Pengumuman Hasil Lomba Menulis Surat Cinta: “99 Pesan Kerinduan Untuk Presiden”_EL *

Monday, February 6, 2012

Pengumuman Hasil Lomba Menulis Surat Cinta: “99 Pesan Kerinduan Untuk Presiden”

Bismillahirrahmanirrahim…
Dengan izin Allah SWT, Tuhan yang maha kuasa. Alhamdulillah, atas kerjasama Dewan Juri dan pelaksana lomba. Diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Pemenang lomba menulis surat “99 Pesan Kerinduan Untuk Presiden”
Juara I : Sakura Hinata, *Tanda Cinta Untuk Ayah
Juara II : Eko Hartono, *Korupsi dan Pendidikan
Juara III : Rini Febriani Hauri, *Derita Seniman Di Tanah Pilih
Juara Favorit dan Berhak mendapatkan beasiswa Sekolah Menulis Online (SMO) Writing Revolution (WR)
Sekolah Menulis Cerpen Online (SMCO) WR:
1. Zahara Puteri
2. Faizal Oddang
3. Syakima Arfitamma
Sekolah Menulis Artikel Online (SMAO) WR:
1. Sakura Hinata
2. Ferawati
3. Muchtar Muin
Sekolah Menulis Puisi Online (SMPO) WR:
1. Dee Ann Rose
2. Ai Hayati, MA
3. Alin You
90 naskah/peserta yang masuk nominator “99 Pesan Kerinduan Untuk Presiden”
AD Rusmianto 1, *Tradisi vs Modernisasi
AD Rusmianto 2, *Tasikmalaya vs Kapitalis
Adi Saputra, *Curhat Putra Jambi
Ai hayati MA 2, *Berikan Kesejukan Pada Ibu Pertiwi
Aisyah Adibah, *Aku Ingin Negeri Ini Berakhlaq
Aini Nur Latifah, *Mereka Aset Bangsa Yang Harus Dijaga
Alfa Mehdi, *Ketegasan Dan Kesadaran Hukum
Alina Sitha, *Susahnya Mendapat Keringanan
Alin You, *Aku dan Petani Binaanku
Alaysa Nichmatul Alaniah, *Mahalnya Biaya Pendidikan
Anna Permatasari, *Kabar Dari Seberang
Annisa F. Umara 2, *Transportasi
Annisa Novia, *Kritik Yang Membangun
Annisa Rona 1, *Kembali Ke Titah
Annisa Rona 2, *Berguru Kepada Jepang
Anung D’Lista 1, *Lihatlah Kami Ayah
Ariany Primastutiek, *Dimanakah Dirimu Ayah?
Ar Rifa’ah, *Kita Merindu Bersama
Arista Devi, *Sepucuk Surat Ungu Dari Negeri Beton
Ayicha Sheila, *Renungan
Ayumi Maulida, *Cinta Kasihku Untuk Ayah
Azhiyz Barry Achmad, *Sungaiku Ingin Sebening Kristal
Cindy Wijaya, *Mimpiku
Claudia Sihombing 2, *Murahnya Hukum Di Indonesia
Dafriansyah Putra, *Salam Cinta Buat Ayah
Dasri Muhardi, *Dalam Arti Arah
Dee Ann Rose 1, *Suara Asa Dari Tanah Darma
Dee Ann Rose 2, *Cerita Horror Si Guru Honor
Dewiyani Mulyaning, *Mimpi Punya Taman Baca
Derry Faisal Ulum, *Bukti Kepedulianku
Dina Ameliana Layla, *Pemuda Dan Pengangguran
Dhoiffurohmaniyah, *Sebuah Mimpi Kecil
Eka Hardiyanti, *Beasiswa
Eko Hartono, *Dana Korupsi Untuk Pendidikan
Endeh Kursiyah, *Keluh Kesah Pendidikan
Erwan Hermawan, *Karenamu, Kutorehkan Cinta Di Punggung Garuda
Faizal Oddang, *Meraba Budaya Remang
Fajar Nursyamsujati, *Di Tempat Ini
Fanny YS, *Ayah, Beri Kami Payung
Farda Dwi Nur Assifah, *Kenyataan Dan Seharusnya
Fauzia Abdul Aziz, *Nasib Kami Di Negeri Ini
Febri M. Rizkisastra, Teori 100% Sedangkan Praktek 0%
Ferawati 1, *Kinerja Aparat
Hermawan W. Saputra, *Aku Bisa Sekolah Lagi
Jef Kenzie, *Untuk Kau Eja
Maria Ulfa, *Harapan Rakyat Kecil
Mahshushah, *Ayah,Kemana Jati Diri Kita?
Mauliddina Qurrota A’yun 1, *Senduku Di Bawah Untaian Janji
Meidian Putri Zusana, *Pemimpin Yang Baik Harus Bagaimana?
Mezia Kemala Sari 1, *Lihat Kami Lebih Dekat
Miladani I Nadari, *Secuil Harapan Dari Anakmu Di Rantau
Muchtar Muin 2, *Membayangkan Sosok Negeriku
Muhammad Rasyid 2, *Apa Kabarnya…
Musafir Pena Bin Langga 2, *Curhat Ibu Tentang Veteran
Nenny Makmun, Resah Mahalnya Pelayanan Kesehatan
Niken Larasati, *Surat Kecil Untuk Presiden
Nina Rahayu, *Dalam Hati Yang Gamang Kutorehkan Asa
Nihayatus Ziin, *Budaya Yang Membingungkan
Nurhayani Nasution, *Keluh Kesah Dan Suka Cita
Ouskha Riontin, *Kami Para Pioner Bangsa
Phalosa Aini, *Dimana Damai Itu Mamak?
Rahma Esti, *Cinta Dalam Sebungkus Tiwul
Rauhiyatul Jannah 2, *Pendidikan
Ravita Dwi Indani 2, *Mereka Juga Anakmu
Reni Soengkunie, Antara Mimpi, Cita-cita dan Kemiskinan
Rini Febriani Hauri, *Derita Seniman di Tanah Pilih
Ridwan Lobubun, *Mozaik Kemajuan!
Rima Hariati, *Kapan Dan Seandainya
Rurin Kurniati, *Ijazah Dan Sebentuk Keadilan
Saepullah 2, *Bangku Pendidikan Anak Negeri
Sakura Hinata, *Tanda Cinta Untuk Ayah
Sandza 2, *Angka Itu Menyeramkan
Santosa, *Selamatkan Anak Terlantar Dari Kebodohan
Sigit Dwi Wintono, *Buktikan Janji Ayah
Sitti Marwah, *Impian Yang Kudambakan
Suparno, *Kami Masih Bisa Mengelola Ibu Pertiwi
Syakima Arfitamma 1, *Bulir Luka Di Borobudur
Syakima Arfitamma 2, *Sebatas Piagam Penghargaan Menteri
Syukron Jayadi, *Sebait Curhat Untuk Ayahanda Presiden
Tien Asmara, *Di Ujung Negeri Kami Menantimu
Tina Yanesh, *Kemiskinan, Moral Pejabat dan Lindungi TKI
Tri Lego Indah F.N, *Harapan Kami Pada Ayah
Tubagus Rangga Efarasti, *Kita Sama-sama Ingkar janji
Uni Cloverry, *Menuju Indonesia Lebih Maju Bersama Ilmuan
Va Ayana Lubis, *Cita-Cita Kita
Windi Teguh, *Tolonglah Putrimu
Wuri Nugraeni, *Cermin Pendidikan
Yulia Arianti, *Usulan UU Keperawatan
Yunda Fitrian 1, *Busung Lapar
Zahara Putri, *Keadaan Pendidikan Yang Miris

