Tentang Kredit di Bank

Saturday, September 15, 2012
kredit di bank


Bagaimana cara mendapatkan kredit di bank

“ Win, aku punya rumah, lokasinya strategis, besar lagi, bisa ga aku agunkan di bank dan dapet kredit?’

Seorang teman menghubungi saya seminggu yang lalu. Bukan pertama kalinya saya mendapat telepon bernada serupa dan menanyakan hal yang sama. Mulai dari teman, sodara, teman suami, teman adek, temen ortu, pokoknya siapa saja yang tahu saya kerja di bank.

Siapa Yang Teroris, Siapa Yang Dituduh ???



Baru baca berita tentang tuduhan MetroTV terhadap Rohis, sebagai tempat rekrutmen dan kaderisasi teroris. Ya ampuun, aya-aya wae. Yakin seratus persen yang nurunin berita itu pasti dulunya ngga pernah ikut Rohis di sekolahan dan salah mengartikan kata Teroris. Gara-gara berita itu, saya lihat status temen di FB, ortunya langsung nelfon dan ngingetin dia untuk ga terlalu aktif di Rohis, malah kalau bisa ngga usah ikutan Rohis.

Bukannya bermaksud mau ikut-ikutan heboh mengomentari, hanya saja heran kok sekarang gampang banget ya ngeluarin tuduhan terhadap semua kegiatan yang berbau keagamaan terhadap kegiatan teror. Orang pakai cadar dibilang teroris, jenggotan teroris, celana ngatung dituduh teroris. Lah yang beneran teroris malah asik melenggang kesana kemari dan dianggap orang suci.

Sebagai seorang mantan Rohis jaman sekolahan dan jaman kuliahan dulu saya sangat geli membaca berita tersebut. Setahu saya sih dulu saya ikut Rohis dengan kerelaan, ga pake dipaksa-paksa. Trus kegiatan ROhis tuh malah bagus banget untuk remaja, apalagi jaman sekarang. Kalau saya sebagai orangtua , mungkin nantinya saya malah lebih tenang kalau anak saya aktif di Rohis. Ngga ada tuh kegiatan Rohis yang mendatangkan mudharat. Di Musholla kita baca Qur'an, membahas isi Al Qur'an, ikut bantu mentoring keagamaan adik kelas, yang semuanya itu isinya mengajak kebaikan, mendekatkan diri ke agama yang malahan belum tentu bisa diajarkan orangtua di rumah. Dan semua kegiatan itu tidak menganggu kegiatan belajar mengajar sama sekali. Wong dilakukan di jam istirahat atau kalau kuliah di sela-sela pergantian jam kuliah. 

Setiap minggu dulu saya dan temen-temen Rohis dikasih tugas buat menghapal ayat-ayat pendek, ntar minggu depan kita setor tuh hapalan. Makin lama ayat yang dihapal makin panjang, lama-lama kalau emang anaknya punya daya ingat yang kuat bisa hapal Al-Qur;an deh. Ada juga kajian rutin mingguan, yang materinya ngga berat-berat amat, seperti menyemangati kita-kita yang kuliah dengan biaya pas-pasan. Ajakan menghormati orangtua, kewajiban menuntut ilmu. Pokoknya, bagus lah buat remaja yang terkadang suka kebablasan kalau ngga ada yang ngingetin.

Trus ya kalau ada temen yang kesusahan, misalnya ngga bisa bayar uang kuliah, ntar dari pihak Rohis kita bakal urunan buat bantu temen tersebut, kalau belum cukup kita ajak juga temen-temen di luar Rohis ikut nyumbang. Malah ngajarin ukhuwah yang erat.  

Saya inget dulu saya punya grup nasyid favorit namanya Izzatul Islam. Lagunya bagus-bagus dan selalu mengobarkan semangat. Suatu saat mereka mau konser di Semarang, wah saya pengen banget nonton, tapi ngga punya duit. Temen Rohis yang tau tanpa mikir langsung membelikan saya tiket untuk nonton. Wih, ikut Rohis itu membuat kita nemuin temen-temen dengan hati seluas Samudra dan sebening embun.

Belum lagi, pernah ada mahasiswa di jurusan lain di Fakultas Teknik yang terancam DO karena ngga mampu bayar kuliah,penyebabnya dia diusir keluarganya ( saya kurang jelas masalahnya apa), tapi yang jelas Rohis yang turun langsung ke tiap jurusan, ngumpulin iuran buat dia, trus nyariin tempat tinggal buatnya sampai masalah dengan keluarganya selesai. Itu ROhis yang saya tau.

