju-baju saya mulai sempit, celana malah harus ganti semua. Sampai belanja baju baru lagi dong terpaksa, huhuhu abis celananya ngga ada yang muat.



Makanya langsung semangat 45 untuk menurunkan berat badan.

Sebenarnya untuk badan saya ini yang mengalami perubahan signifikan tuh hanya di paha dan perut doang, sama muka, sama lengan, lho kok semua ya ternyata, hahahaha, ya udahlah skip, ngga jadi bilang cuma, Lol.



Dalam hal usaha nurunin berat, saya termasuk yang udah nyobain segala cara. Mulai dari diet mayo, catering sehat, food combining, segala macemlah.


Berhasil sih. namun kemudian, kalau udah berhasil trus saya lupa diri, balik lagi ke kebiasaan lama, yo wis naik maning. Duh apa salah dan dosaku yah.


Nah kemarin saya konsultasi nih sama ahli gizi gitu. Iya, kalian ga salah denger, saya KONSULTASI dulu sebelum diet. Soalnya kali ini ndutnya dah kelewatan. Saya konsultasi karena saya mau diet kali ini caranya bener, ngga asal-asalan gitu lho, ngga papa agak lama, asal sayanya bisa terbiasa.

Jadi gini maksudnya, selama ini kan saya pakai program seperti diet mayo, nah diet mayo itu kan schedulenya 13 hari kita diet, makan no gula garam. Memang sih turun, tapi karena selama 13 hari itu berasa seperti puasa, maka hari ke 14 dst saya kayak yang merayakan lebaran, makannya malah kalap. Nah saya ngga mau gitu lagi.

Kemudian saya pernah juga coba food combining. Ini juga lumayan berhasil awalnya, tapi lama-lama ya saya seringan cheatingnya daripada menepati aturan FC.

Trus saya coba juga catering sehat. Katering sehat ini yang makannya itu diitung kalorinya gitu lho, Teratur banget. Enak sih tapi Muahaaaaal. wakakakak, dasar mamak-mamak pelit kau, cuma bertahan sebulanan saja cateringnya, trus kembali makan seperti biasa, pyuuuh

Jadi kali ini mau yang ngga buru-buru ngga papa, asal jangan mahal banget, trus boleh ngemil juga maunya.

Nah oleh si ahli gizi, pertama-tama saya ditanyai bagaimana kebiasaan saya makan selama ini .

Dokter : " Sarapannya biasanya apa mba "
Saya : " Lontong sayur atau nasi uduk mba" (dokternya masih mba mba soalnya)
D: " Kalau makan siang"
S : " Makan berat mba, nasi pake ikan pake sayur gitu"
D : " Oke, trus makan malamnya nasi juga"
S : " Iya mba, nasi juga"
D : " Selain makan berat 3 hari sekali, mba nya sering ngemil di waktu-senggang?"
S : " Sering mba, jam 3 an gitu biasanya, saya ngemilnya coklat dan kopi, kadang martabak "

Si dokter langsung senyum-senyum gitu dengar jawaban saya. Kata blio masalah utama kenapa BB saya cepet naik adalah karena saya makan karbohidrat terlalu banyak. Apalagi saya ngemilnya juga full makanan kaya lemak dan tinggi kalori gitu, ya wajarlah BB saya ngga terkendali.

Iya sih, saya sebenarnya sadar, tapi ya memang begitulah kenyatanannya.

Karena saya ini kan orang Indonesia banget, yang rasanya belum makan, kalau belum kena nasi. Nasi is my life. Saya bisa nahan diri ngga makan mie, gorengan, kentang, junk food, segala macem, bisa banget, tapi nasi?, oh itu rasanya perjuangan berat banget.

Ya gimana?, masa makan ikan sambal ngga pakai nasi, apa rasanya.

Masa, makan teri cabe ijo ngga pakai nasi, gimana dong.

Trus, sama si mba dokter saya dikasih solusi. kata blio, ya udah kalau saya ngga bisa hidup tanpa nasi, ga apa. Saya tetap bisa makan nasi, tapi porsinya dikurangi.

Jadi begini, berapapun porsi makan saya yang biasa, just potong aja porsi cabonya.

Kata si mba dokter ini namanya metode Cut Carbo.

Kenapa carbo yang dikurangi, bukan lemak?

Karena ternyata menurut blio, berdasar hasil penelitian, diet rendah carbo itu jauh lebih berhasil dibanding dengan diet rendah lemak. Jadi bukan karbohidratnya yang dihindari tapi jumlahnya yang dikendalikan.

