The Right Man in The Right Place and The Right Time

Tuesday, March 6, 2012
Orang pintar banyak cara, orang bodoh banyak alasan

Kata-kata itu terpampang besar-besar di atas spanduk ukuran jumbo menghiasi sudut-sudut strategis Kanca BRI Tebing Tinggi.

Sebagian dari diri kita memang selalu berupaya mencari dalih untuk apapun hal yang kita lakukan jika tidak sesuai dengan yang seharusnya. Misalnya, terlambat datang ke kantor, maka otomatis otak kita tanpa sadar akan mencari, menelusuri file di dalam, merangkainya menjadi kalimat yang keluar dalam bentuk alasan. Karena ban motor kempes, bangun kesiangan, angkotnya mogok. Dan segala macam bentuk pembenaran lain.

Saat keragaan unit kerja tidak tercapai, kembali kita mencari-cari alasan. Persaingan bisnis, nasabah ditarik bank lain, sampai menyalahkan target yang terlalu tinggi.

Apakah itu salah ??. Menurut saya itu alamiah,natural. Adalah hal yang sangat manusiawi, kita akan melindungi diri kita dari perasaan tak berdaya, tak mampu dan berusaha memindahkan factor penyebab ke sesuatu di luar diri kita pribadi.

Namun kalau terlalu sering berdalih, maka benar apa yang dikatakan Dahlan Iskan, apa gunanya yang Maha Segalanya memberikan kita suatu alat tercanggih di dunia bernama “Otak”. Tentu agar kita bisa menemukan cara yang lebih baik untuk memperkecil terjadinya gap antara harapan dan kenyataan.

Dulu saat di kanca Tebing Tinggi, spanduk ukuran Jumbo itu seperti hakim tanpa wujud. Daripada terkena klausa kalimat kedua mending langsung angkat tangan menyerahkan diri, tidak perlu berdalih apalagi berbohong seperti yang terjadi di persidangan Nazaruddin vs Angelina Sondakh. Kalau salah, ya bilang salah, setelah itu jangan diulangi dan temukan cara agar tak terjadi kesalahan berulang. Titik.

Adalah seorang Pria kelahiran 26 Februari 1966 yang mempopulerkan kalimat diatas spanduk tersebut. Perawakannya sedang , berkumis tipis, dan berpenampilan selalu necis. Jika hari ini memakai celana coklat, maka, dasi berwarna senada ,demikian juga sabuk dan sepatu.

Walaupun asalnya dari Purwodadi, jangan bayangkan sosoknya seperti orang jawa kebanyakan, yang lemah lembut dengan suara halus. Suaranya tegas, to the point dalam menyampaikan arahan dan instruksi. Pandangan matanya, hmmm membuat para pekerja tertunduk dan tak berani menatap terlalu lama.

Ia datang di saat yang sangat tepat. Istilah The right man in the right place and the right time cocok sekali menggambarkan keadaan pada saat itu. Jajaran pekerja kanca BRI Tinggi, yang dari sononya adalah orang-orang pilihan dengan kualitas yang mumpuni di bidangnya, memang perlu seseorang yang mengerti benar bagaimana membuat nasi yang terlanjur menjadi bubur menjadi lebih nikmat dengan ditambah kerupuk, bawang goreng dan sambal.

Saat itu yang dibutuhkan kanca Tebing Tinggi bukan koki yang bisa mengolah segala macam bahan makanan menjadi masakan dengan cita rasa tinggi. Yang dibutuhkan adalah keahlian mengkombinasi masakan jadi yang telah ada sehingga menjadi lebih lezat dan menggungah selera. Bagaimanapun segarnya soto thamrin pasti tidak akan nikmat kalau dimakan bersama rawon . Demikian juga menyajikan pecel dan gado-gado bersamaan adalah hal yang mubazir.

