Perjalanan dinas saya kali ini termasuk dalam kategori yang terburuk selama ini. Dimulai dari saya dicuekin sama staff yang saya datangi di Kanwil Surabaya. Kemudian saat akan pulang, pesawat yang rute seharusnya Surabaya-Jakarta-Medan, tiba-tiba berubah menjadi Surabaya-Yogyakarta-Jakarta-Medan. Beuugh berarti semakin jauh jarak yang harus tempuh dan semakin lama waktu saya di dalam pesawat. Saya termasuk orang yang tidak tahan berlama-lama di dalam pesawat, bosen, bete.
Dan setibanya di Soetta, ternyata pesawat saya ke Medan delay selama 3 jam. Oh sempurna sudah hari saya.
Sambil menunggu waktu keberangkatan saya menuju ke executive Lounge, and tampaknya saya masih harus diuji kesabaran dengan kartu kredit saya yang sudah tidak bisa digunakan untuk check in di Exc Lounge karena dalam bulan ini saya sudah mencapai batas maksimal gratisan nya , malu deh jadinya. Ya seingat saya memang dalam bulan Mei ini saya banyak bepergian.
Ya sudah saya langkahkan kaki keluar dan menuju Solaria, karena kesal saya jadi lapar dan haus. Sambil meminum segelas es teh manis dan seporsi ayam nanking, saya kembali mengingat-ingat hari saya yang cukup berantakan. Saya jadi inget kejadian saat transit tadi.
Tadi di pesawat dari Yogya ke Jakarta saya ketemu cewek yang super ajaib.
Saat transit di Yogya, penumpang yang akan meneruskan perjalanan ke
Jakarta, tidak perlu turun pesawat, karena pihak maskapai hanya akan
menurunkan penumpang dan menaikkan penumpang selanjutnya. Saya duduk di
pinggir gang, di tengah kosong, di samping jendela mas-mas berusia
sekitar tiga puluhan. Tak lama penumpang dari Yogya mulai naik. Dan
sesosok cewek tinggi semampailah penghuni kursi kosong diantara saya
dan si mas.
Yang bikin saya terbelalak takjub adalah dandanan si cewek tinggi
semampai. Ia mengenakan celana jeans ketat dengan sepatu higheels
setinggi 9 cm ( trust me saya mengukurnya), rambut hitam terurai lurus
sebahu, ditangannya tersampir jaket berwarna coklat diselipkan diantara
tali tas merk Guess berwarna senada. Ada yang belum saya sebut ya. Yup,
bajunya.., ia mengenakan tank top bermotif animal print macan tutul
berpotongan dada sangat rendah. Hampir menunjukkan setengah assetnya.
Saya sudah sering melihat cewek berdandan seperti itu, tapi… tidak
dalam jarak yang sangat dekat dengan batang hidung saya. Kalau saya
terbelalak takjub, si mas samping jendela melongo nafsu.
Belum sempat hilang ketakjuban saya, tiba-tiba si cewek seksi
mengeluarkan BB Torch nya dan langsung melingkarkan tangannya di leher
saya, “ Mba, foto bareng ya sama aku”, cpret cpret , sebelum saya
sempat mengatakan iya, si cewek udah asik jeprat jepret sambil
tersenyum manis ke kamera hp nya.
“ Sekali lagi yah mba, mas tolong dong ambilin foto kita”. Saya dan
si mas samping jendela dengan tanpa sadar, begitu saja mengiyakan nya.
Kalau si mas jelas, dia lagi mabuk kepayang lihat dandanan si cewek
seksi. Lah kalau saya?,
gak tahu juga kenapa saya diam saja.
Dan sepanjang perjalanan, saya melihat si mas samping jendela
gelisah tak menentu, bingung memutuskan mau melihat pemandangan awan
putih di luar jendela atau melihat pemandangan setengah perbukitan di
samping kiri. Dan baru kali ini saya berharap agar AC di pesawat
suhunya turun beberap puluh derajat. Mulut saya sudah gatal ingin
menyuruh si cewek seksi untuk mengenakan jaketnya.
Kenapa saya bilang ni cewek ajaib?.
Setelah puas berpose dengan saya, dari bibirnya meluncur deras alasan kenapa dia berfoto bareng saya.
“ Buat bukti mba sama cowokku kalau aku beneran pergi bareng teman
cewek” katanya sambil sibuk menukar profil Picture BB nya dengan foto
saya dan dia. Posenya tentu saja ia yang tersenyum manis berangkulan
dengan saya yang bermuka shock. Sial, saya dijadiin alibi sm tuh bocah.
“ Kalau kamu bohong sama cowok kamu, ntar-ntar kamu bakal dibohongin juga sama dia” saya mulai berpetuah sok bijak.
