Bertuah

Monday, January 21, 2013
Awal tahun ini saya mendapat berita yang sangat menggembirakan. Salah seorang teman senasib sepenanggungan dalam hal memperoleh keturunan akhirnya ketularan saya. Alhamdulillah, sahabat saya yang sudah menikah lebih dari 5 tahun ( lebih lama dari saya) akhirnya dinyatakan positif hamil. Ya Allah bahagianya mendengar kabar itu. Memang benar, siapa yang sabar itu pasti beruntung. padahal niatnya bulan  ia sudah mau melakukan inseminisasi buatan. Sayangnya saat jadwal yang ditentukan tiba, ternyata si dokter yang akan melakukan insem lagi ke luar negeri, gagallah rencana sahabat saya itu. Bulan ini seharusnya ia akan menemui dokter itu lagi, namun belum sampai itu terjadi keajaiban sudah menghampirinya.

Maka, yakinlah hanya Allah yang tahu apa yang terbaik untuk hambaNya

Tips Menulis 1- Gradien Mediatama

Thursday, January 17, 2013





Memo Editor ~ Buatlah Sederhana


Standard
Membuat hal-hal yang rumit menjadi sederhana, terkadang tidaklah mudah. Apabila Anda membuat sebuah daftar persyaratan sedemikian detail, Anda akan menuai diprotes oleh audiens karena dianggap memperumit persoalan. Demikian pula sebaliknya, bila Anda menjadikan hal-hal yang telah biasa mereka alami sebagai ribet menjadi sebegitu sederhananya, audiens tetap gelisah untuk tidak memercayainya. Mereka akan membuat sejumlah pertanyaan tambahan yang diantarkan kepada Anda.

Sesi Pemotretan

Tuesday, January 15, 2013

Sejak menikah hampir lima tahun silam, bisa dihitung dengan jari saya dan suami berfoto dalam satu frame. Si akang selalu menolak kalau disuruh berpose. Padahal saya udah bosen masang PP di BB itu lagi itu lagi. pengennya punya foto terbaru gitu. 

Jadi kemarin saat makan di salah satu restoran sambil menunggu dapet meja, tejadilah beberapa adegan pemaksaan agar suami tercinta ini mau berfoto.

Udah dirayu-rayu dari mulai rayuan pulau kelapa sampai rayuan pulau seribu ngga mempan juga. Akhirnya pakai jurus ngambek ala ibu hamil. Lihatlah tatapan mata saya yang menghunus tajam.



Takut kualat sama istri, ia mulai lunak tapi tetap ngga mau lihat kamera. Terpaksa pakai cara kekerasan. Bekep erat-erat, tangan dipegang kuat-kuat. Jadilah pose yang sangat tidak indah ini.



Tiba-tiba lengah, saat adik saya yang merangkap juru foto memanggil kami berdua, terciptalah pose yang lumayan manis ini.


Dan akhirnya pasrah saja. Terserah mau bergaya atau ngga yang penting saya tetap pose pose sambil tersenyum tanpa menghiraukan si akang yang di samping menatap dengan pandangan " alangkah narsisnya istriku"


Sesi pemotretan pun gagal total dan ditutup dengan merdunya suara mba pelayan yang memanggil nama reservasi meja kami. :)

Mulutmu Harimaumu


Hari ini timeline media social baik twitter, facebook, blog, kompasiana ramai membicarakan pernyataan seorang calon hakim agung. Benarlah kata penyanyi Bob Tutupoli

“ Memang lidah tak bertulang,
Tak terbatas kata-kata
Tinggi gunung sribu janji
Lain di muluuut lain di hati”

Terselip salah kata sangat fatal akibatnya. Namun untuk kasus yang ini beda, bukan lain di mulut lain di hati, tetapi apa yang terucap di mulut mencerminkan isi hati. Menunjukkan minimnya rasa empati. Jangan berharap dapat simpati.

Saat kuliah dulu, ada seorang dosen saya yang kalau bicara kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah makian, kata-kata kotor. Mungkin bermaksud untuk mencairkan suasana kelas, tapi kalau ujung-ujungnya menganggap diri begitu hebat dan merendahkan orang lain , maka dapat disimpulkan apa yang terucap adalah cerminan isi hati.

“ Jika yang keluar adalah hinaan, bisa jadi yang tersimpan di dalam memang sesuatu yang hina”.

Sungguh sial nasib si calon hakim agung, maksud hati hanya bercanda, apa daya menuai luka. Angan untuk menjadi hakim agung pun tinggal sebatas mimpi. Konfirmasi di media sambil menitikkan air mata?. Rasa-rasanya public sudah jemu dengan sandiwara ala pejabat yang seperti pepesan kosong semata. Do you think Indonesian are idiot?, think again.
Balik lagi ke judul tulisan ini “mulutmu harimaumu”. Hati-hatilah saat bicara, termasuk hati-hatilah saat menulis. Jangan sampai termakan omongan sendiri. Jangan pernah mengatakan sesuatu yang mungkin akan kau langgar di kemudian hari.

Contoh ringan, jangan pernah mencibir pengguna blackberry, siapa tahu suatu saat kau akan menggunakannya karena tuntutan pekerjaan atau tuntutan lingkungan. Itu hanya contoh yang sangat kecil. Kau tak harus membenci sesuatu jika tak ingin bersinggungan dengannya. Sama halnya dengan kau tak harus menghina para pemuja jengkol jika memang kau tak ingin memakannya.

Ada seorang teman yang dulu sempat menulis bahwa ia tidak mengerti kenapa orang lain suka sekali berinterkasi di FB, namun sekarang ia addict di dalamnya. Hey, jaman berubah, seleramu bisa berubah friend.

Mulutmu harimaumu, berhati-hatilah.

Jangan pernah meremehkan kuis hunter hanya karena kau tak suka ikut kuis kecil-kecilan karena kau tak tahu betapa senangnya memperoleh hadiah yang kelihatan seperti noktah-noktah itu namun kalau dikumpulkan bisa menjadi gundukan noktah, membentuk garis , akhirnya menjelma lukisan yang indah. It’s called portofolio.

Jangan pernah menganggap penggila lomba blog berselipkan komersilitas sebagai penulis murahan. Karena suatu saat kala kau bosan dengan rutinitas bisa jadi kau tergiur untuk menyelam di dalamnya. Apalagi saat kau mengecap manisnya sebuah kemenangan.

Mulutmu harimaumu, berhati-hatilah

Begitu pun saat kau merasa statusmu adalah status terbaik di muka bumi. Jangan remehkan para ibu rumah tangga hanya karena kau bahkan mungkin tak akan sanggup selama 24 jam penuh berkutat di dalam istana kecilmu. Siapa tahu suatu saat kau terbentur pilihan hingga memaksamu melepaskan sepatu bertumitmu dan menikmati indahnya rengekan balitamu.

Pun cibiran sinismu terhadap para perempuan bekerja, yang berjibaku meringankan beban keluarga dan sedikit memberi kesempatan pada dirinya untuk mengaktualisasikan diri. Bisa jadi, dalam hitungan hari kau pun harus berlarian bersaing dengan matahari pagi demi rezeki yang kau bawa pulang saat matahari berganti dengan rembulan.

Mulutmu harimaumu, maka kerangkenglah dengan rantai yang akan menjagamu. Karena bisa jadi hari ini ia memakan lawan, besok-besok kau yang ditelannya

Mulutku harimauku, ia pernah melumatku bulat-bulat. Jangan sampai kau pun mengalaminya teman.

RIP M.Daming Sanusi

Blogger di Tahun 2013

Friday, January 11, 2013

Tahun ini menginjak tahun ke empat saya aktif di dunia yang benar-benar membuat saya merasa nyaman, adem tentram dan menjadi apa maunya saya. Dunia blogger. Kegiatan ngeblog ini sudah saya jalani sejak tahun 2009 akhir. Dan Alhamdulillah banyak sekali manfaat yang saya dapat dari aktivitas ini. DI samping sebagai terapi menulis bagi diri saya pribadi, sebagai ajang latihan menulis, mengeluarkan ide, dan yang ngga kalah menariknya adalah ajang mengais rezeki. Yup, rezeki itu bisa datang dari pintu dan dari media apa saja. Setidaknya itu menurut pengalaman saya.