Disinilah Kepiawaian pria lulusan jurusan perikanan Undip ini teruji. Awalnya mungkin karena lidah yang belum terbiasa, maka saat mencicipi masakan yang dihidangkan terasa asing. Ada yang berbeda. Beberapa langsung memuntahkannya, tanpa memberi kesempatan enzim-enzim di mulut bereaksi dan menstimulus lidah mengecap berbagai rasa . Ada juga yang menelan dengan setengah hati. Yang lain, mencoba menikmati sambil mendengarkan alunan musik ringan. Hmm lezat.

Yup. Tidak perlu menunggu lama, sampai menu-menu si koki andalan tercium aromanya ke tetangga sebelah, sampai ke istana induk.

The rising star yang dicapai para frontliner, mengantarkan pria ini ke pulau Dewata dan membawa pulang hadiah jutaan rupiah. Seperti oase di padang gurun setelah sekian lama kemarau prestasi tak menjambangi kantor yang berseberangan dengan bank pesaing tersebut. Tentu saja pencapaian itu bukan hasil kerja seorang diri. Tetapi merupakan sinergi dari seluruh pihak, baik pemimpin sebelumnya, pekerja sendiri, yang didukung penuh oleh motor penggerak yang sedang dikemudikan saat itu.

Man jadda wa jadda, siapa bersungguh-sungguh akan berhasil

Ibarat kecambah . saat yang satu memunculkan tunasnya, yang lain pun akan turut bermunculan. Begitulah, rasa-rasa yang hambar satu persatu mulai ditemukan resep pelengkapnya. Dari Lay out kantor yang semakin rapi, hingga angka NPL yang perlahan namun pasti mulai beringsut turun pun membuat semakin lega pernafasan.

Tampaknya, selain kerja keras, Dewi fortuna pun tak mau jauh-jauh dari sisinya. Entah mengapa setelah sekian kali undian untung beliung ada, baru saat itulah angin puting beliung Britama singgah dan mengeluarkan mobil Nissan Xtrail dari pusarannya di kanca Tebing Tinggi.

Saya tidak dapat menguraikan satu persatu , kesan-kesan yang saya rasakan selama kepemimpian beliau. Tapi yang pasti, bagi saya beliau adalah sosok pemimpin berkarakter, tahu apa yang harus dicapai dan mengerti bagaimana menuju kesana. Mungkin terkadang beliau agak keras kepada bawahan. Slogan di spanduk tersebut, merupakan tamparan keras bagi jiwa-jiwa rentan selama ini. Termasuk saya pribadi. Awalnya berfikir, tidak adakah kata yang lebih halus??. Namun sepertinya saya tahu jawabannya sekarang.

“ Walaupun nasi padang, dimana-mana tampilan restorannya sama, menunya sama, cara penyajiannya sama, namun ada sedikit yang membedakannya. Gulai yang dijual di Jawa lebih encer sedikit santannya dari yang di Sumatera. Demikian juga rendangnya, sedikit lebih pedas yang dijual di Sumatera dibanding yang di Jawa “


Oya, hampir lupa., The right man in the right place and the right time itu bernama Huru Priyono Ambarwito. Selamat Ulang Tahun pak. Semoga tambah disayang penghuni langit dan bumi.

Life Happens


Ada beberapa pertanyaan dalam hidup yang tidak ada jawabannya. Beberapa lagi memang tidak butuh jawaban.

Pertanyaan tentang jodoh, rezeki, maut. Kebanyakan tidak ada jawaban yang tepat sebelum benar-benar telah terjadi.

Seperti pertanyaan tentang mengapa kita dicintai, mengapa si A selalu gagal, mengapa dewi fortuna sepertinya suka sekali menguntit ke si B. Dan Mengapa mengapa yang lain.

Terkadang jawabannya hanya sesimple menjawab alasan kenapa terlambat masuk ke kantor. Kenapa Jakarta semakin hari semakin menor. Kenapa pocong semakin lama semakin tenar.. Kenapa Timnas ga pernah menang dan kenapa gaji kita ga naik-naik.

Life happens

Dulu saya punya kakak kelas di SMA yang super duper pinter. Kita semua berpendapat dan hampir bisa memastikan bahwa jalan hidupnya akan semulus pantat bayi.  Dimulai dengan angka-angka di rapornya yang selalu terancam angka sempura 10, bahkan untuk nilai Ebtanas. Kemudian ia menjuarai olimpiade Sains, lengkaplah gambaran kesuksesan di peta hidupnya.