FYI, untuk nambah pengetahuan saja, jadi karbohidrat itu agar bisa masuk ke tubuh kita harus diubah dulu bentuknya menjadi gula sederhana, dipecah gitu lho menjadi glukosa atau sering kita sebut gula darah. Iya, karbohidrat itu mengandung gula lho. Makanya nasi, kentang, jagung, kan ada manis-manisnya ya.

Nah mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah besar, akibatnya gula darah yang dihasilkan juga jumlahnya besar, padahal tubuh kita kan punya kapasitas tuh untuk menyerap gula darah, makanya akhirnya banyak yang ngga terpakai sehingga langsung tersimpan dalam sel lemak. Disamping itu, kelebihan gula darah juga bisa menyebabkan diabetes.

Jadi, idealnya, untuk orang dengan BB normal butuh energi hanya 2000 kcal setiap harinya dengan jumlah karbohidrat hanya 300 gram saja. Makanya sering kan lihat di kemasan makanan itu ada tulisan " Persen AKG (angka Kecukupan Gizi) berdasarkan kebutuhan energi 2000 kcal. Nyatanya kita konsumsinya lebih dari itu, maka ngga heran kayak saya nih, ya kelebihan BB.

Nah untuk orang yang kelebihan BB, kebutuhan kalorinya harus dibatasi jadi 1500 kcal, dengan karbohidrat 180 gram saja.

Itu seberapa tuh kira-kira?

Gambarannya, kira-kira, dalam semangkuk kecil nasi ukuran 200 gram, itu kandungan karbohidratnya 80 gram. Jadi nasi itu ngga karbohidrat semua juga. Jadi kalo yg BB nya lebih, makannya ya seukuran 2 mangkok kecil nasi doang SEHARI.

Cut Carbo
gambar dari IG @Soyjoyid



Trus saya langsung keliatan mikir gitu, hahahah kayak ngga rela porsi nasinya berkurang.

Si mba dokter langsung melanjutkan .

" Jadi mba windi makannya biasa aja, kalau sarapan misal makan nasi uduk, ya udah separoh doang dulu, makan siang dan makan malam juga gitu, ngga usah drastis. Ntar kalau udah terbiasa dengan porsi kecil, perut kita juga akan menyesuaikan, jadi selanjutnya makannya juga bisa porsi kecil walau lagi ngga diet"

Nah biar saya pelan-pelan terbiasa dan ngga kelaparan, karena jatah makannya dikurangi, saya dikasih alternatif untuk ngemil.

" Kita lebih baik makan sering tapi dikit, daripada makan cuma tiga kali tapi banyak mba, jadi mba Windi boleh makannya 5 kali sehari, tapi tetep karbohidratnya ya di ukuran 180 kalori tadi. Kalau ngga terbiasa makan sampai 5 kali boleh diselingi dengan ngemil, tapi ngemilnya yang kaya serat"


Hahaha, nah lho saya jadi agak hepi lagi karena boleh ngemil.

Si mba ahli gizi menyarankan, kalau mulai sekarang saya tuh harus aware dengan yang namanya Indeks Glikemik (GI) yang dikandung makanan. Semakin rendah GI semakin baik untuk program diet.

Nih urutannya :


  • GI Low : Kedelai, buah, sayur, susu
  • GI Medium : roti, mie, nasi merah
  • GI Tinggi : minuman buble, gula, madu, es teh, nasi putih, kopi


Pilihan lain snack boleh kacang-kacangan, seperti kacang almond, kalau mau makan coklat ya dark coklat, kalau pengen ice cream boleh juga tapi yang low fat.

Soal snack ini disarankanlah beberapa snack dengan nilai GI rendah. Soyjoy salah satunya.

Soyjoy ini terbuat dari tepung kedelai, didalamnya mengandung kacang almond dan dark coklat, jadi rasanya enyak.

Kata temen saya Soyjoy tuh bisa juga dinikmati dengan terlebih dulu dimasukin ke microwave. kemarin saya cobain, dan enyak banget, soalnya coklatnya jadi agak lumer dan jadi moist, yummy.

1 bar Soyjoy ini mengandung 150 Kcal, mayan kecil untuk ukuran snack yang ada coklat dan kacang almond alias snack enak.



Makannya dua jam sebelum makan, atau diantara jeda waktu makan, biar ngga kelaparan. Mayan kenyang lho makan 1 bungkus aja soalnya kan dari tepung kedelai yang kaya serat, apalagi rasanya enak jadi ngga berasa ngemil diet tapi ya ngemil biasa.