Awalnya saya menganggap blog sebagai tempat curhat atau diary online istilahnya, namun lama kelamaan saya merasakan arti blog lebih dari itu. Semakin hari semakin ingin menulis yang bisa memberi manfaat kepada orang lain disamping sebagai ajang curhat. Bisa dibilang inginnya curhat tapi yang elegan gitu, jadi ngga sekedar tempat menggalau.

Di tahun 2012, saya banyak mendapat rezeki dari kegiatan blogging, dari sekedar ikut giveaway yang berhadiah kecil-kecil sampai ikutan lomba yang diadain oleh pihak professional. Rasanya begitu terpacu begitu melihat peserta yang mengikuti adalah para blogger senior yang sudah malang melintang dan tidak asing lagi di dunia bernama blog. Walau tidak banyak, beberapa tulisan yang saya ikuti berhasil menyabet juara, diantaranya:

§     Pemenang Pertama Lomba Blog Aktivis Award, dapet duit 
§     Pemenang ke-4 lomba Blog LG , dapet voucher belanja
§     Pemenang utama lomba Blog Streetdirectory, dapet Samsung Galaxy Pocket
§     Pemenang Pertama Lomba Blog Sharp, dapet TV LCD
§     Pemenang ke-4 Lomba Blog Modena, dapet Oven Toaster.
§     Pemenang lomba blog kerjasama Blogfam dan Gradien Mediatama, hadiahnya buku sama royalti
§     Finalis Lomba Blog Telkomsel Paling Indonesia, tulisannya dibukukan dan menjadi cinderamataTelkomsel 

Hadiahnya juga lumayan membuat saya menarik sudut-sudut bibir. Yeaaah, saya jadi semakin semangat ngeblog.

Tahun 2013 ini saya yakin kesempatan untuk berkarya dan menunjukkan eksistensi semakin terbuka bagi para blogger yang memang serius ingin terjun sebagai blogger. Hey, blogger juga profesi lo, ngga kalah bergengsi dibanding profesi sebagai penulis novel atau cerpenis.  

Saya melihat para pihak owner produk komersial semakin menyadari pentingnya promosi melaui dunia maya. Apalagi promosi melalui para blogger yang cenderung lebih membumi dan terasa nyata, karena disampaikan dengan bahasa sehari-hari dan jauh dari kesan ngiklan. Apalagi dana yang dikeluarkan sangat jauh dibawah standar promosi melalui media lain seperti radio, surat kabar ataupun televise. Makanya saya yakin di tahun 2013 ini semakin banyak lagi lomba blog yang melibatkan produk-produk dengan branded yang sudah dikenal luas di masyarakat.

Tidak hanya untuk review produk, bahkan untuk meperkenalkan toko online yang baru buka, atau di dunia nyata istilah kerennya Grand Opening pun sangat mudah dilakukan dengan melibatkan para blogger.  Dari segi ekonomi, lingkungan, budaya juga para pihak yang terlibat di dalamnya mulai menyadari peranan para blogger dalam menyebarkan dan mensosialisasikan program-program yang ingin mereka sasarkan ke masyarakat luas. Terlihat dari berbagai lomba blog di tahun 2012 seperti lomba AIDS, lomba budaya batik, lomba yang diadakan MPR, DPR, hingga lomba bertema lingkungan yang tentu saja dibutuhkan kemampuan lebih dari sekedar curhat untuk mengikutinya apalagi sampai memenangkannya.

Para blogger sepertinya akan semakin menemukan suntikan semangat double di tahun 2013, karena semakin banyak juga komunitas blogger yang akan menampung dan mewadahi kegiatan ngeblog. Ngeblog akhirnya menjadi suatu kegiatan yang diakui di dunia kepenulisan dan di dunia pergaulan. Ibaratnya para blogger itu anak gaulnya dunia maya.

Namun walau demikian, saya tidak terlau mendukung kegiatan ngeblog yang hanya mengejar page view, atau komentar sebagai tolok ukur keberhasilan seorang blogger. Karena banyaknya silent rider yang cenderung hanya suka membaca tanpa pernah meninggalkan jejak. Walau tak dapat ditampik, kualitas tulisan akan sangat bepengaruh terhadap jumlah kunjungan dan jumlah komentar. Namun, jangan sampai hal tersebut membuat para new blogger berputus asa.

Ke depan di tahun 2013, sebagai blogger sejati, saya ingin kegiatan ngeblog ini tidak hanya membawa manfaat secara moril dan psikologis. Kepuasan batin tetap menjadi hal yang utama, karena bagi saya ngeblog itu salah satunya untuk mengalihkan pikiran sejenak dari padatnya kegiatan di dunia kerja sehari-hari. Ke depannya, semoga ngeblog bisa mendatangkan income bagi saya dan membuka peluang lebih besar baik dalam hal pergaulan, kemampuan menulis dan mungkin juga dalam hal pekerjaan.

So, tahun 2013 ini saatnya para blogger unjuk gigi dan mendulang manfaat lebih dari kegiatan ngeblog. 

Are You ready???


Tulisan ini diikutkan dalam Liga Blogger Pekan Pertama Tahun 2012


Cara Buat Shortlink Di Twitter

Karena keseringan ikut lomba jadi dipaksa buat nyari-nyari yang sebelumnya ngga diketahui. Sekarang ini para penyelenggara lomba mewajibkan pesertanya untuk memilki akun twitter, trus kita juga harus mentwit url tulisan kita. Nah terkadang url yang di twit harus dalam bentuk shortlink.

Caranya gampang banget kok, cekidot


  1. Masuk ke https://bitly.com/
  2. Login dengan menggunakan akun twitter kita.
  3. Trus muncul tampilan berikut :

4. Copykan Url yang mau kita buat shortlinknya di dalam kotak yang ada tulisan Paste a Link Here, Enter
 5. Ntar muncul tampilan berikut


6. Yang dilingkari merah itu adalah Shortlink yang udah jadi
7. Copykan aja ke twitter kita
8. Udah jadiiii.

Gampang kaan. Ngga hanya untuk twitter lo, untuk ke FB juga  bisa. Selamat Mencoba :)

Aku Berbatik, Cause I Love Batik

Thursday, January 10, 2013
( Pemenang 3 Lomba Blog Berbatik.com )


Sebelum batik sepopuler seperti saat ini, saya tahu kain batik hanya dalam bentuk kain panjang, daster atau kain bawahan untuk kebaya. Kalau di daerah saya, biasanya batik kain panjang tersebut atau yang biasa disebut jarik menjadi primadona pada saat-saat kelahiran bayi ke muka bumi. Ibu saya biasanya menyetok jarik tersebut dalam jumlah banyak di rumah. Sehingga sewaktu-waktu, saat akan menghadiri acara penabalan nama, tinggal membungkus kain tersebut sebagai kado.

Sinamot ( Cerita Dari Sumut )



Sinamot Saya Dulu



“ Berapa sinamot yang diberi calon suamimu win?, pasti besar lah ya, kan kerja di BUMN”

Pertanyaan tersebut beberapa tahun yang lalu berhamburan dari orang-orang sekitar saat saya akan melangsungkan pernikahan dengan suami. Ada yang bertanya terang-terangan, ada yang menduga-duga bahkan tak sedikit yang menyarankan ini itu.


“ Minimal 3 ikat lah win, kau kan sarjana”

Atau

“ Wah, ibunya windi panen nih, soalnya kau kan perempuan bekerja win, lain dong sama yang ngga kerja”

Merupakan hal yang lumrah, di daerah saya yang notabene masih masuk dalam wilayah Sumatera Utara mempertanyakan hal-hal di atas.

Sinamot dalam bahasa batak adalah sejumlah uang yang diberikan calon mempelai pria kepada ibu mempelai wanita sebagai balas jasa karena telah membesarkan dan mendidik si anak sehingga menjadi wanita yang siap diperistrinya.

Walapun jaman sudah modern, teknologi sudah canggih, namun kebiasaan yang dulunya hanya dilakukan oleh suku batak, akhirnya malah menjadi kebiasaan dan keharusan di daerah saya. Saya yang notabene tinggal di kota Medan, ibukotanya SUMUT pun masih mengikuti kebiasaan tersebut. Padahal ayah saya bersuku Jawa. Namun karena ibu saya berdarah Batak Mandailing, tak pelak, sinamot pun menjadi salah satu syarat dalam melangsungkan pernikahan.

