Metropolis

Wednesday, November 7, 2012

Buku ini sudah lama menghuni lemari saya. Entah kenapa kemarin saya tergerak untuk membacanya kembali. Memang saya punya kebiasaan agak aneh, suka membaca satu buku berulang-ulang. Dan kebiasaan itu menjadi paramater saya dalam menetapkan buku tersebut layak atau tidak saya rekomendasikan ke orang lain.

Melihat cover buku ini, sudah jelas ini novel tentang pembunuhan. Menurut saya covernya sangat unik, seperti lembaran koran lusuh yang penuh misteri. Apalagi ada bercak darah yang mengotorinya.

Membaca novel ini saya seperti menonton sebuah film detektif karena deskripsi yang begitu detail tentang susasana, aroma, tempat dan semua hal yang berhubungan dengan kejadian pembunuhan. Kalau pernah baca Sidney Sheldon kira-kira seperti itulah alur yang disajikan si penulis. Dimana kita dibawa serta untuk mencari siapa di balik semua peristiwa yang terjadi, apa motifnya, dan begitu penasaran dengan ending yang sudah pasti tidak akan pernah bisa kita duga.

Cerita di awali dengan kematian Leo Saada,  seorang pemimpin Geng Mafia narkotika di Jakarta. Adalah Agusta Bram, seorang polisi yang bertugas di Sat Reserse Narkotika yang menangani kasus tersebut. Pembunuhan ini bukan pembunuhan biasa, tapi pembunuhan berantai yang menghabisi satu demi satu pemimpin Sindikat 12- Penguasa bisnis Narkotika terbesar yang menguasai wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Sindikat 12 terbentuk karena penghianatan yang dilakukan kepada seorang pemimpin geng penguasa sebelumnya bernama Frans AL. Seluruh keluarga Frans dihabisi di malam yang naas oleh 12 pemimpin sindikat tersebut. Namun tapa mereka sadari seorang putra Frans Al, bernama Johan berhasil selamat dan dilarikan ke Kanada oleh seorang perempuan bernama Aretha yang tak lain adalah si dewi penyihir yang selama ini bertugas menjadi agen pencuci uang hasil transaksi narkotik. 

Pembunuhan ini memiliki pola tertentu yang hanya diketahui si pembunuh. Tugas Bram lah menemukan pola tersebut untuk mengetahui siapa korban berikutnya.  Namun ada yang menarik, di setiap pemakaman dan TKP selalu muncul seorang perempuan misterius yang belakangan diketahui bernama Miaa. Siapa sebenarnya Miaa? , apa hubungan dirinya dengan pembunuhan tersebut.

Tak cukup dengan pertanyaan tentang Miaa, Bram  harus berhadapan dengan bos nya sendiri, Burhan Kasat Reserse Narkotika yang merupakan musuh bebuyutannya. 

Pembunuhan demi pembunuhan berlangsung mulus dan sesuai dengan rencana, sampai ketika calon korban tersisa dua orang, Blur dan Sohx . Blur yang merupakan penguasa wilayah 6 adalah sosok misterius yang selama ini tidak diketahui identitasnya. Naas bagi si pembunuh , saat akan menghabisi nyawa Blur ternyata  ia sudah didahului orang lain. Berakhirlah juga nyawanya disitu dengan tubuh yang terpotong 12, seperti kebiasaan sindikat 12 selama ini. Siapakah yang membunuh Blur sebelumnya ?.

Intrik demi intrik mewarnai isi novel ini. Dengan latar perseteruan antar geng yang didasarkan perebutan kekuasaan wilayah pemasaran narkotika membuat novel ini menjadi novel yang sangat tidak biasa. Dunia gelap, pencucian uang, dan kekotoran-kekotoran yang terjadi di tubuh polisi diungkap secara apik disini. Bagaimana suatu bukti kejahatan bisa ditukar dengan informasi yang lebih bernilai besar membuat saya mengerti dan berprasangka seperti itulah mungkin kenyataan di negeri kita mengapa banyak kejahatan yang susah diungkap. karena ada jual beli dan tawar menawar kasus.