Saya kalo di kantor, sore-sore gitu antar jam 3 ke jam 5 pasti bawaannya pengen ngemil. Ngemilnya pengen yang enak tapi tetep bikin hepi alias ngga was-was bikin nambah timbangan.#goals

Udahlah bawa Soyjoy di tas buat jaga-jaga kalo kelaparan., LOL



Intinya sebenarnya, diet itu ngga melarang kita makan enak kok dan ngga melarang kita ngemil, hanya saja diperhatikan jumlah kalorinya.

Trus ada beberapa makanan yang blio bilang sebaiknya saya kurangi atau malah dihindari :

1. Gorengan 

Gorengan itu termasuk ikan goreng, ayam goreng, cumi goreng, udang goreng, pokoke sesuatu yang digoreng. Jadi bukan cuma bakwan dan gorengan abang-abang pinggir jalan doang hahaha.

Kalau masalah gorengan pinggir jalan mah gampang, karena saya juga jarang kok makan gorengan, tapi untuk ikan goreng dll itu, waaaaah tuing-tuing langsung kebayang ikan sambal goreng.

2. Kulit Ayam

Sebenarnya bagi saya, bagian tubuh ayam paling enak itu ya kulitnya, huhuhu. Langsung kebayang kulit ayam KFC yang dibalut tepung crispy, OMG.


3. Kopi dan Minuman manis

Langsung elap air mata, karena kopi is my life selain nasi. Tapi ya udahlah saya bakal usahakan.

Kata blio saya boleh minum kopi, tapi kopi hitam. Yang dihindari itu adalah kopi yang udah dicampur susu, pake gula maning, yo wis, itung aja berapa kalori yang masuk, dan berapa energi yang harus diproses tubuh.

( Pantes guwe gendut, minum kopi aja kayak minum air putih ).

Nih biar gampang ngitung kalori makanan kita sehari-hari, saya buatin tabelnya yah:




Kalau sehari, kira-kira kita makan segini :


Tuh masih 1002 kalori jika jumlahnya kita ikutin, berarti masih ada space untuk cemilan dan minuman.

Nah, setelah sebulanan nih saya menjalankan program cut carbo itu, agak mayan sih hasilnya

Kemarin ngukur timbangan, ternyata BB saya turun 2 kilo, huhuhuuu dikit banget yah,padahal target saya 5 kilo. Tapi ga apalah daripada ngga samsek. Nah tapi ternyata untuk ukuran lingkar2 mayan progressnya. lingkar paha saya berkurang 5 cm, lingkar perut berkurang 2 cm. Masih jauuuh dr target tapi tetep hepilah.




Lho kok Bb turun dikit tapi lingkar berkurang lumayan?

Iya karena sembari cut carbo saya juga melakukan pembalutan tubuh kayak jaman pasca melahirkan dulu. Mau ngikutin nasehat mamak saya lagi aja, whahahaha

Oya, dibilang mba dokter, saya juga harus barengin dengan olahraga untuk membantu metabolisme tubuh.

Hmm, masih mikir sih olahraga apa yaaaa yang ngga berat-berat amat, lol.

Jadi bagi kalian yang pengen diet atau pengen mengatur pola makan, jangan takut kalau ngga bisa makan enak lagi ya. Tetep bisa kok asal kalorinya kita atur sendiri. Tetep bisa ngemil juga, asal camilannya kaya serart dan nilai GInya rendah.

Doain saya yah semoga diet kali ini berhasil, dan semangatin dong biar ngga putus asa nih.

Untuk info dan tips seputar kecantikan silahkan berkunjung ke beautynesia.id ya


Parenting Style

Thursday, April 13, 2017
Oke, #GesiWindiTalk udah berapa minggu absen ngomongin Parenting, wahahahaha, jadi minggu ini we came back to the laptop.

Kemarin ada yang request untuk topik parenting style, pengen tahu style parentingnya saya dan Gesi. Setelah kami bicarakan, ternyata kami ngga menemukan rumusan yang tepat, alias memang kami ngga pake style-stylean, mengalir apa adanya. Kalau saya pribadi, bukan karena ngga baca buku parenting atau apa, tapi karena saya yakin yang namanya orangtua itu pasti punya parenting style masing-masing yang biasanya disesuaikan dengan kondisi anak, dan kondisi dirinya sendiri.

Jadi ya bisa saja parenting stylenya itu ngga masuk gaya pengasuhan mana pun yang ada di teori-teori parenting.




Akhirnya kami putuskan ajalah untuk ngisi kuis.