Karena merupakan balas jasa pada sang ibu, maka sudah menjadi aturan tidak tertulis bahwa besarnya jumlah sinamot tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal. Diantaranya pendidikan dan pekerjaan si wanita. Jadi semakin tinggi pendidikannya, maka semakin besarlah sinamot yang harus diserahkan si pria. Sekilas terdengar seperti menjual anak, namun pada kenyataannya menurut saya, sinamot ini seperti bentuk pengakuan terhadap hasil didikan orangtua. Tak heran, jika yang dilamar adalah seorang dokter, si pria pasti harus menguras lebih banyak lagi koceknya. Nilai tambah lagi jika si wanita telah bekerja, karena dianggap nantinya ia akan turut mencari nafkah dan membantu si suami.

Makanya, teman-teman dulu banyak yang menduga-duga berapa kira-kira sinamot yang diberikan suami kepada saya. Karena selain pendidikan saya S1, saya juga bekerja di sebuah bank BUMN. Kalau dipikir-pikir sekarang rasanya lucu. Padahal saya kuliah dan bekerja dulu sama sekali tidak memikirkan hal tersebut.

Yang paling susah dari proses pemberian sinamot tersebut adalah menyampaikan kepada calon suami. Bagaimana tidak?. Kalau kebetulan si pria berasal dari Sumatera Utara juga pastilah ia sudah mengerti, namun lain ceritanya kalau berasal dari daerah dan suku yang memiliki budaya berbeda.

Untunglah walau suami saya berasal dari Jogja namun karena sebelumnya ia telah mencari tahu mengenai adat istiadat di daerah saya, masalah penyampaian tidak menemui kendala yang berarti. Bahkan ternyata suami sudah mempersiapkannya dengan matang. Setelah melamar saya secara pribadi di sebuah kafe, ia langsung terang-terangan menanyakan perihal sinamot atau biasa disebut uang hangus tersebut kepada saya.

Proses yang biasa terjadi, si pria akan menyampaikan ke wanita kesanggupannya dalam menyediakan uang hangus tersebut. Kemudian si wanita akan menyampaikan kepada ibunya. Kalau si ibu cocok, berarti dicapai kata sepakat, namun kalau belum pas, maka perundingan akan berlanjut. Menurut pengalaman saya, tidak jarang suatu pernikahan gagal berlangsung, jika tak kunjung dicapai kesepakatan antara kedua belah pihak. Untunglah hal tersebut tidak terjadi pada keluarga saya. Tanpa banyak tanya, ibu langsung menyetujui saja jumlah yang disanggupi suami.

Alhamdulillah ya punya ortu yang bijak bestari.

Tak cukup sampai disitu, setelah kata sepakat diambil, prosesi menjelang pernikahan masih panjang.Calon mempelai pria harus datang dulu bersama keluarga dekatnya yang terdiri dari orangtua dan beberapa kerabat saja, namanya meresek. Disini acara masih setengah formil, hanya berupa perkenalan antara keluarga pria dan wanita. Saat inilah disampaikan maksud dan tujuan kedatangannya sekaligus dibicarakan jumlah sinamot yang secara tidak resmi telah disepakati sebelumnya.

Tahap selanjutnya, melamar secara resmi dengan didampingi orangtua dan kerabatnya, martuppol. Yang menarik di acara martuppol tersebut adalah adanya acara berbalas pantun yang sungguh sayang untuk dilewatkan. Mungkin karena dipengaruhi oleh adat melayu, makanya diselipkan pantun didalamnya.

Martupol atau lamaran sekaligus hantaran biasanya hanya berselang beberapa minggu setelah meresek. Di martupol ini, si pria akan membawa semua yang telah disepakati di acara meresek. Barang-barang yang biasanya disyaratkan adalah:

Tepak Sirih


Tepak sirih, sebuah kotak yang didalamnya berisi daun sirih, kapur sirih, dan berbagai macam bunga. Nantinya, si tepak ini sebagai pembuka acara lamaran. Pihak pria akan menyerahkannya kepada orang yang dituakan di pihak wanita. Tepak tersebut ditutup oleh sebuah kain ulos. Dengan diterimanya tepak ditandai dengan dimakannya sirih oleh orang yang dituakan tadi, maka kedatangan keluarga pria dianggap sudah diterima di keluarga calon mempelai wanita. 

Oya, konon dipercaya, kalau seorang gadis yang belum ada jodohnya memakan sirih yang ada di tepak, maka tak lama ia akan menemukan jodohnya. Maka, berlomba-lombalah para gadis memakannya. Siapa tahu cepat dapat jodoh.

Selain tepak sirih, barang-barang lain yang harus dibawa adalah seperangkat isi kamar, yang terdiri dari tempat tidur, lemari dan toilet. Ini dulu pas saya cerita ke temen di luar Sumatera pasti kaget, piye gitu hantaran isi kamar hahaha.


Kemudian perlengkapan calon mempelai wanita , sepasang kebaya, sepatu, tas, pakaian dalam, kosmetik. Peralatan sholat, mukena, sajadah, sarung. Juga peralatan mandi seperti sabun, shampoo, lotion, sikat gigi, macem-macem lah. Sebagai syarat juga dibawa beraneka macam minuman, seperti teh,kopi,gula. Wah kalau dibungkus dalam keranjang, hantarannya bisa mencapai sepuluh keranjang bahkan lebih.


Dalam acara hantaran ini, nantinya pembawa acara akan menyebutkan satu persatu barang yang dibawa si pria. Setiap satu barang disebut, maka dihantarkanlah keranjang yang berisi barang yang dimaksud ke tangan si ibu mempelai wanita. 

Sampai terakhir yang disebut adalah jumlah sinamot yang telah disepakati sebelumnya. Penyebutan jumlah tersebut di muka umum salah satunya menunjukkan rasa bangga si ibu atas nilai putrinya. Walaupun bukan berarti harga diri si anak setara dengan uang yang diberi, namun penyebutan angka tersebut merupakan acara yang paling ditunggu-tunggu.

Biasanya para tetangga pun datang ke acara hantaran hanya untuk mengetahui berapa sinamot yang diberikan. Tak jarang jumlah tersebut menjadi gunjingan berhari-hari kalau menurut para tetangga tak sesuai. 

Cape dehhh

Namun ada juga orang yang tidak mau sinamotnya disebut secara terbuka. Seperti saat acara hantaran saya. Atas permintaan suami dan saya, jumlah sinamot tidak disebutkan. Untunglah ibu saya pun tidak menganggap hal tersebut suatu keharusan. Bukannya malu karena jumlahnya sedikit, tapi karena saya memang tidak ingin orang lain di luar keluarga mengetahuinya. Biarlah mereka menduga-duga saja. Biar makin penasaran wahahaha.Karena menurut saya pribadi, hal tersebut bukanlah sesuatu yang harus dibangga-banggakan atau malih dicaci caci.

Semua prosesi tadi yang paling memegang peranan adalah ibu si wanita. Setelah uang hangus diberi, dengan menggunakan kain/ulos si ibu akan menggendong dan membawa uang tersebut ke kamar, tempat dimana putrinya berada. Wah, acaranya akan menjadi haru, karena si ibu akan memutar-mutar kain berisi uang tersebut ke atas kepala anaknya dan mendoakan putrinya dengan doa semoga apa yang diberi si calon pria menjadi berkah bagi mereka.

Setelah rangkaian acara selesai, selanjutnya akan ditetapkan tanggal dan hari pernikahan. Berbeda dengan suku jawa yang biasanya melihat dari hari baik hari buruk berdasarkan weton si calon pengantin, penentuan tanggal di sumatera terkesan lebih simple. Tinggal ditentukan tanggal yang kiranya semua pihak tidak keberatan. Begitu saja. Setidaknya itu menurut pengalaman saya.

Tas,Sepatu dan Kosmetik


Sekilas kalau mengetahui adat di Sumatera Utara rasanya ribet sekali untuk melangsungkan pernikahan. Namun, ada sisi positifnya, bahwa pernikahan itu bukanlah suatu hal yang main-main. Perlu keseriusan untuk menjalaninya. Dan dengan keribetannya, saya merasa hal tersebut cukup melindungi pihak wanita dari keisengan para pria.