Berhasilkah Bram menguak kasus pembunuhan ini? dan berhasilkah rencana si pembunuh untuk menghabisi seluruh pemimpin sindikat 12?.

Novel ini merupakan salah satu novel karya anak bangsa yang membuat saya mengacungkan ke empat jempol saya . benar-benar luar biasa. Novel kriminalitas yang cerdas dengan bumbu roman di dalamnya. Windry berhasil menyajikannya dengan utuh, seru, menegangkan dan mencengangkan.

Judul                      Metropolis
No ISBN                 9789790257146
Penulis                   Windry Ramadhina
Penerbit                 Grasindo
Terbit                     April-2009
Jumlah halaman       331
Katgory                   Mistery-Thriller



Selamat Jalan Dr Nukman

Beberapa hari ini sepertinya saya dikelilingi berita-berita tentang kematian. Kematian.... walaupun kata itu bukanlah kata yang asing bagi telinga saya, terjadi hampir setiap saat dan dimana saja namun tak pelak saat mendengar tentang kematian seseorang, sontak saya akan terdiam, terkejut, mungkin akan dibarengi dengan kata-kata " kok bisa?, bagaimana?, kapan ?, cepat sekali ?" dan kata-kata tanya lainnya.

Apalah lagi kalau kematian tersebut adalah seseorang yang kita kenal.

Siang tadi saya dapat SMS dari kakak ipar yang mengabarkan bahwa dokter langganan saya dan suami meninggal dunia. Duh, saya kaget bukan kepalang. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Itu kalimat yang pertama terlintas di pikiran saya. Setelah itu saya cepat-cepat menelepon suami mengabarkan hal tersebut. Suami pun kaget bukan main.

Nama dokter tersebut adalah Dr.Nukman Muluk. Ia seorang dokter spesialis andrologi. Saya mengetahui namanya dari kakak ipar saya di Jakarta. Setelah searching di internet dan membaca begitu banyak pasangan sami istri yang merekomendasikannya,akhirnya saya putuskan untuk menemuinya. 

Dua tahun yang lalu, saat saya dan suami sudah begitu resah karena tak jua ada tanda-tanda kehidupan di rahim saya, kami pun berkonsultasi ke seorang dokter spesialis kandungan di Medan. Apa katanya ? dia memvonis kami sudah tidak akan bisa lagi memiliki keturunan dengan cara alami. Satu-satunya cara adalah dengan bayi tabung atau inseminimasi buatan. Tentu saja kami tidak percaya begitu saja. Suami selalu menguatkan saya, dia bilang InsyaAllah kami akan memiliki keturunan.

Maka sekitar 5 bulan yang lalu, saat saya masih di Jakarta, kami pun mendatangi Dr Nukman ini. Bentuk dari ikhtiar kami. Syukurlah si dokter memberi semangat kepada saya dan suami. Setelah pemeriksaan menyeluruh, ia memberi resep obat-obatan yang harus diminum rutin.

Beliau adalah dokter yang sangat bersahaja dan selalu mempermudah pasiennya. Bahkan saya dan suami selalu mendapat prioritas waktu berkonsultasi karena beliau tahu suami saya di Medan. Setiap hari Senin ia sediakan waktu khusus untuk kami, jadi begitu saya dan suami datang, kami bisa langsung konsultasi tanpa ikut antrian, karena setelahnya suami saya harus mengejar pesawat kembali ke Medan. Ah semoga saja, akan ada Dr Nukman Dr Nukman lain yang berhati seperti beliau.

Dua bulan terakhir sebelum saya dinyatakan hamil, kami berhenti berobat. Karena sudah memasuki bulan Ramadhan, dan tak lama kemudian saya dimutasi ke Medan. Rencananya kami akan melanjutkan pengobatan setelah selesai lebaran. Syukurlah belum sempat konsultasi lagi, ternyata saya sudah positif. Alhamdulillah.