Setelah lulus SMA , ia diterima di ITB  jurusan yang termasuk salah satu jurusan terfavorit, Teknik Informatika.  Namun ternyata di tengah jalan beliau DO. Dengan kapasitas otaknya yang mendekati otak Habibie, kami hanya bisa menduga-duga apa penyebabnya.

Tidak hanya beliau, mungkin bayak teman-teman kita dahulu di masa sekolah yang mengalami hal yang serupa. Yang dulunya “seseorang banget” kini bukan siapa-siapa. Sebaliknya yang dulu namanya saja kita tidak pernah dengar sekarang sudah menjadi pembicara handal.

Tak salah kalau di acara reunian. sering terdengar kata-kata “ Gile ya, lu berubah banget sekarang”

Yah. It’s true, Life Happens

Pun demikian, saat  saya lulus SMA, saya begitu ingin melanjutkan kuliah di kedokteran. Namun karena kondisi yang tidak memungkinkan, cita-cita saya tersebut kandas di awal jalan. Ternyata keputusan untuk menulis Teknik Kimia di formulir UMPTN adalah keputusan terbaik dalam hidup saya. Karena disitulah saya bertemu dengan seorang sahabat yang dikemudian hari merupakan orang yang dipercayakan Sang Kuasa untuk menjembatani pertemuan saya dengan suami.

Sekali lagi Life happens.

Saat ini saya sedang memikirkan begitu banyak peristiwa yang telah saya lalui di umur yang hampir mendekati kepala tiga.  Saya ingat saat wawancara pekerjaan dulu, saya disuruh menceritakan tentang kegagalan yang pernah saya alami.

Dengan percaya diri saya menjawab, bahwa dalam hidup saya tidak pernah merasa gagal. Sesuatu yang tidak tercapai sesuai keinginan, saya anggap sebagai sesuatu yang memang harus terjadi dan merupakan hal yang terbaik untuk saya. Bagi saya,  seluruh jalan hidup yang saya lalui sudah sesuai dengan yang direncanakan. Lulus di jurusan yang memang merupakan pilihan pertama . menyelesaikan kuliah tepat waktu, hingga mendapat pekerjaan yang sesuai dengan harapan saya. Saya merasa tidak ada yang dapat saya sebut sebagai kegagalan.  Bukankah kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda. Tapi saya tidak mau mengutip kata-kata itu. Terdengar sangat klise.

Tampaknya jawaban tersebut cukup ampuh meloloskan saya setidaknya di tiga wawancara akhir ( BRI 1,BRI 2 dan BRI 3 ).

Dan sekarang, kembali saya bertanya-tanya, benarkah apa yang telah saya jalani ini?. Keputusan-keputusan yang saya ambil. Ada saat-saat dimana saya terlalu takut untuk mengambil suatu keputusan. Saya takut apa yang saya putuskan bukanlah yang terbaik untuk hidup saya. Namun saya juga berfikir, jangan-jangan kalau saya tidak mengambil keputusan apa-apa, itu juga salah. Aaaagh siapa bilang pasrah itu gampang.

Beberapa hari lalu saya sempat mengobrol di telepon dengan salah seorang sahabat saya yang cantik. Kami bercerita panjang lebar mengenai ketidakpuasan-ketidakpuasan yang kami rasakan. Mengenai tidak adilnya hidup ini sampai rencana-rencana yang ingin kami lakukan. Di akhir pembicaraan masing-masing dari kami sangat menginginkan berada dekat dengan keluarga. Bagaimanapun caranya.

Siapa sangka, dua hari kemudian sahabat saya tersebut menerima SK mutasi yang memungkinkan ia untuk berkumpul bersama buah hatinya.  Saya turut bersyukur atas doanya yag begitu cepat diijabah Allah. Ah semua memang sudah ada jalannya.