Sering saya mendengar celutukan teman yang bukan orang sumut berkata, “ Wah kalau nikah sama orang Medan itu ngajak bangkrut”.

Dipikir-pikir memang sepertinya iya. Belum-belum si pria sudah pusing tujuh keliling memikirkan dana yang harus dikeluarkannya. Namun jangan khawatir, banyak ibu yang kemudian akan mengembalikan uang hangusnya kepada pasangan pengantin tersebut lagi. Mungkin tidak seluruhnya, namun cukup membuat lega bagi pasangan pengantin baru.

Makanya ntar kalo jadi ortu jadilah ortu yang bijak ya. Dan syukurnya ibu saya termasjk ortu yang bijak tadi.

Setelah itu semua, prosesi pernikahan masih berlanjut.

Yang membedakan pengantin sumut dengan daerah lain salah satunya adalah pakaian. Banyak jenis pakaian adat Sumut. Dari pakaian batak Toba, Karo, hingga Mandailing. Karena ibu saya suku Mandailing, maka mau tak mau saya pun mengenakan baju adat Mandailing. Ya ampuun, hiasan kepalanya yang disebut bolang itu berat banget. Saya sampai migren saat memakainya. Namun entah kenapa, saya melihat, siapapun yang mengenakan baju adat Mandailing tersebut, aura kecantikannya begitu terpancar. Makanya saya tidak keberatan memakainya, karena disamping warnanya yang cerah yaitu merah, juga membuat saya tampil cantik eksotis.


Baju Adat Mandailing



Satu lagi, istimewanya pengantin Sumut dalam hal ini Mandailing. Alat musik yang digunakan saat acara berlangsung adalah gondang Sembilan. Terdiri dari Sembilan buah gendang dengan berbagai ukuran. Tidak tanggung-tanggung, acara adat ini bisa berlangsung tiga hari tiga malam. Bayangkan saja seperti apa lelahnya si pengantin. Tak heran di hari ketiga, biasanya pengatin memakai kaca mata hitam untuk menutupi lingkar hitam di matanya.

Gondang ini dimainkan dengan lagu pengiring yang sendu mendayu-dayu. Pasangan pengantin akan menari mengikuti iringan lagu. Kalau di Jawa ada acara sungkem, maka di adat mandailing, sungkemnya sambil menari ala tor-tor.

Prosesi Tarian Batak, Saat adik Saya Menikah


Namun lagi-lagi untunglah, saya tidak mengalaminya. Bukan karena tidak mau, namun karena keterbatasan waktu, apalagi keluarga suami yang berasal dari Jogja tidak bisa terlalu lama tinggal, maka acara pernikahan saya cukup ringkas tanpa mengurangi nilai adat istiadat di dalamnya.

Kalau mengingat-ingat kembali saat pernikahan berlangsung saya dan suami sering menertawakannya. Dimana saat salah satu kerabat ibu saya memberi nasehat dalam bahasa Mandailing, saya dan suami cuma pandang-pandangan sambil tersenyum, tak mengerti apa yang dikatakannya.

Awalnya keluarga suami sempat shock dan agak kaget dengan panjangnya prosesi dari mulai lamaran sampai pernikahan. Namun, mereka senang mengikutinya, karena melihat hal baru yang tidak ditemui di tanah Jawa.

Bagaimanapun ribet dan melelahkannya prosesi pernikahan yang saya alami, namun ada kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri di hati. Bahwa saya telah ikut melestarikan kekayaan budaya bangsa dan nenek moyang. Saya rasa tidak ada salahnya sebagai generasi penerus , kita mengabulkan dan menuruti keinginan orangtua di hari pernikahan . Merupakan bentuk bakti sebelum meninggalkan rumah yang telah membesarkan kita.

Sepulang dari bulan madu dan kembali masuk kantor, kembali teman-teman usil bertanya kepada saya, “ Jadi berapa win sinamotmu?”


“ Seharga satu buah mobil” jawab saya enteng.

(Jangan tanya mobilnya mobil apa ya wkwkwkw)

Foto: Koleksi Pribadi

Be A Writer

Tuesday, January 8, 2013
Saat mengikuti seminar Asma Nadia beberapa waktu yang lalu, mba Asma mengatakan salah satu cara menyuburkan semangat menulis adalah ikut komunitas penulis. Benar sekali, menurut saya dengan bergabung dalam suatu komunitas penulis membuat kita terpacu untuk menghasilkan tulisan. Melihat teman-teman anggota lain menelurkan karya entah puisi, cerpen, bahkan novel merupakan cambuk bagi saya pribadi untuk menyusul prestasi mereka.

Dan saya beruntung sekali bisa terdampar di salah satu grup penulis yang luar biasa. Grup ini bermarkas di FB. Tidak sembarangan orang bisa bergabung disana. Ada seleksi yang sangat ketat untuk bisa nyemplung di dalamnya. Kebanyakan dari anggotanya adalah para kontributor dalam sebuah antologi yang diadakan oleh si pendirinya yaitu mba Leyla Hana. 

Tidak seperti kebanyakan grup yang saya ikuti yang anggotanya bisa beratus bahkan sampai ribuan orang, grup ini hanya membatasi sampai 100 orang saja. Jangan harap kamu bisa duduk-duduk santai di dalamnya. Bu kepseknya sangat disiplin. Ada jadwal yang harus dipatuhi para anggota, dari Senin sampai Minggu. Bahkan secara berkala akan diadakan seleksi ulang, bagi anggota yang tidak aktif, ngga pernah posting tulisan, ngga pernah komen , ngga pernah berinteraksi maka akan diremove dari grup ini. Kesannya kejam banget yah. Tapi ternyata cara tersebut ampuh membuat anak didiknya menjadi disiplin dan serius selama berada di sana. Sayang juga kan kalau sebuah grup hanya untuk main-main doang, ngga ada manfaat yang bisa kita ambil dari menjadi anggotanya.

Disana kita diatur dan dibagi untuk piket mingguan. Petugas piket wajib memposting tulisan yang terdiri dari Catatan Harian, Cerpen, Resensi buku atau film. Boleh juga posting yang seneng-seneng kayak promo buku, info lomba sampai free day, mau posting apa saja boleh. Nyenengin banget kan?.

Tujuan pendiri grup ini sangat jelas, bersama-sama mewujudkan mimpi untuk menjadi seorang penulis. Bukan berarti harus menjadi penulis novel atau cerpenis, tapi penulis apa saja. Saya yang notabene sangat kurang kemampuan menulis fiksinya pun diterima dengan hangat disini. Dari seratus orang tersebut berbagai kemampuan bercampur dan berkolaborasi. Dari penulis puisi, novelis, cerpenis, blogger sampai yang ngakunya menjadi penulis status. Ibarat raw blend, segala macam buah sehat ada disana, menambah cita rasa yang membentuk harmoni rasa yang lezat.

Setahun sudah grup ini berdiri. Suka duka bersama dijalani. Hingga akhirnya dari Grup di FB , akhirnya diputuskan untuk pindah media menjadi blog yang bisa diakses oleh semua orang. Be a Writer nama grupnya. Sesuai dengan namanya, semoga para anggotanya benar-benar bisa menjadi penulis sesuai yang diinginkan.

Silahkan berkunjung di rumah kami yang hangat ini teman. http://bawindonesia.blogspot.com/



Ya Allah Beri Aku Kekuatan. Aida MA

Memasuki usia kehamilan ke 5 bulan ini saya semakin berhati-hati dalam bersikap. Katanya di usia ini bayi sudah bisa mendengar dan ikut kontak batin dengan ibunya. Makanya saya diingatkan suami untuk lebih menjaga emosi, ngga gampang marah, dan menjaga kata-kata yang keluar dari bibir saya. Setiap malam, saya luangkan waktu untuk bercerita kepada si calon buah hati ini. Untung saya tinggal dengan tante yang punya anak masih kecil-kecil jadi ada stok bacaan anak yang bisa saya bacakan, ngga perlu beli. Kisah-kisah para nabi dan kisah bermakna. Saat itulah saya merasakan " me time" dengan bayi saya.