Mendengar berita kematian beliau, ada rasa kehilangan di hati saya. Walaupun saya yakin, kehamilan saya semata karena karunia Allah SWT, namun dokter tersebut turut andil dalam memompa semangat kami. Ia tidak serta merta memvonis kami seperti yang dilakukan dokter sebelumnya. Terkadang semangat yang diberikan kepada kita malah justru menjadi obat untuk segala jenis keputusasaan.

Selamat jalan Dr Nukman. Semoga Allah membalas semua kebaikanmu di dunia ini. Dan semoga Allah mempermudah segala urusanmu karena dirimu sudah mempermudah banyak urusan orang lain di dunia ini.

Dia yang Telah Kembali

Monday, November 5, 2012
Setelah membaca blog salah satu korban kecelakan bus yang tak lain adalah mahasiswi kedokteran FK Undip-almamater saya- jadi kepikiran terus,  bahwa ajal itu bisa datang kapan saja. Membaca postingan demi postingan di blog nya membuat saya merinding. Apalagi di salah satu tulisannya tanggal 1 november 2012 yang bercerita tentang kematian. Hanya selang beberapa hari kemudian si akhwat pun menghadap-Nya,   Setelah itu saya jadi ingat apa yang dikatakan Pramudya Ananta Toer, " Aku menulis karena itu aku ada", dan kata-kata Asma Nadia di salah satu seminar yang saya ikuti, " Tujuan saya menulis agar setelah saya mati, anak-anak saya masih bisa merasakan kehadiran saya di tengah-tengah mereka" kira-kira begitu. Benarlah, setelah kematian, salah satu yang tersisa adalah kenangan. 

Tiba-tiba saya takut, takut kala ajal menjelang tidak ada yang saya tinggalkan di dunia ini. Bukan berupa harta, tapi sesuatu yang bisa membawa manfaat bagi orang lain. Saya juga takut, calon bayi saya tidak mengenal saya. Takut saya akan hilang begitu saja di telan masa.


SUngguh Pada setiap diri manusia terdapat pembelajaran. 
Hari ini aku belajar dr seorang akhwat yang begitu cepat dipanggil-Nya. bahwa sekecil apapun ilmu, catatan,sharing yang kita bagi, yang kita tulis ,jika dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepadaNya maka pasti akan bermanfaat bagi orang lain, sekaligus memberi inspirasi pada jiwa2 yg mungkin tersesat selama ini. 

Dan Menulis adalah salah satu cara mengabadikan diri. Menulis untuk kebaikan pastinya.

Anakku, doakan bunda supaya bisa selalu berbagi kebaikan melalui tulisan yang tak seberapa ini.

Positif

Sunday, October 21, 2012

Terkadang saya masih sering dikejutkan oleh hal-hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Saya adalah orang yang sangat percaya adanya sebab akibat. Sesuatu tidak akan terjadi kalau tidak ada alasannya. Apapun itu. Pun kalau ternyata alasan itu adalah takdir, sesuatu yang masih banyak orang tidak mau menjadikannya sebagai alasan. Seperti saat saya mendapat  kabar mutasi dari kantor. Jantung ini rasanya mau copot kala melihat nama saya tertera di selembar kertas yang bernama SK. Padahal itu adalah berita yang saya tunggu-tunggu selama dua tahun terakhir. Toh tetap saja, saat itu menjadi kenyataan, saya pikir saya bakal teriak kegirangan, tapi ternyata reaksi saya adalah menangis. Sungguh diluar dugaan.

Sebelumnya juga saat saya menerima SK penempatan setelah pendidikan setahun di pusdiklat BRI. Saya shock melihat tulisan KANTOR PUSAT tercetak disana, oh My God, bukan itu keinginan saya, bukan itu doa saya, begitu kata hati ini. Lagi-lagi saya meresponnya dengan menangis. Ya, memang kelenjar glandula lacrimalis saya sangat tipis, sehingga begitu mudah mengeluarkan cairan.