Trus kegiatan lain yang saya ingat ya, kami rutin mengadakan bazar sembako bersubsidi yang kami bagikan di desa-desa terpencil, pemerintah aja belum tentu ngadain kegiatan begituan. Belum lagi kegiatan ngumpulin baju layak pakai untuk nantinya dibagi-bagikan ke orang ngga mampu. Nah lho, ikut Rohis tuh malah mengasah rasa empati , melatih toleransi dan menyingkirkan rasa egois di dalam diri. Bahkan lagi yah, dulu di Rohis saya ada juga kok yang ngga pakai jilbab ya ikutan Rohis, dan diterima dengan baik, ngga ada tuh paksaan buat pakai jilbab seketika itu juga. Namun  pelan-pelan, mungkin karena sering dengar kajian dan mendapat hidayah akhirnya teman tersebut memutuskan mengenakan jilbab juga.

Apa ada kegiatan keagamaan yang ngajarin teror?

Ya mungkin ada, tapi menuduh rohis sebagai tempat rekrut teroris ya sungguh terlalu.

Mungkin perlu liputan khusus soal Rohis kali ya biar ga salah kaprah

Saya Rohis dan saya bukan teroris.

Kun Fayakun

Friday, September 14, 2012



Katakanlah alam semesta ini terbentuk oleh sebab akibat. Dan kita manusia dan segala isinya terhubung secara tidak kasat mata oleh benang yang bernama takdir. Sesuatu tidak akan terjadi kalau yang lain belum terjadi. Si A tidak akan menjadi A kalau B belum menjadi B.

Jadi apa yang dilakukan Jono akan berpengaruh terhadap Joni dimana bila Joni tidak melakukan itu maka Juminten akan gagal melakukan yang lainnya sehingga kalau Juminten gagal akibatnya Jumadi tidak akan berhasil melaksanakan misinya, maka dunia akan kacau balau .

Ibarat sebuah lukisan yang terbentuk dari campuran berbagai warna, dari ratusan garis yang dihubungkan oleh beribu titik. Semua saling terhubung menciptakan harmoni sehingga sim salabim jadilah lukisan bunga matahari.

Sebenarnya saya mau ngomong apa sih??

Jadi gini ceritanya, tadi siang saya lagi di toilet kantor. Disitu ada cewek yang sebelahan sama divisi saya . Selama ini kalau ketemu di kamar mandi, di mushola, di lift, saya dan dia tidak pernah saling sapa. Tapi hari ini saya tergerak untuk menyapanya.

Adegan di Toilet

Sambil cuci tangan di wastafel, lirik-lirik ke kaca, sapa ngga ya, sapa ngga ya. Sapa ngga sapa ngga sapa. Oke .

Setelah basa-basi nanyain udah sholat belum, bicarain ac yang terlalu dingin, trus percakapan berlanjut.

Saya :“ Mba udah lama ya nikahnya?”
Si Mba : “ Iya, udah 6 bulan”
Oooo ( dalam hati, masih lamaan aku dong udah 4 tahun )
Si Mba : “ Udah punya baby mba ?”

Detik itu saya  langsung menyesal menyapa, tau gitu dari tadi diem aja, daripada ditanyain pertanyaan itu lagi. Namun demi kesopanan saya pun menjawab

Saya : “ Belum mba, hehehehe ( dalam hati meringis)
Si Mba ; “ Wah sama dong mba, saya juga belum ( pelukan berasa senasib)

Dan seterusnya akhirnya saya dan dia malah mengobrol panjang lebar . Banyak banget yang kami omongin yang menghantarkan kami ke satu kesimpulan. Semua hal ada sebab akibatnya.

Setelah keluar dari toilet saya jadi mikir. Hmm bener juga yah kata si mba tadi bahwa semua itu udah ada yang ngatur, jadi ga perlu sedih kalo belum dapet apa yang kita inginkan.

Nah disinilah saya mulai berpikir tentang alam semesta seperti yang di paragraph pertama tadi. Jadi saya mau menganalisa, bagaimana proses terlahirnya seseorang ke dunia yang fana ini. Hasil analisa sementara saya begini.

Memiliki anak itu, bukan hanya antara si suami dan istri. Bukan pula tentang ayah, ibu, dan anak itu kelak. Tapi ada suatu system yag lebih besar dari itu. Bahwa kehadiran seorang manusia di bumi ini ada pengaruhnya dengan kehadiran orang lain.

Dalam kasus ini, saya mengambil contoh, saya dan suami yang terpaut usia sebanyak lima tahun.

Di dalam AlQuran dikatakan, bahwa sejak seorang anak di dalam kandungan, maka telah ditulis tentang rezeki, jodoh dan umur, dan jalan hidupnya. Saat suami saya lahir, maka malaikat menulis di dalam kitab lauhul mahfuz nya.

Nama : Teguh S
Rezeki : Bekerja di perusahaan X di sumatera utara
Jodoh : Windi Widiastuty, bertemu di usia 29 tahun.Beda usia 5 tahun
Umur : YYY, penyebab : ZZZ

Saat suami saya dilahirkan pada Juni tahun 1978. Pada bulan itu terjadi ledakan pertama wahana antariksa di GEO (Geostationary Earth Orbit) .Yang mana saat itu Ayah dan ibu saya masih pacaran di Medan. Dua tahun kemudian, saat suami saya baru selesai disapih ibunya, ayah dan ibu saya memutuskan menikah.