Kalau mengingat-ngingat perjalanan panjang saya sampai hari ini rasanya bersyukur banget untuk setiap tetesan rezeki yang diberi Allah. Namun ada saat-saat saya teringat masa-masa berat yang saya jalani. Bukan bermaksud mengingat yang sedih-sedih, tapi hanya berbagi kisah saja.

Betapa berat rasanya, 4,5 tahun menikah belum ada tanda-tanda kehidupan di rahim saya. Gerah rasanya setiap ada orang yang bertanya tentang isi perut saya. Tidak di acara pertemuan keluarga, di undangan, lebaran bahkan ketemu teman lama pun pertanyaannya sama. Ngga cukup sampai disitu, SMS, BBM-an, bahkan teman FB pun seperti tak bosan-bosannya menanyakan pertanyaan yang itu-itu saja.

" Sudah isi win?".  " Jangan ngejar karir aja, inget umur lo".

Duuh Sedih sekali rasanya. Hati saya seperti teriris-iris saat mendapat serbuan pertanyaan seperti itu. Terkadang sempat terlintas di benak saya, Ya Allah apa salahku, mengapa ujian ini begitu berat. Secara tidak sadar saya jadi menarik diri dari pergaulan. Saya jadi enggan ke acara kumpul-kumpul keluarga seperti arisan. Acara kantor suami pun sering saya hindari, karena pembicaraannya ngga jauh-jauh dari tentang anak dan printilannya. Kalau hanya bicara anak sih saya senang mendengarnya, tapi kalau udah sampai ke semua mata menuju ke saya, hih rasanya kayak didakwa, apalagi saya merasa ada sebagian kecil yang menuduh seolah-olah sayalah sumber masalah ketidakhamilan ini. 

Saat mudik lebaran pun, saya jadi enggan keluar rumah, Kerjaan saya hanya mendekam di kamar. Saat suami mengajak saya bersilaturahmi ke tetangga  dengan enggan akhirnya saya ikut juga. Soalnya kan setahun sekali, masa ngga sowan. Tapi, lagi-lagi perasaan saya harus terlukai dengan pertanyaan menyebalkan itu. Apalagi ditambah tatapan mengasihani. Saya paling tidak suka dikasihani orang. Akhirnya acara silahturahmi pun berbuah amarah bagi saya. 

Bersyukur saya memiliki suami yang sabarnya luar biasa. Ia yang selalu menguatkan saya. Walaupun saya tahu di dalam hatinya juga pasti merasakan hal yang sama dengan saya. Sering di malam-malam sepi, di sujud-sujud saya berdoa, " Ya Allah beri aku kekuatan menjalani semua ini". Saya tidak ingin menggugat Allah, saya percaya semua adalah takdirNya, dan saya sungguh ikhlas akan semua ketentuanNya. Namun sebagai manusia biasa, ada keterbatasan dalam diri untuk menerima rasa terpuruk dan tak berdaya.

Mungkin yang bertanya pada saya tersebut tidak tahu bagaimana usaha saya dan suami yang tak kunjung putus. Ikhtiar dalam menjemput rezeki yang dinanti-nantikan semua pasangan. Mulai dari periksa ke dokter. Ngga main-main, periksa kesuburan itu menyakitkan saudariku. Bayangkan sakitnya saat anda haid, kalikan sepuluh. Entah berapa jarum suntik yang menembus kulit saya. Periksa darah, periksa hormon, semua diperiksa. dari mulai luar sampai ke dalam. Namun bersyukur ternyata semua normal, saya tidak sampai mengalami yang namanya rahim ditiup, karena katanya luar biasa sakit. Saya pun tidak harus minum obat apapun karena hasil pemeriksaan tidak ada yang bermasalah di diri saya.

Disamping waktu, tenaga, tekanan psikis, tidak sedikit biaya yang harus kami keluarkan. Sekali datang ke dokter sudah bisa dipastikan minimal 1,5 juta melayang dari dompet. Sempat disarankan oleh salah seorang dokter agar kami menjalani inseminasi buatan atau sekalian bayi tabung. Tapi kami menolaknya, karena kami yakin Allah punya rencana yang lebih indah untuk keluarga kami.

Tidak putus asa, kami mencoba cara alternatif. Saya pernah dipijet, katanya untuk memperbaiki letak rahim, siapa tahu rahim saya terlalu naik atau terlalu turun. Dan pijet itu juga sakit saudariku, percayalah. Awalnya saya enggan melakukannya karena toh dokter sudah bilang saya baik-baik saja, namun tak tega rasanya melihat ibu saya. Beliau yang menyarankan saya untuk pijet, katanya siapa tahu berhasil. Ya sudahlah ngga ada ruginya pikir saya. Mencari tukang pijet juga bukan perkara mudah. Kami sempat ke pelosok desa di Siantar, saat ada yang bilang disana ada tukang pijet yang sudah banyak membuat oarng hamil. Ternyata saat kami akan mengunjungi, si nenek tukang pijet keburu dipanggil Ilahi. Benar-benar ujian kesabaran.

Masih tidak cukup, kami pun menerima saran-saran orang. Dari mulai makan kurma ijo yang katanya berkhasiat, disuruh makan delima hitam, segala macam yang katanya berkhasiat. Bahkan dari seorang teman yang 11 tahun baru dikarunia anak kami mendengar cerita yang lebih miris lagi. Sampai harus minum ramuan yang pahitnya luar biasa, makan torpedo kambing, segalanya dicoba. Namun saya tidak sampai seekstrim itu. Kurma ijo kami konsumsi, karena menurut hemat saya kurna memang berkhasiat untuk kesehatan. Saya lebih percaya dengan khasiat alami makanan yang terjamin kesehatannya dibanding mencoba-coba ramuan yang saya tidak yakini. Segala sumber protein kami konsumsi, mulai dari kecambah, kerang, segala macam seafood  sampai madu.Empat tahun berlalu, tak satupun usaha tersebut membuahkan hasil

Hai, saudariku, lihatlah ikhtiar kami. Percayalah kami menginginkannya lebih dari siapapun, lebih dari orang-orang yang bertanya, yang begitu perhatiannya setiap saat tanpa kenal lelah melempar pertanyaan bernada sama.

Rezeki, jodoh pertemuan, maut, semua sudah tertulis di Lauhul Mahfudz-Nya. hanya Dia yang tahu kapan saat itu sampai pada kita. Rezeki tidak akan tertukar, baik waktu maupun takarannya.

Sungguh, untuk semua perasaan sakit, terhina yang saya terima bertahun-tahun tersebut rasanya lunas dalam sekejab, hilang tak bersisa. Saya berterima kasih untuk semua bentuk perhatian yang mungkin tidak saya pahami dari orang-orang sekitar saya. Saya yakin Allah tak akan memberi ujian kepada hambanya melebihi batas kemampuannya.

Teruntuk semua wanita yang sedang menunggu kehadiran si buah hati, semoga Allah memberi kekuatan kepada kita dalam penantian panjang yang hanya Dia yang tahu kapan berujung. 

Teruntuk Saudariku yang lain, masih ingin bertanya?. Think Again


Dilema, Antara Pekerjaan dan Mendukung Korupsi

Monday, January 7, 2013
sumber gbr: harianterbit.com

Kemarin-kemarin waktu ada lomba dengan tema tentang korupsi saya ngga pernah ikutan, kenapa? karena dunia saya sangat erat sekali dengan yang namanya korupsi. Dan saya sering terjebak di dalamnya. Jangan berprasangka macam-macam dulu, bukan berarti kerja di bank berarti korupsi, tapi sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan saya.

Saya bertugas sebagai account officer. Kerjaan saya memberi kredit kepada nasabah yang membutuhkan dan dianggap layak sesuai analisa yang saya lakukan. Nah, dalam proses analisa tersebut, ada beberapa tahapan yang mengharuskan pihak bank berhubungan dengan instansi lain. Misalnya untuk penilaian agunan, saya harus memiliki data harga pasar wajar nilai tanah di daerah lokasi agunan nasabah berada. Biasanya saya meminta ke kantor kelurahan. 