Melihat fenomena hampir 60 persen pekerja di kantor saya sekarang adalah orang-orang yang hidup berjauhan dengan keluarga, membawa saya pada satu kesimpulan jawaban. Suka tidak suka, mau tidak mau itulah yang harus dijalani.

Barusan suami menelepon saya. Dari percakapan kami di telepon, He’s fine. I’m fine. So..

Terkadang ada banyak pertanyaan yang kita tidak tahu jawabannya. Membuat kita menggungat Tuhan, menggugat keadaan, merasa tidak puas dengan apa yang diraih hari ini.

Padahal bisa jadi apa yang kita nikmati saat ini, merupakan mimpi orang lain sejak dulu.

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Yang penting kita berusaha berbuat yang terbaik untuk diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar. Sehingga apapun keadaanya, tetap ada sisi positif yang kita syukuri.

Yang jelas sekarang jika ada yang bertanya pada saya atau anda. Atau suatu saat jika kita bertemu dengan teman lama yang di luar dugaan kita. Saat pertanyaan itu muncul.

What happened to you?

Jawab saja Life happens

Masa Lalu

Friday, March 2, 2012


Salah satu hal yang paling enggan dan sungkan untuk diungkapkan kepada pasangan adalah masa lalu. Apalagi latar belakang pergaulan yang berbeda, pastinya membuat berbahaya membicarakan tema sensitif ini. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari sebuah pernikahan, termasuk keterbukaan. Tapi, apa iya harus mengatakan semuanya?

Ini adalah tahun-tahun awal pernikahanku. Aku ingin berusaha membuatnya mengenalku apa adanya.Termasuk tentang masa lalu. Saat dia bertanya tentang si A,si B kubiarkan ia tahu. Terus terang aku merasa begitu malu dengan masa laluku yang diwarnai kejahiliyahan. Aku malu dengan karakterku yang begitu terbuka, interaksi-interaksi masa laluku dengan teman-temanku yang kebanyakan pria, yang dia katakan terlalu terbuka. 

***
Apa kabar ndi… sekarang tinggal dimana

Sebaris SMS itu kuterima tadi sore. Melihat nama pengirimnya, seketika ada yang berdebar di hati ini. Nama itu…. dulu pernah menghidupkan mimpi-mimpiku. Menggoreskan warna warni di hatiku.  Empat bulan telah berlalu sejak kata” sah” diucapkan para saksi di pernikahanku. Ini pertama kalinya ia berinteraksi kembali denganku. Sebersit senyum terbit di bibirku. Ah, dia masih memikirkanku batinku.

Cepat kutekan tombol delete di inboxku. Dia bukan siapa-siapaku lagi.

***
Mohon doanya, bulan depan aku akan menikah

Sebaris SMS kukirim untuknya lima bulan yang lalu

“Yang bener ndi, dengan siapa?,dimana kenalnya?,kapan? Kok cepat banget”

Bertubi-tubi pertanyaan dilontarkannya. Saat itu aku tersenyum geli. Sudah setahun lebih kami berpisah, belakangan hubungan aku dan dia sebatas teman saja. Seperti istilah anak remaja, kami putus baik-baik, makanya tetap bisa berteman, karena dulunya dia memang sahabat karibku.

“ Iya, dikenalin teman, insyaAllah baik, mohon doanya saja” kujawab dengan singkat.

Itulah terekhir kali kami melakukan komunikasi. Setelah hari itu, aku sibuk dengan kehidupan baruku. Kuharap dia pun demikian.

***

Pagi-pagi saat bangun, aku lihat suamiku sudah duduk di depan TV. Wajahnya muram. Kulihat ia sedang mengenggam handphoneku.

“ Ada telepon dari siapa mas” tanyaku

Ia diam saja. Matanya memandang tajam ke arahku.

Aku tak mengerti, merasa tak ada yang salah.

“ Kenapa kamu masih berhubungan dengan mantan-mantanmu” tanya suamiku

Pelan, namun mampu membuatku terkesiap. Kuingat-ingat lagi. Sepertinya sms terakhir kemarin sudah kuhapus.