Karena saya sudah ditakdirkan untuk berjodoh dengan suami dimana saya dan suami tertulis terpaut 5 tahun, maka saya harus lahir di tahun 1983,makanya saya tidak bisa menjadi anak pertama ibu saya. Ahirnya tahun 1981 setahun setelah pernikahan mereka abang saya lahir.

Dimana saat abang saya masih di dalam kandungan, ditulislah jalan hidupnua, ia akan berjodoh dengan seorang wanita bernama Roslina yang terpaut umurnya sebanyak 4 tahun, maka saat itu orang tua kakak ipar saya kelak pun harus sabar menunggu mendapatkan bayi perempuannya demi kesesuaian cerita tadi.

Nah di satu sisi, kelak saya akan dikenalkan ke suami melalui salah seorang teman kuliah saya yang nantinya adalah teman kerja suami. Nantinya di saat abang saya masuk sekolah, saya merengek-rengek kepada ibu saya untuk ikut sekolah, akhirnya saya kecepetan 1 tahun masuk SD. Sehingga usia saya dan teman kuliah saya tadi harus berbeda 1 tahun, Dia harus lebih tua dari saya. Maka harus diatur pula kapan tepatnya lahir teman saya tersebut. Karena saya lahir tahun 1983, maka di tahun 1982 dia harus brojol, sebutlah namanya Wati.

Sementara itu, pada tahun 1960, seorang bayi laki-laki lahir, kita namakan di Albert. Jalan hidupnya tertulis nantinya di umur 40 dia akan menjadi atasan saya di perusahaan Y. Nah karena di jalan hidup saya, saya akan kerja di BRI pada usia 22 tahun. Berarti usia kami akan terpaut sebanyak 18 tahun.

Maka saya harus lahir saat Mr Albert umur 18 tahun, dan suami saya umur 5 tahun dimana teman saya Wati harus berusia 1 tahun.

Terserah mau percaya atau tidak, mau setuju atau tidak. Analisa saya tersebut, akhirnya membawa kesadaran penuh kepada saya. Bahwa kelahiran seseorang itu sangat banyak hal yang mempengaruhi. Bukan tingkat kesuburan suami dan istri, bukan pula factor kuantitas bertemu. Tapi memang system yang sudah diatur sampai rigit terkecil oleh yang Maha Kuasa.

Kun maka Kun. Ga pake tawar menawar.

Mau ada gunung meletus, gempa bumi, tsunami kalau memang seorang bayi harus lahir, ya lahir dengan selamat. Tidak peduli seberapa dahsyat bencana yang ada.

Kemarin-kemarin saya sempat sediih banget, kalau ada yang nyinggung-nyinggung soal isi perut saya. Kejadian saat lebaran. Baru rumah pertama bertandang saya langsung diberondong dengan pertanyaan, " Udah isi Belum?, ditunda ya?, kapan lagi ?. Duuuh, kalau saja yang nanya itu tahu bagaimana perasaan saya. Tapi sekarang, saya ingin selalu berpositif thinking padaNya. Karena sudah begitu banyak doa-doa saya yang dijabahNya, kalau ada satu dua yang belum terkabul, hanya belum waktunya saja.

Teman-teman pasangan suami istri senasib, saya ingin mengatakan hal ini. Mungkin terlalu sering kita mendengar orang berkata “ Sabar, semua ada waktunya”. Atau “ Coba berobat kesini, manjur lho”. Terlalu sering pertanyaan-pertanyaan yang mengusik telinga kita. Bisa jadi pertanyaan itu memang bentuk kepedulian, atau hanya ingin tahu saja, atau apalah yang hanya si penanya yang tahu. Tapi pastinya dibalik semua itu, memang ada suatu rahasia yang membuat kita harus menunggu lebih lama dari orang lain.

Siapa tahu, calon baby kita kelak harus lahir beberapa tahun setelah seorang pria soleh dihadirkan dulu melalui rahim seorang wanita di suatu tempat yang entah, jika bayi itu perempuan. Siapa tahu, nantinya ia akan menjadi penemu bahan bakar yang terbuat dari debu pada tahun 2028  sehingga lahirnya harus tepat hitung mundur saat ia berumur 25 tahun.