Seperti kemarin pagi. Ada tanah nasabah yang harus saya nilai, maka demi keabsahan penilaian dan keakuratan data pergilah saya ke kantor kelurahan setempat. Ketemu dengan pak lurahnya, saya jelaskan maksud kedatangan saya. Intinya saya minta surat keterangan dari beliau kisaran harga terendah dan tertinggi di wilayah binaannya tersebut. Duuuh susaah banget mintanya, alasannya dia ngga berwenang lah, takut salah ngasih data lah, bla bla bla dan ujung-ujungnya si pak lurah ngomong gini , 

" Wah mba, kalau saya ngeluarin surat keterangan gini, udah banyak dong uang masuk saya".

Nah lho, coba dicerna sendiri maksud perkataannya tuh apa. Setelah basa-basi ngomong sana sini, belum juga ada tanda-tanda si dia akan mengeluarkan surat yang saya butuhkan itu. Ya sud lah, saya keluarkan uang 50 ribu, ngga sampai 5 menit kemudian surat keterangan pun sudah di tanda tangani lengkap dengan stempelnya.

Saya sadar saya salah dalam hal ini, turut menyuburkan tindakan sogok menyogok. Tapi mau gimana lagi ya, saya butuh surat tersebut, karena atasan saya tidak mau kalau saya menilai agunan tanpa dasar tertulis. Kalau saya ngga kasih uang, si lurah ngga mau ngeluarin surat. Dilema... dilema. Mungkin saya memang terlalu lemah dalam hal ini. Typical warga negara yang tidak baik. tapi sekali lagi, mau gimana lagi?

Hal tersebut tidak hanya terjadi sekali. Saat ada nasabah yang nunggak dan agunannya harus dilelang. Pihak bank berkewajiban untuk memberi surat peringatan 1 sampai 3 untuk si nasabah. Kebanyakn nasabah yang sudah mengunggak itu susahnya minta ampun ditemui, seperti hilang ditelan bumi. Bahkan banyak yang sudah kabur dari rumahnya. padahal surat peringatan hanya boleh diterima oleh si empunya hutang, bisa suami atau istrinya. Nah sialnya si sitri atau suami pun biasanya ikut kabur. Cara lain yang bisa ditempuh adalah meyerahkan surat tersebut kepada instansi pemerintahan setempat. karena menurut hukum, mereka sudah diberi kuasa oleh negara untuk mewakili warganya. Nah instansi setempat yang paling dekat adalah lagi-lagi kantor kelurahan. 

Dan cerita berulang, saat saya menyerahkan surat peringatan untuk nasabah tersebut lagi-lagi si lurah banyak alasan , ini itu lah, bilang " emangnya kita kantor pos", duuuh padahal udah dijelaskan juga tentang UU yang mendasarinya, tetep aja ngga mau. Pengen banget ngomong sama si lurah " Ya sudah pak, kalau ngga mau dititipin surat ya ngga usah jadi lurah, masa mau jabatannya ngga mau kerjaannya". Tapi buat apa? bukannya malah selesai, malah kasihan ntar teman-teman saya yang lain bisa-bisa makin sulit kalau ada perlu kesana. Dan akhirnya dari dompet saya pun keluar lagi selembar uang warna biru tersebut.

Masalahnya, trus yang ganti uang yang saya keluarkan siapa dong?. Bank tempat saya bekerja tuh punya aturan keras mengenai GCG ( Good Coorporate Governance) yang melarang keras para pekerja menerima seuatu baik uang atau bingkisan dari nasabahnya. Kalau ketauan, ancamannya ngga main-main, bisa langsung turun jabatan atau malah sampai diPHK. Sudah banyak sekali kejadian teman atau rekan kerja di tempat lain yang terkena hukuman jabatan gara-gara yang namanya gratifikasi ini. Nah dilema banget kan?. Seperti makan buah simalakama. 

Ternyata memberantas korupsi itu ngga segampang teori yang banyak dibahas di tivi-tivi, di media cetak. Lah dari lingkungan terkecil saja sudah seperti itu.  Jangan bilang saya turut menyuburkan korupsi tersebut. Sudah beberapa kali teman-teman saya mau menerapkannya. Minta surat keterangan ke lurah ngga ngasih uang pelicin. Ditunggu sehari dua hari ngga keluar-keluar juga, sampai seminggu juga ngga keluar. Alasannya lurahnya keluar kota lah, sekdes nya rapat lah, dan lain-lain. Begitu dikasi amplop, ngga sampai satu jam tuh surat langsung terketik rapi. Mengerikan. Padahal dalam pekerjaan saya, kami butuh cepat karena nasabah juga maunya cepat, target menunggu di depan mata, persaingan perbankan semakin gila. Huh, capee deh.

Jadi, what should i do? saya ngga tau. Semoga saja di lain waktu saya bisa menemukan cara untuk bisa mendapat surat-surat tersebut tanpa mengeluarkan uang seperak pun. Dan semoga saja tidak semua kantor kelurahan seperti itu, mungkin saya saja yang ketiban sial.




Kado Istimewaku

Ultahnya udah tanggal 2 kemarin tapi baru sempet nulisnya sekarang.

Yup tanggal 2 Januari kemarin genap usia saya memasuki the Golden Age eh. Iya Masa keemasan, karena katanya Life begans at 30 . Whats??? jadi selama ini ngapain aja, kok baru di umur 30 tahun mulai hidupnya.

Kalau bagi saya sih, hidup saya berawal di usia ke 25, saat suami tersayang melamar saya di suia yang bikin deg-deg plas karena katanya usia segitu usia rawan, jam biologis udah njerit-njerit. Ah ada-ada saja istilah orang untuk setiap pertambahan umur. 

Sebenarnya kata suami saya yang namanya ulang tahun itu bukan dirayain tapi harusnya buat muhasabah karena jatah usia kita berkurang. Iya , bener banget tuh. Dan ternyata memang 30 tahun hidup saya rasanya berlalu begitu saja. Belum banyak membawa arti bagi orang sekitar :(.

Di ulang tahun kemarin, saya dapat kado istimewaaa banget. Bukan ... bukan dari suami, tapi dari sahabat saya yang paling baik hatinya. Namanya Deby Gurendo. Saya baru kenal dengan Deby dua tahun belakangan ini, sejak dilempar ke Jakarta oleh perusahaan saya. Selama setahun kami berbagi ruangan yang sama dalam satu kamar. Setahuun loo, bangun tidur liat dia, makan sama dia, di kelas sama dia, belanja sama dia. Eh pas penempatan sama-sama di kantor pusat, balik satu kos-an lagi, samaan lagi. Berasa menemukan belahan jiwa. Sampai-sampai liburan pun kami setting bersama.

Sejujurnya saya dan Deby berbeda kepribadian. Deby orang yang sangat menjaga perasaan orang lain, bicaranya santun, tindak-tanduknya sangat menyenangkan, and always possitive thinking untuk setiap masalah. Sedangkan saya orangnya grasa-grusu, suka ngomong ceplas ceplos tanpa mikirin akibatnya. Dari dia saya banyak belajar tentang ewuh pakeuwuh. Saya juga belajar agar berfikir positif untuk apa yang terjadi. Duuh banyak vanget lah jasa anak satu ini sama saya.

Walaupun berbeda, tapi kami memiliki selera yang sama, makanya sering kembaran kalau beli apa-apa. Baju kantor, sepatu, sendal, karpet hahaha untung saja ukurannya beda kalo ngga udah pinjem-pinjeman mungkin.

Saya sangat menyukai bentuk persahabatan yang kami miliki. Bukan bentuk yang dimana ada kamu disitu ada aku, selalu menerima kekurangan dan kelebihanku. Ngga seperti itu. Saat saya ingin melakukan sesuatu dan ia ngga mau, ya no problema, kami akan melakukan kegiatan masing-masing. Jadi ngga ada tuh ceritanya kalo saya mau makan mie ayam, Deby harus makan juga.

Kekurangan yang ada pada masing-masing ? bukan untuk diterima begitu saja, tapi sebisanya dibantu untuk mengatasinya. Lebih tepatnya sih, Deby yang ngoreksi kekurangan saya, karena menurut saya she's perfect.