Seperti kejadian beberapa minggu yang lalu. Seperti biasa saya menghabiskan akhir pekan di Medan bersama suami. Siang itu biasa saja, tidak ada yang istimewa. Suami mengajak saya makan mie ayam, satu-satunya makanan yang sama-sama kami suka ( kami memiliki selera makan bagai langit dan bumi ). Setelah ngider kesana kemari, akhirnya kami makan di warung mie ayam di ring road. Siang bolong makan mie ayam ternyata memang bukan ide yang baik. Saya langsung sakit perut, buru-buru kami pulang. Di tengah jalan, saat melewati apotik, suami tiba-tiba menghentikan kendaraan.

“ Sana dek, beli test pack”
“ Heh, buat apaan”
“ Ya buat ngetest, udah dua minggu kan adek telat “

Jiaah, beneran saya memang sudah dua minggu ngga didatengin si bulan. Kemarin –kemarin saya udah inget mau beli, tapi kelupaan terus. Dan lagian karena udah empat tahun berlalu, saya dan suami sudah menganggap biasa saja kejadian seperti itu. Setahun yang lalu juga saya pernah telat 10 hari saat saya lagi dinas ke Bengkulu. Sudah harap-harap cemas, bahkan hampir membatalkan keberangkatan, eh ternyata ngga terjadi apa-apa. Hopeless?, ngga sih, hanya takut kecewa saja.

Di rumah saya segera ke kamar mandi. Sedangkan suami goler-goler di depan Tivi. Saat saya keluar dari kamar mandi, suami udah senyum-senyum. Seperti kejadian yang dulu-dulu, biasanya saya akan bersungut-sungut, bibir saya akan mengerucut, misuh-misuh. Trus suami akan tertawa melihat wajah jelek saya sambil bilang, sabar…. Sabar ….. Maka kali itu pun suami sudah menyiapkan banyolan yang sekiranya bakal menghibur saya.

Tapi kali ini, wajah suami saya tegang, soalnya dia melihat kali ini saya yang terseyum-senyum.

“ Negatif ya dek”
Saya ngga menjawab, sambil berjalan ke arahnya, saya serahkan si test pack murahan seharga 5 ribu itu “
“ Lihat mas, ada dua garis merahnya”
“ HAH” ,
“ Iya, positif mas”

Hwaaaa, suami langsung memeluk saya. Seperti tidak percaya , kami baca lagi kemasan test pack itu, mencermati penjelasan yang tertera di sana. Satu garis negative, dua garis positif, ngga ada garis invalid.


Berpuluh kali sudah saya membayangkan hal ini terjadi pada kami. Dalam bayangan saya, akan ada adengan saya jingkrak-jingkrak kegirangan. Suami juga. Atau yang semacam itu. Ternyata itu tidak terjadi sama sekali. Setelah yakin itu beneran positif, kami terdiam, saling memandang, Sambil bergumam saya mendengar suami berkata :

“ Padahal kita lagi ngga berobat ke dokter ya dek, padahal kita lagi ngga terapi apa-apa ya ?”

Suami kembali memeluk saya. Saya??? Kalau yang ini sudah bisa diduga, saya menangis haru. Ya Allah, ternyata begini rasanya. Rasanya seperti ………….. saya ngga tahu. Yang pasti saat itu saya tahu, saya begitu kegeeran, merasa Allah sayang banget sama saya dan suami. Baru sebulan saya pindah ke tempat baru. Hanya dalam sebulan, doa-doa panjang kami selama empat setengah tahun ini diijabah. Kun, maka kun, ngga ada yang bisa menghalangi.