Kuis seru yang lebih aplikatif, kita dikasih suatu kejadian, trus jawaban-jawaban kita tuh bakal nentuin seperti apa parenting style kita. Seru lho kuisnya. Pada ikutan ya disini :



Dan hasilnya, ternyata saya dan Gesi sama, sama-sama freewheeler mom, alias ortu yang bebas, tapi dengan level yang berbeda wahahahahaha. Setidaknya level free Gesi lebih tinggilah dari saya. No wonder sih.

Baca Punya Gesi :



Oke sebelum bahas hasil tes saya, maree kita bahas dulu satu persatu type ibu-ibu yang ada di kuis tersebut.

Menurut kuis tersebut, ada 3 type ibu-ibu dalam menerapkan metode parenting bagi anaknya .

Type Planner

Ini tipe ibu-ibu yang semuanya terplanning dengan rapi. 

You may be new to this parenting thing, but you'll be darned if you're caught unprepared. When you're not feeding, playing, or changing diapers, you're reading-and highlighting the umpteeen baby books on your nightstand. You find comfort in order, so you crave structure and live by a carefully crafted schedule.
Anaknya tidur di jam tertentu, rumah rapi, segala jadwal harus terencana. Ini ibu-ibu yang bakal mentsterilkan botol susu anak sebelum dipakai, bawa makanan bayi kemana-mana dengan jadwal makan yang teratur. 

Ibu-ibu type ini juga yang akan menerapkan segala  ilmu parenting dari para ahli dan menjadikan buku parenting sebagai kitabnya. bahkan soal menyapih anak pun akan dikonsultasikan ke dokter.

Oh sounds good. 

Karena memang hidupnya terencana, makanya saat tiba-tiba ada temen ngajak merayakan ultahnya udah pasti bakal ditolak, karena everything always be scheduled.

Burukkah type ini ? No
Baguskan ? Ya tergantung.



Type FreeWheeler

Ini ibu-ibu yang punya gaya parenting freestyle, alias gaya bebas, LOL.

Yang disebut freewheeler itu didefenisikan seperti ini

You seize every moment, whatever it may bring. You feel that common sense and intuition will serve you better than the latest best-selling parenting author. Some moms admire you for your ability to go with the flow; others wonder how you manage to keep it all together. Hey, it's all good, right?

Pokoke type ibu freewheeler ini yang semuanya pokoke sesuai kondisi ajah. 

Buku parenting ?

Hmm, bolehlah dibaca, tapi tidak jadi acuan.


Type Optimizer

Ibu-ibu type ini kalau saya lihat dari kuisnya, adalah type ibu yang ideal.

You're doing an amazing balancing act. Sure, you read the parenting guides, but you remain calm if you notice your baby starts teething (or crawling or talking) a few weeks later than the book says he should. You seek input from your mommy friends, your pediatrician, and your own mother, but you generally trust yourself to make good decisions. And although you aim to keep a schedule, you know missed naps and blown bedtimes happen. In short, you begin every day with a good plan and even better intentions, and when life gets in the way, you do whatever it takes to make the best of it. Brava, mama!
Di  buku parenting, ia tahu ilmu parenting, namun pada saat mempraktekkan, ya menyesuaikan. Pas sesuai buku dilakukan, ga sesuai kondisinya ya improvisasi.

Type ini punya scheduled tertentu juga untuk anaknya, tapi ngga saklek amat.

Kalau saya type yang mana ?

Seperti yang saya sebut di atas tadi, dari hasil menjawab si kuis itu ternyata saya type yang freewheeler #tutupmuka, hahahahah.

Saya setuju dengan hasilnya, kenapa? karena ya memang seperti itu yang saya lakukan.

Ini nih beberapa contoh pertanyaan di kuis yang menunjukkan saya freewheeler.

Soal Buku dan Teori Parenting


Kalau yang ini ya jelas, saya lebih khatam baca novel Twilight atau Harry Potter, dibanding baca buku parenting.

Oke ralat, sejujurnya saya tidak pernah baca buku parenting. Saya palingan cuma baca-baca artikel parenting yang kebetulan lewat di timeline saya, atau yang memang sengaja saya cari untuk kepentingan bahan tulisan di blog.

Bukan karena ngga percaya teori parenting, tapi karena...... ehmmm entahlah, saya tidak terlalu suka aja bacanya.Ya bacalah secukupnya doang di internet, ngga sampai yang khusus beli bukunya.

Huhuhu sungguhlah bukan ibu panutan.