Atau bisa jadi calon bayi kita harus menunggu untuk meramaikan hiruk pikuk dunia ini, karena si pemilik alam rahim itu sendiri, Sang Rahim ( Maha Pengasih) masih ingin mengajarinya banyak hal di sana

Anggap saja, Yang Kuasa masih ingin mendengar doa di sujud-sujud panjang kita. Mungkin pula, dia ingin menguatkan mahligai rumah tangga kita dengan membuat kita selalu mendukung satu sama lain. Ia terlalu sayang kepada kita sehingga ingin memberi suatu rasa nikmat dengan dosis tinggi yang mungkin  orang lain tidak rasakan pada saat kita menerima titipannya kelak

Apapun itu, seperti yang sudah-sudah, sebagai pemeran di panggung sandiwara ini kita harus mengikuti skenario yang sudah di tulis Nya.







Hip Hip Hurray Tujuh Belasan


Gara-gara usia saya dan abang saya hanya terpaut dua tahun, maka sejak kecil saya nempel terus kemana abang saya pergi. Dia main ketapel saya ikutan, dia manjat pohon rambe saya ga mau ketinggalan, dia berenang di sungai ya saya ngekor juga, bahkan nengkepin ikan gobi di parit pun saya selalu dengan setia ngintil di belakangnya.

Saat akhirnya abang saya harus mendaftar sekolah dasar, saya terpaksa ga bisa ikutan lagi, hiks sediih sekali waktu itu. Karena ga mau pisah dan selalu ngerecokin akhirnya setahun kemudian saya didaftarkan sekolah juga. Saat itu umur saya baru 5 tahun. Dengan badan mungil dan umur yang masih kecil praktis saya selalu menjadi anak bawang di kelas. Anak bawang itu, kalau diibaratkan kartu dia itu joker, bisa kemana aja, kebal terhadap segala hukuman, dan dianggap ga pernah bersalah. Masih inget , penggilan saya dulu tuh si unyil, ada juga yang manggil ikan teri, karena saya imut-imut banget. Waktu TK malah ada temen yang suka sekali kalau duduk sambil mangku saya, xixixi.

Awalnya sih asik-asik aja, kalau ada kerja bakti di sekolah pasti dikasi kerjaan yang ringan-ringan. Mulai bermasalah, saat hari kemerdekaan tiba, tujuh belas Agustus. Udah lazim kan kalau menjelang tujuh belasan pasti banyak banget diadakan berbagai macam lomba. Lomba makan kerupuk lah, junjung botol, guli dalam sendok, balap karung, lomba lari, wah banyak deh. Saya pun sibuk ikut mendaftar, ingin  berpartisipasi dan sangat berharap bakal menang. Padahal hadiahnya ya waktu itu palingan buku tulis sama pensil.

Lomba pun dibagi dalam beberapa kategori. Salah satunya sesuai umur, ada juga sesuai kelas, misalnya kategori umur 5-7 tahun atau kelas 1-3 SD. Nah , mau ikut kategori manapaun, saya selalu menjadi peserta yang terkecil. Bisa dipastikan, tak satupun lomba tujuh belasan yang saya menangkan. Pas lomba makan kerupuk, ukuran kerupuk dengan mulut ,gedean kerupuknya, saya ngunyahnya 32 kali baru ditelen, peserta yang lain udah habis. Ikut lomba balap karung, kesrimpet terus sama si karung. Lomba lari, kaki saya kalah lebar dibanding anak lain. Hadeeeh, frustasi banget rasanya. 




Sebenarnya saya jago lompat tali, tapi entah kenapa ga pernah dilombain pas agustusan. Akhirnya lama-lama saya menyadari dengan sendirinya, pokoknya segala perlombaan yang melibatkan fisik saya harus melipir jauh-jauh, cukup jadi penonton saja. Saya sering menghayal, gimana yah biar badan saya bisa tinggi trus kaki saya bisa panjang biar bisa menang macem-macem lomba, minimal makan kerupuk.

Bertahun-tahun kemudian, setelah puluhan agustusan saya lewati, akhirnya saya menemukan si belahan jiwa. Kami tinggal di perkebunan di daerah Kisaran, Sumatera Utara. Tradisi di perkebunan setiap tujuh belasan mengadakan lomba untuk semua kalangan. Mulai dari anak-anak sampai untuk orang dewasa. Paling seru, lomba untuk suami istri. Ada lomba jogged jeruk. Jadi jeruk diletakkan diantar kening suami dan istri, terus diputar lagu dangdut dan mereka harus jogged. Siapa yang bertahan sampai akhir tanpa menjatuhkan jeruk dia yang menang. Sekali lagi saya hanya jadi penonton, soalnya malu mau ikutan.




Tapi entah mengapa, saya ingiin sekali memenangkan salah satu hadiah yang disediakan panitia. Hadiahnya sih ga seberapa, ada uang, peralatan dapur, kaos, handuk, macem-macem gitu. Dan ada piala. Wow melihat piala, mata saya berbinar-binar. Dengan tekad membara, saya kuatkan hati untuk ikut lomba apa aja deh yang penting bisa menang.