Segera suami mengajak saya berwudhu, saya menjadi makmumnya. Jujur selain rasa syukur saya ngga tahu apa yang harus saya katakan lagi. Saya hanya mengamini doa imam di depan saya. Agar saya dan si calon bayi kami sehat. Agar semua pasangan lain yang masih dengan ikhlas menunggu anugerah ini segera diberi nikmat seperti yang kami rasakan.

“ Semua akan indah pada waktunya”
“ Allah tahu yang terbaik untuk hambanya”
“ Rezeki tidak akan pernah tertukar, baik waktunya maupun takarannya“

Jangan pernah setitik pun meragukan kalimat-kalimat di atas. Karena bagi saya, rezeki ini InsyaAllah benar tepat waktunya datang di keluarga kami. Bukan kemarin, bukan setahun yang lalu, atau dua tahun yang lalu. Tapi saat ini. Allah maha tahu.

Saat ini, ada yang menemani hari-hari saya. Ia selau bersama saya, melekat erat di tubuh saya. Bukti kebesaran Ilahi. Walau ada terselip takut,khawatir di hati saya dan suami. Namun, apapun yang terjadi, kami hanya berharap semoga semua baik-baik saja. Saya sehat, si dedek sehat. Saya yakin dengan keyakinan absolute, Allah lah satu-satunya yang tahu apa yang terbaik buat hambanya.

Doakan kami yah teman-temanku tercinta.c


Baca juga my head voice yang ini




This Is it, Master Chef Wanna Be

Sunday, October 14, 2012

Benar juga kata orang, kalau apa yang kita baca, kita tonton itu bisa mempengaruhi diri kita. Ya itu, gara-gara nonton Master chef tiap weekend, jadi ngimpi pengen bisa masak yang yummy-yummy kayak mereka. 

Dulunya saya pikir saya bisa masak. Ngga jago tapi bisa. Makanya minggu lalu waktu pulang ke rumah , dengan semangat membara pagi-pagi buta minta dianter suami belanja. Jiaah gaya banget saya. dan anehnya suami mau tuh, dengan senang hati ia mengantar saya ke tukang sayur. Beli bayam, beli seledri, kepiting, udang ,tahu, cabe merah,cabe ijo, cabe rawit, bawang dan antek-anteknya.


Niatnya pengen buat sup kepiting, karena kata adik saya, sup itu masakan paling gampang sedunia, tinggal dicemplungin bahan-bahannya. Saya pun sudah berpesan sama suami, ntar kita ngga usah makan di luar, saya bakal masak enak, hihihih.

Setelah tidur-tiduran dulu, kira-kira jam sepuluhan barulah saya mulai berkutat di dapur. Rebus kepitingnya, trus cemplungin semua bahan sop, bawang merah dan bawang putih dikeprek, masukin seledri, masukin tomat, masukin daun bawang. Hmm melihat penampakannya kayaknya lumayan lah. Sambil  nunggu si kepiting mateng, saya pun menggoreng udang pake tepung bumbu, kalau ini sih keciiiil, tinggal plung. Trus goreng tahu. Nah disini saya bingung, goreng tahu itu bumbunya apa yah. karena di dapur saya ngga ada apa-apa, ya sudah saya rendem pakai garam aja. langsung sreng sreng. Dari harumnya kelihatannya juga enak. Terakhir rebus bayam. Kenapa udah ada sup, masih ngerebus bayam ?. Buat jaga-jaga siapa tahu supnya ngga enak, hahahaha.

Nah setelah semua jadi, dengan bangganya saya upload ke BB dan pamer sama suami. 


Tibalah saatnya makan. Setelah semua ada di piring, satu suapan, hueeek ngga enak banget. Supnya asin doang, ngga berasa sup. hadeeh apa gerangan yang salah ya.  Tahu gorengnya juga anyep nyep. Yang bisa dimakan cuma udang goreng sama rebus bayamnya ( tuh kan bener keputusan saya ).

Segera saya telepon kakak ipar saya, nanya apa yang salah dengan sup saya. 