Aku diam saja. Menunggu ia selesai bicara.

“ Nih tadi malam, dia sms kamu, ngasi tau film kesukaanmu lagi tayang di televisi” dingin suaranya sambil menyerahkan HP ku.

Aku tertunduk malu. Dalam hati ada amarah yang tak terbendung. Mengapa masih mengirimiku sms-sms murahan seperti itu.

Kulihat suamiku termenung. Matanya menatap kosong ke depan, Kudekati dirinya.

“ Mas, ade ga tau, kenapa dia sms ade, jangan marah ya”

Kulihat air mukanya mulai berubah, sedikit tenang. Sambil menghela nafas, dia menatapku.
Hari itu dia menjelaskan panjang lebar padaku bahwa masa lalu memang tidak bisa diubah. Itu adalah bagian dari hidupku. Namun ia tidak suka aku masih berhubungan dengan teman-teman lelakiku dahulu, apalagi mantan pacarku. Hari itu aku merasakan sesuatu yang membuatku begitu sesak. Antara rasa malu, marah,cemas, menyesal dan semua emosi yang begitu warna warni. Kadang kebenaran itu begitu menyakitkan . Hari itu aku mendengar kriktik pertama dari dia, tentang kesleboranku pergaulanku..

Kecairan interaksiku dengan lawan jenis, meski aku hanya menggangap sebatas teman, membuatku tersadar bahwa suamiku seorang yang mulia, terjaga.

Kusadari, diriku yang dulunya suka berhaha hihi sama setiap orang pastilah sangat berbeda dengan dirinya. Malah dia mengatakan aku terlalu berani menatap lawan bicara, yang akan berpotensi menimbulkan salah paham. Kadang dalam hati aku masih membela diri bahwa kalau ada yang GR bukan salah aku dong, masa aku harus menjaga hati setiap orang.

Sungguh betapa aku diam-diam selalu mensyukuri kehadirannya. Aku memang malu dengan masa laluku, tapi aku semakin ingin menjadikan dia bangga di masa mendatang. 

Hari itu, aku belajar bagaimana menghargai rasa cemburu yang mungkin muncul dihati para suami. Caranya menegurku membuatku berjanji untuk tidak lagi membuatnya tak berkenan.. Bukankah cinta melatih kepekaan untuk menghargai perasaan ?

Suamiku sayang …. Maafkan aku. 

***

Kubuka tutup belakang hpku. Kulepas simcard yang ada. Dengan mantap kupatahkan menjadi dua.

Selamat tinggal masa lalu.

Di ambang pintu kulihat suamiku tersenyum sambil berjalan mendekatiku


Gambar dari Sini



( Untuk suamiku tercinta… aku hanya ingin berproses menjadi seorang yang berbeda di masa depan, bersamamu ! )

Bersamamu Aku Sempurna



Tak sabar rasanya untuk segera melihat hasilnya. Kupandangi jam di pergelangan tanganku, Ah lambat sekali jarumnya bergerak dari satu titik ke titik berikutnya.
Tik tik tik….Hmm kurang satu menit lagi, 3,2,1. Akhirnya cepat-cepat kulihat test pack di kamar mandi.

AArgh, seketika itu juga rasa mulas menyerangku, ugh serasa ada yang menohok dadaku, hanya ada satu garis, NEGATIF. Gagal lagi kali ini. Ingin rasanya kulempar benda ini ke mana saja, Ingin kumaki-maki pabrik pembuatan test pack ini yang mungkin saja membuat kesalahan.
 .
Dengan muka ditekuk-tekuk tujuh aku keluar dari kamar mandi.

“ Gimana sayang …… apa hasilnya “ suamiku yang sedari tadi menunggu di kamar berharap-harap cemas.

Aku tak mau menjawab, biarlah dia artikan sendiri tujuh tekukan di wajahku ini.

“Hehh, ga apa-apa sayang,mungkin belum waktunya” katanya menghiburku.