“ Yak, kepada para suami yang ingin ikut lomba gendong istri silahkan mendaftar ke meja panitia”

Aih, pucuk dicinta ulam pun tiba, dengan setengah memaksa saya seret suami ke meja panitia. Dengan wajah memelas saya bujuk dia “ Ikut yah mas, pliiisss”. Entah ikhlas entah tidak, suami saya pun mendaftakan nama kami, yess.

Tak disangka ternyata pesertanya membludak, jadilah perlombaan dibagi dalam 6 sesi. Setelah diterangkan aturannya, dan ditunjuk garis finish, saya pun segera bertengger di punggung suami. Sebelum panitia meniup peluitnya, saya bisikkan ke telinga suami, “ Mas, adek belum pernah sekalipun menang tujuh belasan, plis mas usahain ya kita menang” ;).

Priiit…….

Begitu ditiup peluit, suami pun berlari secepatnya. Ternyata ada untungnya juga saya ga terlalu ndut, jadi masih masuk dalam kategori ringan untuk digendong. Sanking serunya, penonton berteriak-teriak menyemangati. Ada pasangan yang istrinya lebih gemuk dari suami, terang saja baru beberapa langkah udah jatuh. Ada lagi yang karena gak sabaran, belum mencapai garis di salah satu ujung langsung balik menuju garis start sekaligus garis finish, akibatnya didiskualifikasi. Pokoknya lucu-lucu deh. Saya pun teriak-teriak diatas punggung suami, menyemangati dia sekaligus berpegangan erat supaya ga sampai jatuh. Udah ga peduli lagi deh, urat malu rasanya udah putus, dan ga merhatiin peserta lain.

Begitu sampai di garis finish penonton pun bersorak, horeeee… Ahahaha siapa sangka, kami jadi peserta tercepat, cihuuuy. Akhirnyaaa, saya bisa juga menang lomba tujuh belasan. Tepatnya sih suami yang menang, lah saya Cuma nangkring doang. Ga peduli lah, yang penting saya menang, horee horee.



Kalau nginget-nginget kejadian itu lagi, pasti suami saya ngomel-ngomel. Katanya, “ Sebenernya ade tuh berat tauk, mas kasihan aja ade ga pernah menang lomba makan kerupuk “. Duuh, gemes banget deh kalau dia lagi misuh-misuh gitu.

Sekarang, kalau pas tujuh belasan lagi, rasa penasaran saya tuntas sudah. Yang penting udah pernah jadi juara tujuh belasan, Puaaas deh. Tujuh belasan kali itu menjadi tujuh belasan paling membahagiakan dalam hidup saya. Tapi kalau disuruh ikutan lagi, hmmm saya ga mau  soalnya sekarang udah berat, mana kuat lagi suami gendong saya sambil lari-lari J

Itu ceritaku, kalau kamu, apa nih kenanganmu di hari kemerdekaan. Atau punya kenangan saat lebaran ?. Ikutan Kontes Kenangan Bersama Sumiyati-Radit Cellular yuks. 




Ket ; Gambar dari Google


Sekar Blog Competition

Akhirnyaaaa, punya kesempatan juga buka-buka internet setelah setumpuk pekerjaan yang ga ada matinya. Begitu terkoneksi ke internet , wow saya diserbu dengan berbagai macam lomba yang sangat menggiurkan, mana temanya asik-asik banget lagi, aduuh mupeng.  Sebagai seorang yang sangat hobi ikut lomba, melihat pengumuman lomba berserakan disana-sini tapi ga bisa ikutan, itu adalah sesuatu yang sangat menyiksa Jenderal.

Karena waktu yang sangat terbatas, pulang ngantor udah tepar banget, jadi saya putuskan kulik-kulik lomba yang gampang aja deh, yang ga perlu waktu lama buat ikutan dan ga ribet syaratnya. Dan eng ing eng, saya nemu lomba blog dari Majalah Sekar. Lomba blog ini adalah salah satu kegiatan dari rangkaian acara Womenpreneur Awards 2012. Itu tuh, award yang diberikan untuk perempuan-perempuan yang berjiwa enterpreneur dan sukses di bidangnya.


Cara ikutannya gampang banget. Tinggal klik banner diatas, trus ntar muncul form pendaftaran , seperti dibawah ini.


Berbeda dengan lomba blog ada selama ini, lomba blog majalah sekar ini kita cukup ngisi formulir aja. Yang penting kalau kamu perempuan, berusia 23 sampai 45 tahun dan punya blog pribadi dengan tema apa saja bebas, bisa ikutan lomba ini.

Lah terus penilaiannya darimana dong. Hmm ntar si mimin majalah Sekar bakal ngunjungin blog kita, udah gitu dilihat -lihat deh isi blognya dan salah satu nilai tambahnya adalah jumlah pengunjung di blog kita ini. Jadi ga perlu pusing-pusing mikirin nulis tentang apaaaa gitu, seperti lomba blog lainnya. Cukup sharing aja tentang info lomba ini ke teman-tema kita . Ga ribet sama sekali kan.