K :" Udah dimasukin bawang putih?" 
S :" Udah"
K :" Merica? "
S :" Ngga"
K :" Jahe?"
S :" Ngga"
K : " Wassalam "

Hmm, hmmm, gimana mau dimasukin, lah semua itu ngga ada di dapur saya. 

Nggak lama suami nelfon, " Ade, mas mau pulang nih, udah selesai masakannya kan ?"
" Mas makan di luar aja sana, udah habis ade makan semua " xixixi, malu saya.

Duuuh, need a help nih, dimana yah di Medan yang ada kursus memasak, ternyata pengetahuan memasak saya nol besar. Bedain mana merica mana ketumbar aja masih sering salah.



Cerita Ngga Penting

Thursday, October 11, 2012
Ternyata saya mengalami juga yang namanya writer's block. Aaah. ngga enak banget rasanya. mau nulis tapi ngga tau mau nulis apa. Buntu tu tu, otak kosong melompong. Bisa jadi karena kecapekan , mungkin. Kayaknya emang butuh cuti buat mengistirahatkan pikiran. Akhirnya saya langsung ajukan surat permohonan cuti ke atasan. Satu hari doang, Jumat, sekalian pulang . 

Hari Kamis sore udah siap-siap beresin kerjaan. Kebetulan si bos lagi keluar kantor, yess, pikir saya, bisa naik kereta yang jam 5 nih. Tepat setengah lima saya beres-beres meja. Matikan komputer, ngerapiin berkas-berkas. Ready to Go. 

Ealah, tiba-tiba si bos muncul di tangga, tuk tuk tuk. " Windi, ke ruangan saya sebentar", perintahnya. Saya ngelirik jam, duh bakalan lama nih.Ngobrol ini itu, nanyain kerjaan, jarum jam pun bergeser sedikt demi sedikit. Saya mulai gelisah, aduuh ketinggalan kereta dah nih gw. Trus tiba-tiba si bos minta saya merevisi Exsum debitur yang udah saya kerjakan. " Win, ini diperbaiki dikit yah, diganti kata-katanya jadi ini ... itu..., lima menit jadi ya". 

Wew, secepat kilat saya keluar ruangan, nyalain komputer yang udah terlanjur shut down. Revisi bentar, langsug print, bawa ke ruangannya lagi.Pyuuuh, pas lima menit ngerjainnya. 

Setelah ok, tanpa menunggu saya segera ngibrit ke luar kantor. Naik becak , bilang sama si abang becak, " cepetan baaang, cepetan. Udah buru-buru gitu. begitu saya menginjakkan kaki di stasiun si kereta pun bergerak. Meninggalkan saya yang hanya bisa menatapnya sambil ngelus perut, eh dada . Sebenarnya kalau boleh langsung lompat ke kereta sih bisa, tapi dilarang sama petugasnya, hadeeh.

Apa boleh buat, hangus deh tiket saya, terpaksa beli lagi. Si abang tukang tiket, senyum-senyum aja melihat saya misuh-misuh.

Ketinggalan kereta itu ternyata lebih sakit dari sakit gigi, suerr, apalagi di Rantau Prapat, dimana jadwal keretanya terbatas banget. Harus nunggu 6 jam ke depan baru ada kereta lagi. Huhuhu, gagal deh mau malam sabtuan sama suami. 

Itu ceritaku, cerita ngga penting banget. tapi penting ngga penting, dipenting-pentingin, biar ada isinya nih blog ;)).

Kado Untuk Pasutri

Monday, October 8, 2012

Alhamdulillahi rabbil alamin....