Ah suamiku , bukannya malah menghiburku,perkataanmu malah membuatku makin sedih. Ingin sekali aku keluar kamar mandi tadi sambil melonjak-lonjak kegirangan. Memelukmu,dan memberikan kabar gembira kepadamu. Tapi apalah dayaku,yang kuasa sepertinya belum mempercayai kita.

Sudah 3 tahun kami membangun istana cinta ini. Namun tampaknya belum ada tanda-tanda kehadiran penghuni baru yang akan meramaikan istana ini. Hanya kami berdua, sang raja dan permaisuri ,tanpa pangeran ataupun putri. Bah istana apa ini…. mana ada istana kalau isinya cuma dua orang.

Makin hari aku makin sensitive dengan pertanyaan teman-teman.
“ Sudah isi belum say? , kok ditunda-tunda sih, pengen ngejar karir dulu ya?”
Atau ga, “ Eh sudah berobat kesini belum” atau “minum ini deh biar subur “

Huh dasar orang-orang tidak punya perasaan. Isi apa? Isi batu?,
Ditunda?, aduuuh plis deh hari gini nunda punya baby, orang gila apa,.dan wow kenapa tiba-tiba semua orang berubah jadi dokter dadakan yah, nyaranin ini itu, Biar subur , biar subur apaan. Emangnya aku pohon cabe apa, disiram pupuk gitu biar subur. Adddduh udah deh ga usah nanya-nanya, yang ada bukannya mual karena isi ,tapi mules karena kata-kata kalian.


Belum lagi status FB temen-temenku.

“Anak adalah harta yang paling berharga”
atau ga
“ Kesempurnaan seorang wanita adalah saat ia menjadi Ibu”

Hadeeeh kata siapa anak itu harta paling berharga, ga pernah baca kisah malin kundang ya, iya berharga kalo jadi anak soleh,anak yang berbakti sama orang tua, lha kalo jadi anak durhaka? Bukannya malah jadi musibah sama orang tuanya. Ck ck ck jangan takabur.

Astaghfirullahal Adzim” tanpa kusadari aku sudah memaki-maki dan berkata kasar kepada saudariku.

Suamiku mendekatiku.
“ Jangan sedih sayang” katanya sambil mengelus rambutku.
“ Tapi ini sudah tiga tahun mas, ade ingin merasakan jadi ibu, ingin jadi wanita sempurna” jawabku sambil membuat kerucut di bibirku.

Dengan lembut diraihnya kepalaku ke pangkuannya. Setelah itu panjang lebar ia menenangkanku dengan ucapannya.

Kata suamiku, kesempurnaan seseorang tidak dilihat dari apa yang dimilikinya, Lha wong yang ngasih rezeki aja ga pernah bilang gitu kok. Suamiku juga bilang, memangnya harus punya anak untuk menjadi seorang ibu. Buktinya dari sebelas istri nabi, yang benar-benar memiliki anak hanya Khadijah, yang lain juga tidak dikarunia anak dari Rasulullah, kecuali Maria Al Qibhtya yang sempat melahirkan putra bernama Ibrahim.

“ Apa menurut ade, kesembilan istri nabi lainnya tidak sempurna? Tanyanya sambil tersenyum.
Aku menggeleng.

“ Mereka adalah wanita-wanita terbaik yang pernah dimiliki dunia ini. Mereka adalah ummul Mukminun, ibunya para mukmin. Memiliki anak, menjadi ibu, tidak menjadikan dirimu sempurna. Demikian juga sebaliknya, tak perlu seorang anak untuk menjadikan dirimu seorang ibu” , lanjut suamiku.

Aku terdiam mendengar kata-katanya.

“ Lagian apa ade pernah tahu siapa anak Ibu Pertiwi? Kapan ia mengandung? “ tanyanya lagi sambil mengacak rambutku

Hihihi aku tertawa mendengar pertanyaannya yang konyol.

Aku jadi malu tadi sudah mengata-ngatai saudariku. Aku ini hanya seorang istri yang ingin membahagiakan suaminya. Aku ini seorang wanita yang juga ingin merasakan manisnya menjadi seorang ibu walaupun tanpa ada yang memanggil ‘‘Bunda”. Aku ini hanya seorang wanita yang sangat halus perasaanya,sehingga terkadang perhatian seseorang kuanggap sindiran. Aku semakin tenggelam dalam pikiranku.