Soal Hygenitas Peralatan Bayi


Duh ini juga failed bangetlah. 

Dari anak pertama sampai kedua saya ngga pernah punya yang namanya sterilizer. Itu, alat untuk mensterilkan botol biar bebas kuman. Saya tahu dulu banyak temen saya yang sampai beli sterilizer seharga setengah  jutaan lebih, karena takut anaknya terkontaminasi kumanlah, kan masih bayi. Sampai detergen bayi, pencuci botol pun beda dengan yang digunakan anggota keluarga lain.

Pokoke semua harus produk bayi., xixixi

Awal-awal iya banget sih gitu. Saya beli detergent yang khusus bayi, yang mild, yang anti bacteria. Trus pencuci botol juga wajib pencuci botol khusus bayi. Eh tapi lama-lama kok mahal ya, hahah makanya gitu abis satu kemasan, berikutnya ya udahlah, detergentnya ga apalah disamain, asal dikasi pelembut biar ga keras aja. 

Nyuci botol?

Ah elah pakai Sunlight aja napa, kok harus pake Sleek. Jangan lupa, Sunlightnya diencerin dulu, xixixi.

Jadinya malah ringkes dan hemat.

Makanya di pertanyaan kuis itu, ada soal apa yang saya lakukan kalau dot bayi saya jatuh?

Jawabnya, ya ambil, trus lap aja pake ujung baju, trus kasihkan ke anaknya lagi. 

Ngga dicuci dulu?

Ngga, kelamaan keburu anaknya nangis.


Soal Makanan Bayi

Ini sudah pernah dibahas. Saya penganut, yay untuk makanan instan anak. Yay bukan berarti anaknya dijejelin makanan instant terus lho, tapi ya ngga anti gitu sama makanan instant.


Kalau pergi makan ke luar gitu, saya bukan tipe ibu-ibu yang ngebekel makanan khusus untuk anaknya. anaknya ya dipilihin dari menu yang ada. Entah soup, entah kentang goreng, yang bisa dimakan anak-anaklah. Free

Soal Menyapih

Nah ini, persoalan ibu-ibu sedunia.

Kapan waktu yang tepat untuk menyapih anak. Kalau ngikutin teori parenting sih sampai 2 tahun, ada juga yang lebih lama dari itu. 

Kalau saya sih lebih percaya intuisi (((INTUISI))) untuk soal penyapihan.

Pokoke saya tahulah, kapan waktu yang pas untuk menyapih. Makanya Tara tuh ngga pakai WWL, ya bisa juga lepas nenen dengan aman sentosa. Tara saya susui itu sampai usia 2.5 tahun.

Eh giliran adeknya, ngga selama itu, 1 tahun 2 bulan udah ngga nenen lagi.

Kenapa?

I dun no, tiba-tiba Divya ngga mau aja nenen. Yo wislah, malah ngga ada drama.


Soal Jam Tidur Anak

Sungguhlah ini sampai sekarang masih menjadi peer maha besar bagi saya.

Sampai detik ini Tara dan Divya, bobonya selalu di atas jam 11.



Malam banget, sampai saya kadang ketiduran nungguin mereka tidur. Udahlah saya ngga mau atur-atur yang gimana, karena saya merasa mereka memang sengaja ngga mau bobo cepet, karena pengen main lama dengan saya.

Yo wislah, palingan saya yang ngantuk banget tuh besok paginya, karena kadang saya juga seneng sih mereka bobo lama, jadi lama juga nguyel-nguyelnya.


Soal Hang Out Bareng Sohib


Sejak menikah, apalagi setelah punya anak, saya memang jaraaaang banget kongkow-kongkow sama sohib saya. ya soalnya waktunya ngga pas sih, kebetulan sohib-sohib saya itu ibu bekerja semua, jadi ya mau ketemuan pasti harus jam pulang kantor. 

Perkara acara apapun di luar weekday pastilah susah banget dilakukan.

Namun, kalau untuk momen-momen spesial, saya pasti rela bangetlah ngabisin waktu sama mereka, pergi sendiri. Iyalah kan mau ocip-ocip sama sohib, bolehlah sekali-kali single-an dulu.

Di kuis ada tuh pertanyaan : 

It's your best friend's birthday, and she scored last-minute reservations at that new Italian restaurant. What do you do?


Off course saya bakal jawab : I tell her I wouldn't miss it for the world. Then I scramble for a babysitter.