Oya, setelah formnya diisi lengkap, jangan lupa pasang kode banner lomba nya di blog kita. Caranya ada tuh dikasih tau. tinggal copy kode html nya dan tempel deh di blog. Udah, gitu ajaa.

Oke daah, balik kerja maniing, saatnya koneksi diputuskan lagi. Jangan lupa ikutan friend. Belum bisa jadi pemenang Womenpreuneur awards nya, ikutan lomba blognya aja dulu , siapa tahu ntar-ntar jadi finalis womenpreneur nya :D.

Info lebih lengkap bisa dilihat di http://www.majalahsekar.com/


Horee .... Horee

Saturday, September 8, 2012

Ikut kuis atau lomba menulis itu memang asik banget yah. Modalnya cuma komputer sama jaringan internet. Ketak-ketik, cerita sesuai tema , lengkapi persyaratan, submit, udah gitu aja. Setelah itu tinggal tunggu pengumuman. Nah, kalau nunggu pengumuman tuh kitanya pasti harap-harap cemas, ga konsen ngapa-ngapain, makanya saran saya kalau ikutan lomba ga usah ditungguin. Untuk membuat harapan terus tumbuh dan kesempatan lebih besar, sering-seringlah ikut lomba. Kalah disini, mudah-mudahan menang disana.

Tapi, sejak menjelang lebaran sampai hari ini, saya harus menahan diri untuk ikut lomba-lomba. Padahal tangan udah gatel banget pengen ikutan. Apalagi ngeliat hadiahnya yang bikin ngiler, duuh ijo mata saya. Walaupun bukan hadiah tujuan utama, tapi tetep hadiah merupakan katalis utnuk semangat, xixixi. Apalah daya, di tempat kerja yang baru sinyal susah banget. Boro-boro mau buka internet buat browsing,buka twitter or FB aja susahnya minta ampun.

Tapii, namanya rezeki itu memang ngga kemana. Walaupun udah ga ikutan lomba apa-apa, ternyata lomba-lomba sebelumnya banyak yang sudah pengumuman. Saya sudah ngga inget lomba yang saya ikuti. Dan ga bisa internet juga, ya sudahlah. Eh ternyata walau udah balik ke Sumatera si JNE masih bisa ngelacak alamat saya.

Kemarin dapet kirimin buku dari si emak gaol @windakisnadefa karena saya menang Giveaway yang diadain beliau, duh senengnya. Trus dapet email dari Rama Klik IT, saya menang lomba blog pengalaman buruk dengan kabel berantakan. Bukan pemenang utama sih, but who cares?.  Hadiahnya satu set klik IT KLI0S2, yippie berguna banget tuh si kabel pastinya buat saya. Dan terakhir di siang bolong kemarin dapet telepon dari Vaseline, kalau cerita saya tentang pengalaman memakai Vaseline terpilih sebagai salah satu inspiring story dan dapet hadiah Perfect Gift dari Vaseline, yeaay, ga perlu beli lotion sampe tiga bulan ke depan nih kayaknya.



Alhamdulillah, ternyata menulis itu benar-benar kegiatan yang ga ada ruginya sama sekali. Bukan soal hadiahnya, tapi bagaimana pengalaman menulis itu membawa hal-hal positif bagi saya. Termasuk perasaan bahagia setiap menghasilkan satu tulisan walau sekedar pengalaman yang dialami sehari-hari. Ditambah bonus, kalau beruntung bisa dapet hadiah lagi.

Trus, apa yang membuatmu masih berfikir untuk mulai menulis freeend. :))

10 Things I Love About Jakarta

Sunday, September 2, 2012
Wah, ternyata sudah seminggu saya resmi meninggalkan Jakarta. Kota yang dulu saat saya masih di Medan menjadi kota yang paling sering kali saya cibir. Jakarta??? ih NO NO. Melihat keadaan kota ini di televisi saja sudah membuat saya bergidik. Macet, banjir, pencopetan, pemerkosaan, sampah dimana-mana. Gambaran tersebut selalu berulang-ulang ditayangkan, membuat saya selalu berfikir betapa kasihan orang-orang yang harus tinggal dan menetap di sana.

Kualat. Pernah dengar kata itu ?.

Saat saya duduk di sekolah menengah pertama dulu, setiap hari Jum'at pagi, di depan sekolah akan lewat serombongan ABRI. berlari-lari sambil menenteng senjata dan menyanyikan beberapa lagu. Saya dan teman-teman suka meneriaki mereka " Kodok ijo kodok ijo". Bahkan ada temen saya yang sering berujar. " Ih amit-amit dah sama mereka. Padahal katanya pamali bilang begitu. Benar saja, beberapa tahun kemudian teman saya yang ngomong gitu, nikah sama salah satu yang kami sebut "kodok ijo" itu. :).