“ Sayang…. Ayo kita sholat lail “ tiba-tiba suamiku memutuskan dialog batinku.

Terlihat sisa air wudhu di wajahnya, wajah yang selalu memberikan kesejukan dihatiku. Wajah yang memberikan cahaya di kehidupanku.

Ah suamiku….. tak perlulah aku berkeluh kesah seperti tadi. Dirimu adalah anugerah terindah yang dikirimkan Allah untukku. Bersamamu aku SEMPURNA.

“Aku sayang kamu mas” sambil tersenyum kukenakan mukenaku.


Segores Rindu Untukmu




 Like A Fool

babocheoreom wae mollanneuji
babocheoreom wae geudaereul bonaen geonji
babocheoreom deodige uneun gaseume
ije ijeya arayo

nae sarangeun ojik geudae ppunin geol
nae nuni geudael chajado
gaseumi jakku joyeodo
sarangeun anira mideotjyo
geunyang jom oerowo gidaetda mideotjyo

( OST Personal Taste )

Translate:
Like an idiot, why didn't I know?
Like an idiot, why did I let you go?
Like an idiot, my heart cries slowly
I know now
My love is only you

Even if my eyes look for you
Even if my heart pressures me
I didn't believe that it was love
I believed that I was lonely and had to lean on you

Do you know, that you are my love?
Do you know, that you fill my heart?
Like an idiot, I've just found out now
You, I call you

Because without you, I cannot live on

Indie…..

Hari ini aku begitu merindukanmu. Tadi di kantor aku sedang berselancar di dunia maya sambil mendengarkan soundtrack Personal Taste, , film favoritmu. Tiba-tiba bayanganmu melintas di kepalaku. Aku sangat tergoda untuk mengetikkan namamu di tuts komputerku. Perlahan jariku mengeja satu demi satu huruf merangkai namamu.

Dadaku bergemuruh. Entah apa yang kuharapkan akan kutemukan. Aku pun tak tahu. Sedetik dua detik, google masih menelusuri namamu di databasenya. Yah namamu sangat unik. Dulu kau sering sewot kalau ada orang yang salah mengeja namamu. Adhytsi Indieka Wari.  Aku sering tertawa kalau kau mengeluh soal ketidakmampuan orang menuliskan namamu dengan benar.

Tak lama si mesin pencari menayangkan beberapa nama dan…tak satupun yang merujuk ke dirimu. Hatiku mencelos, terselip rasa kecewa yang tak mampu kusembunyikan. Getirnya terasa tajam. Heeeehhhh, aku tercenung. Dimanakah kamu bersembunyi?

****

Satu pagi tiga tahun yang lalu, dengan hati berbunga kubaca namamu di inbox hapeku. Senyumku merekah sempurna. Tak sabar kubuka sms darimu.

“ Bayu, bulan depan , Sabtu tanggal 12 luangkan waktumu seharian ya. Aku akan menikah. Doain semoga semua lancar . Awas kalau kamu ga datang.”

Gemetar aku membaca kata demi kata yang kau kirim. Hari yang kutakutkan itu akhirnya datang juga.

Dari dulu aku selalu membayangkan hari ini akan tiba. Hari dimana aku harus melepasmu dari hatiku. Hari dimana aku harus menerima bahwa kau hanya akan menghiasi mimpi-mimpiku, tanpa pernah berwujud nyata.

Sejak  itu hingga detik ini tak sekalipun aku menemuimu. Aku terlalu pengecut untuk melihatmu tersenyum disamping seseorang yang akan menjadi tempat bersandarmu. Dan kau pun seperti hilang di telan bumi.
Nomor teleponmu tidak aktif lagi. FB mu mati suri.

Indi…

Hari dimana aku pertama melihatmu, adalah hari yang akan kuingat selamanya. Detik itu aku percaya, cinta pertama itu benar adanya. Bukan sekedar kisah penghias dalam roman picisan para pujangga.