Dan ini memang kejadian, pernah sohib saya yang tinggal di Sulawesi datang ke Medan. Kami udah ngga ketemuan selama ehhhhm 15 tahunan kali. Ya udah saya titipin anak ke ART, dan saya main sama sohib saya itu seharian. Ajak makan dia sampe puyeng plus ocip-ocip , lol.

Lho kok ngga bawa anak?

Anaknya mau kongkow sama temennya bukan sama tante-tante , hahahha.


Saya pikir, bolehlah sekali-kali nitipin anak ke ART dan hepi-hepi sama teman.
Iyes. 



Nah itu dia style parenting saya, freewheeler.

Tapi sebenarnya saya rasa sih ngga bebas-bebas amat, kalau mau jawaban lebih konkrit sepertinya saya masuk type kombinasi, antara optimizer dan freewheeler, halah belibet.

Iya soalnya, ada beberapa pertanyaan di kuis yang jawaban saya tuh menggambarkan i have plan.

Kayak pertanyaan ini nih soal nonton di bioskop. Saya mah pakai pilihan juga, ngga main masuk aja ke bioskopnya. Minimal lihat artisnyalah atau nanya referensi teman dulu.


Parenting style itu memang berbeda-beda bagi setiap ibu. Ngga ada yang benar ngga ada yang salah menurut saya. Karena namanya gaya pengasuhan itu banyak hal yang mempengaruhi.

Kita sih ngga usah susah-susah mencari tahu, "apa nih styleku", ngga perlulah. Pakai aja mana yang paling pas untuk kita, sesuaikan dengan kondisi anak dan kondisi kita juga tentunya.Yang utama anak bahagia  dan ibu bahagia.

So, ibu-ibu sekalian, mana nih dari 3 style di atas yang paling menggambarkan dirimu. Cobain tesnya yuk, biar ketauan , hahahahaha.

Salam freewheeler



GesiWindiTalk ft SassyThursday : Bokek

Thursday, April 6, 2017
Haaaah bokek ?

Kata apa itu?

Plak.

#GesiWindiTalk minggu ini collab dengan #SassyThursday.




Baca punya yang lain :


Grace MeliaAnnisast | Nahla



Kalau mau jujur, sejak memiliki anak,  saya jarang banget mengalami yang namanya bokek. Bokek dalam arti ga punya duit sama sekali ya atau kondisi keuangan kritis.

Kenapa?

Karena i have a plan.

Yes saya bangga sama diri sendiri karena walau belum ala safir senduk, tapi yang namanya keuangan keluarga alhamdulillah baik- baik saja.

Bukan karena kami berlebih banget gajinya, tapi semata karena kami always menerapkan setidaknya 3 prinsip keuangan keluarga.

Jangan besar pasak dari tiang
Nabung dulu baru belanja
Tidak kredit untuk tujuan konsumtif kecuali KPR
Tidak meningkatkan gaya hidup saat gaji bertambah. #goals.

Tapi akhirnya kemarin saya tiba-tiba bokek berat. Bokek level di rekening tabungan ga ada duit samsek huhuhuhu.


Apa sebab?

Karena saya melakukan belanja impulsif yang sungguhlah tidak bisa dijelaskan secara logika.

( Baca : Belanja Impulsif)

Ini kejadian langka yang hanya terjadi sekali dalam sewindu membuat saya panik binggo. Sampe nangis-nangis ke suami minta ganti duitnya,lol.

Duh horor banget rasanya. Bikin saya janji banget sama diri sendiri, ngga lagi-lagi belanja tanpa perencanaan.

Oke lupakan itu. Sudah teratasi soalnya.

Iyes teratasi dengan langkah-langkah dan strategi yang saya lakukan.

Nah kalau lagi bokek begitu, apakah yang sebaiknya kita lakukan?

KERJALAH WOY

Lha iyaaaaaa. Kalau lagi bokek apalagi coba yang bisa dilakukan selain kerja.

Kerja biar dapet duit. Abis dapet duit kan jadi ngga bokek.

Kalau dalam kasus saya, karena toh saya kan udah kerja,punya gaji bulanan,tapi kalo lagi bokek parah,nunggu tanggal gajian itu kayak nunggu mantan minta maaf dan mengaku salah karena udah menyakiti hati kita alias ngga usah diharap deh, lama soalnya.#malahcurhat wahahaaha.

( Baca : Pentingkah Istri Punya Penghasilan Sendiri ? )

Nah saya biasanya mulai nyari-nyari pemasukan dari job di blog or instagram, wahahaahhag. Sungguhlah kadang saya bisa jadi blogger yg sok jual mahal, tapi kadang bisa semangat 45 saat ditawari job yg kalo pas lagi punya duit aja langsung ditolak.