Deby juga adalah editor amatir untuk passion menulis saya. Dia orang pertama yang akan membaca tulisan-tulisan ngga jelas yang saya buat. Kasihan juga nih anak, suka jadi korban kesemena-menaan saya. Kalau tulisan saya jelek ya dibilang jelek, tapi tentu saja dengan caranya dia yang ngga membuat saya down, tapi malah makin semangat nulis. Aiih, ni sohib TOP BGT deh.

Trus apa dong kadonya???

Nah kemarin tuh bertepatan dengan ultah saya neng Deby ini memutuskan memakai jilbab. ALhamdulillahirabbil alamiin. Seneeng banget dengernya. Semoga saja kami berdua bisa istiqomah memakai busana ini. Dan semoga kami bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Selamat ya aganwaty. Happy For You

Hmm kalau kado dari suami??

Yah si akang mah ngga ngasi kado tuh. Dia ngadonya berupa sponsorship untuk GA yang saya adain kemarin. Katanya saya udah gede ngga perlu dikasi kado lagi, jiaaah pengen dilempar buldozer nih suami. Tapi gpp lah, yang penting dia ada di samping saya aja udah bersyukur banget.

Hanya berharap semoga tahun ini mendapat limpahan barokah dari Allah SWT, aamiin


Pemenang Giveaway WIndiland

Saturday, January 5, 2013
Alhamdulillah Giveaway Windiland sukses terlaksana, ciee ciee. Dan nggak nyangka banget pesertanya banyaaaak. Duuh senengnya, total ada 65 peserta yang mendaftar. Sesuai dengan kesepakatan di awal, setiap tulisan akan dikonversi sebeesar Rp 5000, jadi totalnya hmmm (itung dulu ) Rp 325 ribu. Karena nanggung kita genapin aja jadi Rp 350 ribu yah. Dan nantinya jumlah tersebut akan kita sumbangkan ke Palestina. Makasi ya teman-teman semua, semoga dihitung sebagai amal ibadah kita.

Ada beberapa hal yang menjadi catatan saya dari membaca tulisan-tulisan peserta:
  1. Hampir sebagian besar sebenarnya tidak terbiasa membuat resolusi bahkan ada yang baru pertama kalinya. Waah kalau menurut saya resolusi itu penting loo, walaupun ngga harus ditulis di sosmed or blog #maksa
  2. Bisa dibilang, salah satu resolusi terfavorit adalah menerbitkan buku solo, hwaaaa surprise, jadi mari kita aminkan beramai-ramai semoga resolusi yang satu ini tercapai untuk semua orang
  3. Trus ternyata banyak banget yang punya resolusi menghapal Al-Qur'an, duuuh malu sama diri sendiri ngga pernah menjadikan hapalan Al Qur'an sebagai cita-cita. Saluut buat yang istiqomah menjalankannya
  4. Dan terakhir, pesertanya banyak yang diatas 40, xixixi walaupun udah kepala 4 masih semangat aja nulis. TOP bunda-bunda, ayoo yang masih muda apalagi yang masih kuliah jangan mau kalah
Nah itu sekelumit yang saya simpulkan.

Ya sud ngga usah berpanjang lebar lagi saya umumkan pemenangnya yah. Sebenarnya susaaah banget nentuinnya, secara tiap tulisan memiliki keunikan masing-masing dengan gaya bercerita ynag asik-asik. Sampe bersemedi dan melibatkan serombongan orang untuk menentukan pemenangnya. Pengennya semua menang, tapi apa daya hadiah tak mencukupi. ( kelamaan nih basa-basinya).

And the Winner is....... jengg jeng jeng ....

PEMENANG UNTUK PESERTA TERCEPAT
( Buku Trinity 4 )
Blog : Leyla Hana
Note Fb : Saeful Abu Zaza
Peserta Ke-20 : Umi Qudsiyah


PEMENANG PERTAMA
(Mukena )


PEMENANG KEDUA
( Sprei Anak )
Oci YM
Lina W Sasmita
Asni Ahmad Sueb

PEMENANG KETIGA
( Tupperware)
Dessi Desma
Dyah Hapsari Fajarini

PEMENANG KEEMPAT
( Buku Trinity  The Naked Traveller)
Annur EL Karimah

PEMENANG HIBURAN
(Pulsa @25 ribu )

Aisyah Al Farisi
Sri Komarudin
Siti Latifah
Dwi Aprily
Ruri
Ade Anita

Pemenang Paling Semangat Komen
(Pulsa juga )
Denny Setiawan


Eiits kok ada pemenang tambahan?. Iyaaa soalnya saya bingung , banyak banget yang bagus. Setelah nego dengan suami akhirnya beliau mau mengucurkan dana tambahan, horeee.

Dan ada salah satu peserta yang semangat sekali menulis resolusi sampai mengirim 3 tulisan. Saya mau ngasi hadiah tambahan, tapi belum tahu apa, ntar saya pikirin lagi yah. Selamat kepada kamu :
Arga Litha

Selamat kepada para pemenang. Harap segera kirim data diri berupa nama lengkap, alamat dan no telepon. Untuk pemenang Pulsa cukup No telepon saja ke email  windi.widiastuty@yahoo.com dengan subjek Pemenang GA Windiland.

Bagi yang belum menang, jangan sedih ya, semoga di GA selanjutnya bisa menang, aamiin.
Terima kasih semuanyaaaa.... :)







All About 2012 Part 2

Thursday, January 3, 2013
Lanjut lagi. Masih tentang 2012, di postingan sebelumnya saya tulis tentang pencapaian dalam dunia tulis menulis dan berbagai lomba. Selain hal-hal tersebut, tahun 2012 saya sebut sebagai tahunnya saya karena di tahun itu pula saya yang sudah dua tahun berpisah dengan suami antara Jakarta-Medan akhirnya berkumpul kembali. Dengan waktu yang begitu singkat, melalui sebuah SK mutasi. Duuuh anugerah banget bagi kami.

Kembali ke kampung halaman rasanya seperti mengisi paru-paru yang sesak dengan udara segar. Walau belum full seratus persen tinggal serumah, namun minimal seminggu sekali bisa ketemu suami. Belum lagi dana yang bisa dihemat untuk transportasi. Dulu saat masih di Jakarta, saya PP Jakarta-Medan tiap 2 minggu sekali. Bayangkan berapa biaya yang harus kami sisihkan. Sekarang modanya udah ganti, jadi kereta api, jauh lebih hemat, uhuy.

Mungkin benar kata orang, dulu banyak yang bilang saya ngga hamil-hamil karena stres jauh dari suami. Eh gitu ngumpul, sebulan aja langsung isi. Allah memang Maha baik. Walau saya ngga percaya teori stres-stresan atau teori subur ngga subur, tetap saya bersyukur banget atas anugerah luar biasa ini. Ya, saya lebih percaya dengan konsep semua ada saatnya dan Allah yang maha tahu apa yang terbaik untuk kita.

Pertama kali ditempatkan di Rantau Prapat perasaan saya seneng banget, sampe nangis-nangis terharu, udah gitu ngga lama muncul pertanyaan segede toge di kepala saya, WHY???? Why Rantau Prapat?, kenapa ngga di kota Medan aja sekalian. Kok SDM tega sih?, kok Allah ngasi rezekinya tanggung-tanggung sih? dan berbagai pertanyaan kenapa2 di dalam kepala saya. Walaupun saya bersyukur banget, namun tidak dapat dipungkiri terselip juga tanda tanya tersebut.

Setelah 3 bulan disini saya akhirnya menemukan jawabannya. Disini saya ketemu dengan atasan yang pengertiannya luar biasa. Saat tahu saya hamil, beliau langsung menasehati saya untuk tidak OTS ( On the Spot) ke tempat-tempat yang jauh, yang jalannya rusak atau yang memungkinkan membahayakan kandungan saya. Disini juga ternyata potensi pasar untuk prospek kredit demikian besar, membuat saya tidak terlalu pontang-panting mencari nasabah. Belum lagi rekan kerja yang sangat kooperatif. Saya merasa kembali ke rumah. Kantor seolah-olah menjadi rumah kedua bagi saya.

Dari sini saya sadar, semua hal yang terjadi pada diri kita tidak terjadi sekonyong-konyong. Dan lagi-lagi saya sadari Allah yang sangat tahu apa yang terbaik untuk kita, jangan coba-coba meragukan hal tersebut. Suasana kerja yang kondusif mungkin menjadi salah satu faktor saya relaks, senang, tenang yang membuat pembuahan berhasil. Ah entahlah, semua memang sudah ada waktunya.