Aku berdiri tepat di samping kirimu. Kau sedang berbicara dengan seseorang, aku tak ingat siapa dia. Itu adalah hari pertama aku menginjakkan kaki di SMA yang mempertemukanmu denganku. Setelah selesai berbicara dengan seseorang tersebut sambil tersenyum kamu berbalik dan mata kita bertemu.  Aku terbius. Sedetik kamu menatapku.

 “ Ehmmm, ruang Tata Usaha dimana ya ” tanyaku kikuk.

“ Ayo aku antar”

Tanpa menunggu jawabanku kamu segera berjalan mendahuluiku. 

Indi, saat itu aku yakin, kamu akan menjadi seseorang yang special di hatiku.

****

Dua tahun setelah itu, kata-kataku terbukti. Kamu memang benar-benar menjadi orang yang sangat special bagiku. Tapi aku…. Hmm aku tak tahu posisiku dihatimu.

Semakin hari aku semakin terjerumus di lubang yang aku gali sendiri. Aku mencintaimu di detik pertama kau sapa aku. Sudah ribuan detik kita habiskan bersama. Mendengarkan cerita-cerita dari bibir mungilmu, merupakan candu bagiku.
Hari itu dengan mata berbinar kau kisahkan tentang cinta pertamamu, Arga. Tentang puisi yang ia kirim untukmu, tentang lagu yang ia cipta untukmu.  Indi.. maukah kau mengintip sedikit saja isi hatiku.

Kau tertawa, aku tertawa.

Seperti pecundang aku menertawakan kebodohanku.

****



Malam itu, kukumpulkan semua keberanianku. Aku tidak bisa menahannya lagi.

“ Ada apa” tanyamu

Mungkin kamu bertanya-tanya melihat sikapku yang tidak biasa.

“ Ada yang ingin aku sampaikan” kataku gugup.

Betapa pun sudah tak terhitung waktu yang kuhabiskan denganmu. Namun aku belum juga terbiasa. Mencium aroma cologne bayi yang menguar setiap kau bergerak. Selalu debar di hati ini saling berlomba memperdengarkan detaknya yang terkeras .

“ Tunggu!!!! Katamu tiba-tiba

Aku terkejut, “ Apa?”

Kamu tersenyum-senyum lucu

“ Aku tahu apa yang mau kamu bilang”

“ Ehh…. Kamu tahu??” tanyaku deg deg an

“ Iya.. tentang Fia kan?, kamu tenang aja, Fia tuh udah kaya adikku sendiri, dan sepertinya dia juga suka sama kamu.” Sambil nyengir kamu merangkul bahuku.

Aku terkesiap. Bingung mau menjawab apa.

“ Fia itu baiiik banget anaknya, kalau kamu pacaran sama dia pasti seru banget”

Kamu terus berbicara tanpa mempedulikan raut wajahku.

“ Gimana??” tanyamu akhirnya

Ada sejuta kecewa menggantung di udara. Menciptakan ruang antara kau dan aku.

“ Iya , aku mau bilang itu, aku suka sama Fia, kamu ga keberatan kan kalau aku jadian sama dia?” tanyaku bodoh.
Duh, entah setan apa yang merasukiku sehingga mengucapkan kata-kata itu.

“ Bayu, kamu memang adikku yang paling baik” katamu sambil tertawa.

Adik….. jadi itulah posisiku dihatimu. Ada yang ngilu di dadaku. Seperti terhimpit batu. Ah bukan, lebih sakit dari itu.

Esok paginya, aku jadian dengan Fia, teman sekelasku yang juga adik kelas kesayanganmu.

Tak mengapa, asal selalu bisa menjadi orang terdekatmu, apapun tak ada yang berat bagiku. Ya, pacaran dengan Fia memberiku banyak alasan untuk selalu bersamamu. Curhat, itu yang selalu kulakukan.

Seperti pecundang aku berbagi kisah denganmu

****

Indi..
Tlah kuukir namamu di prasasti cintaku. Dan kukubur di ruang kosong hatiku.


Custom Post Signature