Pun demikian. Saat masih bertugas di unit kerja yang lama, saya sering banget ngomong sama rekan kerja saya, " Biar dibayar berjuta-juta pun, aku ngga akan mau tinggal di Jakarta". Beuggh, ibarat kena tulah, setahun kemudian saya dimutasi ke Jakarta, oalah.


Dua tahun sudah saya tinggal di kota ini.  Pertama disini saya tinggal di apartemen Grand Tropic, full setahun. Gile, hidup berasa indah. Jauh dari suami agak terobati karena fasilitas yang diberikan kantor cihuy banget. Mau tidur, kasurnya empuk banget, mau makan tinggal ke restoran. Pengen olahraga, ada gym nya, Mau berenang tinggal nyemplung ke kolam renang. Mau nge-mall?, samping kanan ada mall taman anggrek, samping kiri ada Citraland, tinggal jalan doang.Pulang pergi ke diklat di jemput bis, aih enaknyoo.









Tiba penempatan dapetnya di kantor pusat. Ngekost di Benhil pulak. Ke Semanggi tinggal nyebrang. Mau makan? segala jenis makanan ada di benhil. Tanah abang dekat, Tamrin city tinggal ngesot, Blok M cuma sekali metromini, mau ke bandara bisa langsung masuk tol.  Ga ada yang susah.

Ternyata Jakarta tidak seperti gambaran saya selama ini. Ternyata lagi, tinggal di Jakarta itu menyenangkan. Apa-apa ada. Mau nyari apa aja semuaaaanyaa ada. Saya pasti bakal kangen sama kota ini.

Ada 10 hal yang bakal saya rindukan dari Jakarta :

1. Jakarta ga pernah mati lampu.



Baru hari pertama nyampe di Medan, udah disambut byar pett. Duuh, kalau udah gini, pengen banget bilang sama penduduk Jakarta kalau mereka beruntung banget ga pernah kena pemadaman bergilir.

2. Sinyal Penuh
Yup, di Jakarta tuh mau pakai operator apapun, sinyalnya masih bisa 3G deh. Kalo di Medan, okelah masih bisa 3G walau ilang timbul, seringnya sih GSM doang. Kalo di dalam rumah, hape diletakin di tempat yang tidak tepat udah langsung berubah jadi Edge, siigh. Rasanya percuma disini beli paket BB yang streaming Unlimited, lah ga bisa juga dipakai.

3. Wifi Dimana-mana


Saya memang seorang internet mania. Makanya menurut saya wifi itu salah satu penemuan terpenting abad ini. Kemarin-kemarin, kalau kuota modem saya udah tingggal mati segan hidup tak mau, saya tinggal kabur ke seberang kost-an. Disana ada Seven Eleven yangWifi nya lumayan kenceng. Cukup beli kopi or coklat se cup, saya bisa berjam-jam internetan gratis. Di Medan banyak juga, tapi butuh effort yang lebih besar. Kalau di rantau Prapat, huhuhu ga tau nih, belum survey juga.

4. Gampang Ketemu Para Ahli
Contohnya nih, mau ikut seminar menulis, banyak banget penulis dan penerbit yang ngadain, tinggal proaktif kita saja. Dan serunya, pembicaranya langsung penulis idola kita. Tak jarang para penulis tenar tersebut mengadakan jumpa fans, atau book signing di toko-toko buku seantereo Jakarta. Itu baru dalam dunia menulis. Mau dengerin ceramah agama??. Di istiqlal setiap minggunya pasti ada tuh ustad-ustad yang wara-wiri di televisi. Ga usah jauh-jauh ke istiqlal, di kantor saya sendiri sering mengundang penceramah yang notabene sudah diakui kehandalannya. Coba, kapan lagi dengerin Adyaksa Dault ceramah ( keren banget loh si bapak, bahasa arabnya kayak aer , lancaaar ). Di Jakarta kalau yang namanya mau belajar, kita bener-bener bisa berhadapan langsung dengan si master.

5. Kesempatan terbuka Luas


Masing-masing sih kembali ke pribadinya. Tapi, semua pilihan itu gampang dan tersedia di kota metropolitan ini. Kamu mau mengejar kebaikan, segala fasilitas tersedia, pesantren yang bagus, pengajian rutin yang terkordinir dengan baik, tempat-tempat penyalur bantuan. Pendek kata kalau mau dapet pahala gampang banget disini. Mau upgrade pendidikan, gampang banget, semua kursus ada di Jakarta. Mulai dari kursus jahit, masak, otomotif, bahasa. Istimewanya , kita bisa langsung diajar oleh yang terbaik. Suatu hal yang mungkin tidak didapat di tempat lain Namun, mau nyari tempat maksiat lebih gampang lagi. Segala jenis ada, mau yang kelas ecek-ecek sampai kelas yang Luxury.