Sampe dinasehatin panjang lebar sama si Cinta.

" Win, lu kalau dapet job yang ngga sesuai sama ratemu, ya mbok jangan langsung ditolak, tawar dulu kek. Sombong amat lau"

Tumben tuh si Cinta bijak. Padahal ya bukannya sombong, tapi kalo ratenya ngga masuk, saya anggap aja itu rezekinya orang lain. Karena saya kan untuk nulis harus begadang atau ngga pulang agak malam dari kantor. Ya ngga mau juga, pengorbanan gitu dihargai seadanya.

Bukan soal sombong ngga sombong, ini cuma soal skala prioritas aja. (sodorin GA blog).

Nah saat bokek kemarin, saya dikasih kerjaan sama agency, kalau masih masuk akal walau ngga sesuai rate saya, tetep diambil, hehehehehehehehehe, lagi BU nih.



Tutup Keran Pengeluaran Tidak Penting

Lagi bokek, ga usah sok iye mau beli- beli sesuatu.

Udah browsing browsing aja, kalau ngebet pengen belanja. Masukin chart udah itu log out.

Makan siang juga ngga usah keluar, makan di kantin kantor aja udahlah.


Call Husband

Inilah yang dinamakan simbiosis mutualisme antara suami dan istri.

Saya ngga tau gimana cara pengaturan keuangan di keluarga lain ya. Tapi di keluarga saya, biasanya dalam kondisi  normal, saya jarang banget minta duit sama suami. Jarangnya saya itu level, suami sampai pernah ngomong

" Dek, kok ngga pernah minta duit sih sama mas"
" Mas kalau mau ngasih ya ngasih aja, napa pake diminta segala"

Kemudian hening, krik krik. Suami pura-pura ngga denger, LOL.

Iya, jadi di kami itu pengeluaran semua-mua keperluan keluarga udah ditanggulangi Mas Teguh. Urusan semua tagihan saya ngga pernah tau.

Urusan nempatin uang ke pos-pos mana, nah itu urusan saya. Jadi saya managernya, mas Teguh eksekutornya. Dan itu cocok untuk kami, kalau di keluarga lain mungkin belum tentu cocok.

( Baca : Tips Mengatur Keuangan Ala Ibu Bekerja )

Jadi sepanjang saya ngga kekurangan, saya jarang banget minta subsidi suami.

Nah tapi lain cerita saat bokek. kayak kemarin itu, duh saya jadi rajin banget WA in blio.

Isi WA nya sungguhlah tidak bisa dijadikan suri tauladan istri solehah kebanggan suami.

Isinya cuma seputaran .

" Mas tranfer uang arisan ke rek ini ya"
" Mas isiin pulsa "
" Mas transferkan ke situ ya"




Jadi, begitu bokek melanda, selalu gunakan opsi call husband.

End


Namun bukan berarti saat bokek melanda hidup jadi gundah gulana, suram dan miskin hiburan. Ngga juga ah.


Tetap Bisa ngemall asal

Yup walau bokek bukan berarti ngga boleh ke mall.

Mall memang adalah sebaik-baik penggoda iman dan perobek kantong. Tapi mall juga sekaligus bisa jadi terapi diri, halah.

Makdarit kalau lagi bokek trus tetap pengen ngemall lakukan hal ini.

1. Makan dulu di rumah sebelum pergi.
2. Bawa air minum
3. Tinggalkan segala kartu kredit di rumah.
4. Yo wis jalan jalan doang aja di mall cuci mata.

Udah gitu pulang bahagia lagi. #goals


Ngobrol di WA Sama Sohib

Karena membagi kegundahan hati kepada teman adalah sebaik-baik hal yang dilakukan saat bokek.

" Gaes gw lagi bokek nih"

Dan kemudian mereka akan cerita bahwa mereka lebih bokek dari saya, dan akhirnya saya bahagia, bahwa saya ternyata ngga bokek-bokek amat.



Sukur-sukur ada yang berbaik hati, trus nawarin ngirimin gambar sushi, mie, burger, Iyaaa gambar doang. xixixi


Buka Preloved di IG

Wahahahah ini sih pernah saya lakukan. Pas lagi bokek, trus merengek-rengek sama suami, eh malah diceramahin. Saya sebel kalo lagi bokek diceramahin, akhirnya memandang nanar ke seisi rumah, mana nih yang bisa dijadiin duti.

Dan terjuallah baby walker Divya yang dari beli ngga dipake, wahahahahahaha. Yes dapet duit, mayan 400 ribuan.