“ ih ngga mba, InsyaAllah cowok saya ngga gitu mba, dia orangnya jujur”
Saya geli mendengar ia mengucap kata InsyaAllah. Fasih juga dia
ngucap kata itu disamping dandanannya yang bikin mata saya kelilipan.
Penampilan luar belum tentu mencerminkan di dalam.
Tak lama tanpa saya minta ia bercerita tentang profesinya. Ternyata
ia SPG khusus event-event memasarkan suatu produk. Ya makanan, mobil,
produk perbankan, sampai rokok. “ oh Pantes” dalam hati saya.
Saya asik-asik saja mendengar ia bercerita. Mulai dari tarif per
event, kehidupan SPG di luar jam kerja, sampai barang-barang bermerk
yang menjadi ajang persaingan diantara rekan seprofesi.
“ Nih ya mba, tas ini aku beli harganya satu juta., tapi bagus kan mba”
Hiks, saya melirik tas di pangkuan saya yang harganya tak lebih
dari dua ratus ribu perak. Hmm, saya mengangguk-angguk mendengarkan
ceritanya. Sesekali saya tersenyum mendengar celotehannya yang
serabutan.
“ Ga pengen nyoba jadi pramugari? “ Tanya saya iseng saat seorang pramugari melintas di samping saya.
“ Pengen sih mba, tapi bahasa Inggris saya jelek. Alah mba, pramugari sih sama aja dengan SPG, kehidupannya ya gitu-gitu juga”
“ Gitu-gitu gimana” tanya saya penasaran
“ Ya gitu mba, kalo dah berumur dikit aja ga kepake lagi, sama dengan SPG” jawabnya lugas.
Saya membenarkan dalam hati.
“ Jadi SPG itu enak mba, kalo mau ndapetin satu event, cukup
ngelampirin CV dilengkapi foto, udah gitu aja, ga perlu ijazah, ga
perlu fotocopy KTP” lanjutnya.
“ Oya” saya mulai tertarik
“Sebulan saya bisa dapet 3 jutaan mba, cukup lah buat belanja
sepatu Rotelli, tas KW super dan beberapa baju mba, kerjanya bebas
ngatur sendiri, bisa jalan-jalan lagi”
“ Wah, habis dong gajinya kalau buat belanja barang bermerk gitu” tanya saya
“ Ah ga apa-apa mba, kalau habis ya tinggal minta pacar, kalau ga mau ngasi ya pecat aja jadi pacar”
Buseeet, nih cewek kaya buku bacaan terbuka lebar di hadapan saya.
Si mas samping jendela senyam senyum menguping pembicaraan kami.
Setiap lima belas menit ia merogoh-rogoh tas Guess nya,
mengeluarkan cermin dan mematut-matut wajahnya, mengecek apakah make-up
nya perlu di re-touch atau tidak. Sesekali ia mengibas-ngibaskan rambut
panjangnya ke belakang, memberikan kesempatan sejenak ke si mas samping
jendela untuk melirik malu-malu. Dalam hati saya masih berdoa semoga
suhu AC semakin dingin.
Lima menit kemudian, akhirnya ia kedinginan juga. Saya
menghembuskan nafas lega, dan si mas samping jendela menghembuskan
nafas kecewa.
Seperti kebanyakan profesi, pasti punya suatu parameter yang bisa
dikatakan sukses. Kalau bagi saya pribadi, menjadi pegawai Bank
Indonesia adalah merupakan suatu pencapaian yang tinggi. Bagi pramugari
mungkin bisa keterima di Singapure Airlines adalah suatu prestise. Bagi
cewek disamping saya?
“ Cita-cita saya bisa direkrut jadi Umbrella Girl mba, minimal jadi
SPG rokok Marlboro deh. Kalau bisa keterima disitu mba, maka karir SPG
saya akan mulus lus, mau event apapun pasti bisa saya dapetin “
Dan begitulah, saya menyematkan julukan cewek ajaib kepadanya.
Di balik keribetan dandanannya, ternyata keinginannya hanya
sesederhana itu. Ralat, sederhana di mata saya, mungkin bagi dia itu
adalah puncak prestasi seorang SPG.
Sekarang saya jadi senyum-senyum sendiri sambil mengetik tulisan
ini di sudut Solaria. Ah hari ini ternyata tidak terlalu mengerikan.
Saya jadi sadar, di setiap situasi yang terjelek sekalipun, ada
hal-hal menyenangkan yang tidak kita duga sebelumnya. Bisa jadi kalau
pesawat saya tidak transit si Yogya, maka saya tidak ketemu dengan
cewek antik ini, padahal darinya saya dapat banyak kisah menarik soal
SPG yang selama ini tidak saya ketahui.
Oke, panggilan untuk penerbangan saya sudah terdengar. Ciaaou