6. Fasilitas Umum Lebih Baik


Walaupun masih banyak yang mencaci segala pelayanan publik di negeri ini, namun menurut pengalaman saya , di Jakarta tuh fasilitas dan pelayanan publik masih jauh lebih baik ketimbang di daerah. Sebutlah transportasi. Keluar gang saja, taksi udah ngider-ngider kesana kemari. Asal lu tahan di ongkosnya, kenyamanan bisa dinikmati tanpa perlu bersusah payah. Bandingkan dengan saat saya di Medan, keluar dari komplek perumahan yang masih dalam kawasan kota, nunggu taksi sampai hampir satu jam, tak satu pun yang lewat, tapi syukurnya ada pengganti taksi, yaitu becak motor, yiiiha. Kalau mau angkutan umum, busway masih merupakan alternatif yang bisa dipilih. Memang di jama-jam sibuk dan rute tertentu bisa seseknya minta ampun, sampe ga bisa bernafas. Namun saat weekend atau beberapa waktu yang tidak sibuk dan rute yang tidak favorit, naik busway sangat nyaman kok.

Itu baru transportasi, contoh lain rumah sakitnya. Banyak yang jelek, tapi banyak banget yang bagus, baik dari segi fasilitasnya maupun kualitas dokter-dokternya. Saat saya operasi gigi di salah satu RS gigi terkenal di Jakarta, saya tidak merasakan sakit yang berarti dibanding temen saya yang melakukan operasi yang sama di kota lain. Pipinya sampai bengkak dan susah makan berhari-hari, padahal saya satu jam setelah operasi sudah bisa langsung makan nasi padang.

Belum lagi sekolah. Segala sekolah yang bagus dan bermutu ada di Jakarta.

Namun kunci dari semuanya ya, asal kuat aja bayarnya :DD. Pokoknya yang penting pilihannya itu ada. Dibanding di daerah , bisa saja orang punya uang banyak namun yang diinginkan belum tentu ada.

7. Selalu Up To Date
Ya wajar aja sih, namanya juga ibukota. Semua barang yang terbaru bisa didapat di Jakarta. Buku-buku terbitan baru dengan gampang bisa dicari di toko-toko buku. Coba aja lihat di daerah kita yang jauh dari ibukota , harus sabar nunggu beberapa minggu bahkan beberapa bulan untuk bisa beli buku terbaru. Baju dengan gaya terbaru pun tersedia di mall-mall nya. Saya sering melihat bahwa jenis baju yang dijual di mall Jakarta dan di Medan walaupun departemen storenya sama, tapi modelnya beda, yang bagus-bagusnya ada di Jakarta, nyampe ke daerah biasanya pas udah cuci gudang.

8. Banyak diskon



Bener lo, tinggal di Jakarta itu kita bisa nikmati macem-macem diskon. Mulai diskon yang ditawarkan kartu kredit. Hampir pasti lebih dari 50 persen berlakunya di Jakarta. Apalagi kalau kita rajin mantengin situs-situs diskon, wah bisa untung banget lo, membeli atau menikmati barang dengan kualitas 100 tapi beli seharga 50 atau kurang.



9. Sumber Inspirasi
Dengan segala keruwetannya, Jakarta banyak memberi saya inspirasi dan ide untuk menulis. Segala macem karakter manusia ada di kota ini. Segala kejadian , gampang di temui. Mau nulis tentang perampokan, banyak banget tuh narasumbernya. Mau nulis tentang macet yang bikin pengen bunuh orang, tinggal plung langsung bisa mengalaminya dan merasakan sensasinya.

10. The Last But Not The Least



Terakhir , yang akan paling saya rindukan dari Jakarta adalah semua teman-teman saya selama dua tahun ini. Hiks sedih banget pisah dari mereka. Terutama, dengan my partner in Crime Deby Gurendo. Waaa, rasanya udah seperti menemukan belahan jiwa. Kemarin pas terakhir ketemu, saya sok ga ngerasa apa-apa. bersikap biasa seolah-olah besok masih ketemu, padahal nyampe kost langsung nangis bombay, huhuhu aganwatyy kangen banget niih.




And here i am. Kembali ke kota tempat orang-orang tercinta saya berada.

Sering kali, kita baru merasakan sesuatu itu terasa berarti saat sudah tidak di dekatnya lagi. Seperti itulah yang saya rasakan. Hargai apa yang kamu miliki saat ini, seburuk apapun itu. Dan hei, ga nyangka yah, ternyata Jakarta punya begitu banyak kelebihan. Daan ternyata lagi, di setiap hal yang buruk , pasti tersembunyi hal-hal baik. Tinggal bagaimana cara kita memandang saja. Bener juga kalimat yang dulu pernah saya baca. Jakarta, dibenci tapi dirindu.

Custom Post Signature