Trus, lego-lego sepatu ke adek, tukar tambah dengan traktir makan dimana gitu. Dan it works, bangga.


Udah sih kayaknya saya cuma melakukan hal itu dan hasilnya saya survive wahahahaha. Walau bokek melanda ngga yang menderita-menderita banget.

Kalau kalian, saat bokek melanda, apa yang biasa kalian lakukan biar tetap survive?







Jenis-Jenis Orang di Muka Bumi

Friday, March 31, 2017


Quote ini kalo dipikir-pikir nohok banget ya.

Bahkan dari jaman dulu kala, tipe-tipe manusia udah digolongkan seperti di atas, hahahaha.

Bener sih ya, orang-orang besar, orang sukses itu setau saya memang jarang banget yang suka ngurusin urusan orang. Lha iya, ngapain ngurusin orang kan orangnya belum tentu mau kurus *krik krik krik.

Orang-orang besar itu waktunya habis untuk memikirkan ide ide dan ide.

Kayak om Mark tuh, si pemilik facebook. Otaknya mungkin muter terus ya.

" Masa facebook cuma bisa nulis status biasa, bikin yang lain ah"

Tring, bisa bikin status warna warni.

" Masa cuma warna-warni doang sih, yang kreatif dong ah"

Tring, pas tahun baru kemarin, setiap kita ketik Happy New Year maka, otomatis akan muncul kembang api meledak di udara, keren.

" Yah gitu aja mah cemen, apa lagi yah"

Tring muncul Facebook live.

Abis itu sekarang FB pun bisa bikin story.

Wow wow, kalau udah gitu, mana sempat ya ngomongin orang, atau ngomongin hal remeh temeh kayak kita-kita ini. (((KITA))), LOL

Tapi memang terkadang hidup ini butuh keseimbangan.

Iya, sebagai ibu-ibu masa kini yang ngakunya modern, kekinian, dan ngga mudah terikut arus, ternyata ya saya tuh belum bisa jadi Great People sepenuhnya. Semua jenis manusia di atas itu ya nyampur di dalam diri saya.

Satu waktu ngomongin orang kenapa dia begini, kenapa dia begitu.

Meski tidak terang-terangan, adaaa aja gitu selintasan di pikiran " Ih apaan sih nih orang" atau " Ya ampun gitu aja dijadiin status".

Apalagi di jaman sosial media sekarang ini.

Orang dengan mudahnya bisa tahu apa yang lagi dirasakan orang. Karena semua mua bisa dishare ke publik. Semua-mua kehidupan kita ini bisa dilihat orang.

Akibatnya ya itu, kita juga punya kesempatan buat ngomentarin hidup orang. Maka jadilah kita si Small People tadi.

( Baca : Not Everything Is About You )


Di waktu lain ngomongin hal-hal remeh  yang mungkin Great People nganggap ngga penting amat sih. Kayak meratapi kok belum nemu lipen yang ngga hilang walau dibawa makan mie ayam, bakso, sushi dan segala macam. Curhat sama teman gimana caranya biar bisa punya Iphone 7 terbaru tapi ngga keluar duit, halah. Sampai menyesali hidup kok berat badan belum balik ke kondisi semula ya padahal anak udah bisa jalan huhuhuhu.

Ya begitulah namanya hidup.

Walaupun ini kedengarannya kayak pembelaan diri gitu, tapi menurut saya masih wajar-wajar sih. Asal posinya jangan berlebihan.

Jangan lupa sisihkan waktu juga untuk membicarakan apa yang Great People itu bicarakan. Mikirin ide, berkarya, mikirin kreativitas, atau sesuatu selain people atau things lah.

Kalau porsinya tidak dibalik-balik, mungkin kita yang saat ini masih di level small people bisa beranjak jadi average people, dan besok-besok siapa tau saham fesbuk jatuh ke tangan kita wahahahaha.


Makanya yuk yuk, kurang-kurangi ngomongin orang. #Ini notes untuk diri sendiri.

Kalaupun mau ngomongin orang pakai cara yang elehan.

Yang elehan itu yang kayak mana?

Ya dalam hati aja, trus diam-diam bikin tulisan, posting di blog, tambahin kata-kata mutiara, wahahahaha jadi deh satu postingan.

Oke skip, abaikan kalimat di atas.

Saya yakin masing-masing kita tahulah caranya yah, Kan udah dewasa.

Jadi, hari ini kamu dominan jadi orang jenis yg mana?

Great people
Average people
Atau small people?

Custom Post Signature