Hmm 2012 memang tahun yang begitu amazing buat saya. Di tambah lagi pada awal tahun, saya dan suami bisa memiliki rumah yang insyaAllah akan menjadi baiti jannah bagi keluarga kami. Rumah yang disiapkan suami untuk saya. Saat rehab rumah, saya masih berada di Jakarta, selama hampir 2 bulan saya tidak dibolehkan pulang, karena ia tidak mau saya melihat rumah dalam keadaan berantakan.Setelah semuanya beres barulah saya diijinkannya masuk. Iiih, suamiku baik banget deh.

Semua ini, semoga membuat saya semakin mensyukuri hidup, tidak menjadi kufur nikmat. Semoga keberkahan selalu menyertai apapun yang saya jalani #doain yah teman-teman.

All About 2012 Part 1

Tuesday, January 1, 2013
Setahun terlewat lagi. Rasanya sekedipan mata, tiba-tiba 365 hari berlalu di belakang. Bagi saya tahun 2012 kemarin itu merupakan tahunnya saya, halah. Bukannya gimana gimana, tapi emang tahun 2012 saya benar-benar memperoleh banyak anugerah dan keajaiban. Meskipun banyak juga resolusi yang saya buat di awal tahun tidak berjalan sempurna.

Seperti kebanyakan orang, saya juga tidak terbiasa membuat relosusi, namun karena ultah saya jatuh di tanggal 02 Januari alias masih terhitung awal tahun jadi ya saya memang selalu make a wish, yah itung-itung sekalian reslosusi dan menyusun rencana hidup jangka pendek. Saya memang termasuk orang yang suka jika segala sesuatu berjalan sesuai rencana. Biasanya saya membuat plan A, plan B untuk apapun yang saya lakukan. Kalau sebagian orang berprinsip let it flow untuk hidupnya, saya bukan termasuk seperti itu. Saya suka merencanakan segala sesuatunya beserta rencana cadangan, namun saya juga siap kalau ada sesuatu yang spontan. Namun kalau boleh memilih saya lebih suka kalau sesuatu itu tidak tiba-tiba ( jadi inget Rory-nya Gilmore Girls yang marah waktu kakeknya tiba2 membuat surprise untuk tempat kuliahnya xixixi ).

Awal tahun lalu saya punya resolusi utnuk menerbitkan buku solo, namun sampai detik ini masih jauh panggang dari api, karena ternyata banyak kejadian-kejadian yang tidak saya duga yang membuat schedule, waktu saya berubah 180 derajat. Namun sudahlah saya tidak mau membahasnya terlalu jauh, karena ternyata walaupun tidak menelurkan buku tapi terobati dengan beberapa antologi saya yang terbit bahkan ada beberapa yang diterbitkan oleh penerbit mayor, alhamdulillah.

Ternyata lagi, dalam hal dunia kepenulisan, tahun 2012 merupakan tahun hokinya saya. Sebenarnya saya benar-benar tidak menyangka. Walaupun saya suka menulis dari kapan tau, namun saya baru aktif ikut lomba-lomba di akhir tahun 2011, tepatnya di bulan Nopember. Dan tampaknya keberuntungan pemula ada pada saya. Lomba pertama yang saya ikuti berupa audisi menulis langsung lolos. Wah rasanya bener-bener kayak kejatuhan durian runtuh. Saya sampai jingkrak-jingkrak di kantor waktu lihat nama saya tercantum sebagai salah satu kontributor antologi tersebut. Padahal no royalti, no hadiah, bahkan buku terbitnya pun harus beli sendiri. Hadduh begitulah sangkin bahagianya. Berikutnya terbit beberapa antologi , namun sampai pada antologi ke-5 saya mulai bosan. Audisi menulis sudah tidak menarik minat saya lagi # beuugh somboong.

Beralih menjadi blogger, saya menemukan dunia baru yang jauh lebih menarik. Apalagi banyak lomba blog bertebaran. Asiknya ikut lomba blog, yang ditulis cuma seuprit tapi hadiahnya bikin air liur menetes-netes.. tes... tes... tes. Dan lagi-lagi, ibarat salah satu episode Friends saat Joey bermain D-cup bersama Chandler, saya pun kembali mendapat keberuntungan pemula. Lomba blog yang pertama kali saya ikuti, langsung nangkring nama saya sebagai juara satu. Ow ow.... walaupun hadiahnya cuma duit yang hanya cukup nraktir sohib saya makan mie ayam  tapi sueenngnya puooool. Sampai senyum-senyum geje waktu baca email pemberitahuan pemenang.

Dan begitulah, walaupun banyak banget lomba yang nama saya ngga nyangkut sebagai the winner, namun tak sedikit juga yang menjadi pelipur lara . Kalau diitung-itung ternyata minimal sebulan sekali saya pasti dapat hadiah lomba :).

Sebagai pengingat momen-momen indah itu, sebentar saya inget-inget lagi hadiah-hadiah yang saya peroleh sepanjang 2012:

- Pemenang Pertama Lomba Blog Jadi Berita.com, dapet duit 
- Pemenang ke-4 lomba Blog LG , dapet voucher belanja
- Pemenang Lomba cerita Romantis Molto, dapet mesin cuci
- Pemenang utama lomba Blog Streetdirectory, dapet Samsung Galaxy Pocket
- Pemenang Pertama Lomba Blog Sharp, dapet TV LCD
- Pemenang ke-4 Lomba Blog Modena, dapet Oven Toaster.
- Pemenang Pilihan Juri Nivea Good Skin Competition, dapet voucher belanja 1 juta
- Finalis Journey Nescafe bareng Riyani Djangkaru, katanya sih dpt hadiah duit buat jalan-jalan, tapi sampai      sekarang ngga jelas juga adminnya, huueeeh
- Finalis lomba nulis Gradien Mediatama, hadiahnya buku sama royalti berapa gitu, ngga tau juga
- Finais Lomba Blog Telkomsel Paling Indonesia, ngga dapet hadiah apa-apa, cuma pemberitahuan bakal dibukukan dan menjadi cenderamata Telkomsel. 

Waah ternyata lumayan juga. itu lomba-lomba yang hadiahnya membuat saya gegap gempita, xixixi. Ada juga beberapa lomba yang walaupun hadiahnya ngga sementereng hadiah di atas tetep membuat saya jejeritan di kantor pas lihat nama saya ada di pengumuman.

- Best Friend Photo Competition, dapet satu set tupperware cosmo
- Lomba foto rumah pertama, dapet tupperware lagi
- Joytea Success Story, dapet souvenir
- Vaseline, dapet paket lotion vaseline tapi hadiahnya ngga nyampe2, tauk tuh udah dikonfirm tapi tetep ngga nyampe juga, ya sud lah
- Giveaway nya emak gaol, dapet buku
- Lomba Blog Rumah 123.com
- Lomba Blog Klik It
- Lux, dapet kalung, tapi ales ngambilnya, soalnya alamat pengambilan hadiah susah banget nyarinya.
- Beberapa hadiah hiburan yang saya ngga tau lagi rimbanya, soalnya dalam setahun saya pindah alamat rumah sampai 4 kali, beberapa ada yang ngga nyampe, ada yang nyasar, duuuh kalo ngga rezeki emang kayak gitu.

Bukannya mau sombong atau sok-sok-an posting-posting kayak gini, tapi yah siapa tahu ada yang terprovokasi dan jadi demen ikutan lomba. 

Yang paling bikin saya seneng tuh ya, dari kegiatan ngeblog saya ini, ada beberapa temen yang jadi semangat nulis. Beberapa ada yang minta ajarin buat blog, trus sekarang malah rajin ikutan lomba juga. Itulah asiknya menulis, walau materi yang dihasilkan tak seberapa tapi bisa berbagi seberapa banyak pun yang kita mau. Berbagi ilmu, berbagi semangat dan berbagi info-info penting ngga penting.

Masih banyak lagi sebenarnya yang pengen saya tulis tentang anugerah 2012, tapi kereta saya sudah mau berangkat, ntar nyambung ke postingan selanjutnya aja deh. Ciyaaaaa.



Custom Post Signature