Yey, akhirnya terbit juga nih buku. Dari lomba nulis antologi beberapa bulan yang lalu. Tulisanku ada disini nih friend. Xixixi, sebenarnya malu juga mau posting. Secara antologi mulu, belum ada nelurin satu karya solo sebiji pun. Tapi ah gpp lah ya. Semua butuh proses kan. Bahkan Thomas Alfa Edison pun harus mencoba beribu-ribu eksperimen baru bisa menciptakan bohlam. bahkan Dewi Lestari pun nulis sejak jaman sekolahan baru bisa nerbitin buku solo nya. bahkan.... bahkan.... Ah pokoke walaupun tulisanku baru secuil ada di buku ini, yang penting udah berkarya, dudududu. 

Penasaran nih buku tentang apa?. 


Yah seperti judulnya, nih buku mengisahkan suka-duka dalam pernikahan. Macem-macem deh kisahnya. Mungkin ada kisahmu juga disini.  Okelah, ga perlu berpanjang lebar. Baca keterangan di bawah ini yah ;)))



Telah terbit buku ASK-1, yang akhirnya kami beri judul "Kado untuk Pasutri". Buku dapat dibeli di toko-toko buku seluruh Indonesia pada pertengahan bulan Oktober. 

Berikut deskripsi buku tersebut:

Judul: Kado untuk Pasutri
Penulis: Norma Juliandi, dkk
Editor: Norma Juliandi dan Berry Juliandi
Desain Sampul: Leo Sastra Candra Winata
Penerbit: Pena Nusantara
ISBN: 978-602-18878-0-6
Cetakan: pertama
Jumlah Halaman: x + 240 halaman 
Harga: Rp. 40.000 (Indonesia), 600 yen (Jepang).
Harga kontributor: Diskon 40%
Harga Reseller: Diskon 40% (minimal pembelian 20 eksemplar buku). 

Sinopsis:
"The success of marriage comes not in finding the 'right' person, but in the ability of both partners to adjust to the real person they ineveitably realize they married" (John Fischer).

Mengisahkan 46 kisah nyata inspiratif tentang suka dan duka dalam pernikahan, buku ini sangat cocok dibaca oleh pasangan suami-istri, calon pengantin, ataupun pasangan yang telah berpisah. 

Kisah-kisah dengan problematika umum dalam rumah tangga yang diangkat, sangat mewakili isi hati para pasutri di masyarakat. Tangis, tawa, haru, dan semangat mewarnai kisah-kisah perjuangan cinta mereka. 

Dengan menggunakan gaya bahasa yang sangat sederhana, mudah dipahami, dan mengalir apa adanya, buku ini dapat dibaca di saat santai ataupun di sela-sela kesibukan. Dengan desain buku yang sangat unik menyerupai kado, buku ini juga sangat cocok digunakan sebagai kado pernikahan ataupun kado untuk pasangan Anda.

Komentar Pembaca:
"Manis asamnya pernikahan dapat ditemukan dalam buku ini. Kita dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian yang dikisahkannya. Kisah-kisah yang diungkapkannya mampu menjadi motivator bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam keluarga."

Riris Istighfari (Dosen Fakultas Farmasi - UGM dan ibu dari seorang putra).

Selain pembelian melalui toko-toko
buku, buku juga dapat dipesan melalui sms, email, website, atau melalui para kontributor.

1. Pemesanan melalui telepon.
Mengirimkan sms dengan menyebutkan judul buku, jumlah buku dan alamat kirim secara lengkap ke nomor berikut:
Norma Juliandi: 08040169369 (Softbank, Japan)
Deri Alhudri: 0815 36219777 atau 0857 70199060 (Indonesia)

2. Pemesanan melalui email.
Mengirimkan email ke pena.nusantara@yahoo.com, yaitu dengan menyebutkan judul buku, jumlah buku, dan alamat kirim secara lengkap. Subjek email "PESAN BUKU KADO UNTUK PASUTRI"

4. Pemesanan melalui website www.penanusantara.com

3. Memesan melalui para kontributor

Semoga bukunya dapat bermanfaat, menginspirasi, dan menghibur untuk para pembacanya.

Happy reading... :)


Custom Post Signature