Tips Mendapat Kursi Pesawat di Depan

Friday, February 3, 2012
Tips mendapat kursi peswat di depan




Sudah dua tahun ini saya tinggal berjauhan dari keluarga. Tuntutan pekerjaan dan lokasi perusahaan tempat saya nyari sekarung berlian plus berjuta suap nasi yang tersebar seantereo negeri Indonesia raya ini, memaksa saya untuk minimal sekali dalam satu bulan berpergian menggunakan pesawat udara ( kalo punya helicopter pribadi, saya ga akan nulis artikel ini ).

Dalam setiap penerbangan, biasanya saya pasti sudah dalam kondisi tubuh lelah dan pengen merem secepatnya. Maka apapun kondisinya minum the botol sosro, eh salah ding maksud saya apapun keadaannya saya bakal minta kursi deket jendela biar tenang  ga perlu diganggu orang yang lalu lalang mau buang hajat.

Lowongan BI


Beberapa waktu lalu, saya melihat di koran Kompas pengumuman penerimaan pegawai PCPM dan MLE untuk Bank Indonesia.


Mata saya langsung berbinar-binar bahagia. Bagaimana tidak? untuk seorang pegawai bank, bekerja di BI merupakan prestise tersendiri, setidaknya itu menurut pribadi saya.Bukannya tidak mensyukuri pekerjaan yang ada sekarang, namun sudah fitrahnya manusia untuk selalu mencari kehidupan yang lebih baik ( duilee bahasanya)

Dengan semangat 45 saya buka link alamat yang tertera disana. saya baca satu persatu persyaratannya. Dan..... seperti ditabok , beuuugh ternyata tidak ada lowongan untuk jurusan saya, TEKNIK KIMIA. Oke, pasti yang baca tulisan saya ini langsung protes, ya iya lah jurusan Teknik Kimia tu emang naturalnya bukan kerja di bank, tapi di industri, pabrik ,minyak,gas, dan yang sejenisnya. Tapi mungkin banyak yang tidak tahu kalau jurusan Teknik Kimia itu adalah jurusan dengan disiplin ilmu yang bisa masuk ke jenis pekerjaan apapun.

Contohnya bank. Bisnis utama bank kan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Nah kredit itu sendiri diberikan ke berbagai sektor, yang salahtiganya itu adalah sektor industri, migas dan agribisnis yang notabene basic usahanya dipelajari oleh mahasiswa teknik Kimia. Mulai dari prosesnya, produknya sampai manajemen dasarnya pun pernah kita pelajari.

Pun demikian dengan disipilin ilmu yang lain, selain kedokteran, menurut saya semua jurusan bisa masuk ke Bank ( bahkan ada teman saya yang jurusan kedokteran hewan kerja di bank :).

Kenapa? karena bekerja di bank yang paling dibutuhkan itu adalah logika berfikir. Semua bisa dipelajari. Ilmu yang harus didapat oleh seorang bankir bisa dikelompokkan dalam dua garis besar yaitu hukum dan ekonomi. Selebihnya adalah ilmu yang bisa dipelajari dengan kursus, seperti kursus kecantikan, kursus kepribadian dan kursus service excelent.

Jadi, seyogianya ( saya ga terlalu mengerti arti kata ini), setiap jurusan harusnya bisa melamar untuk kerja di BI. Apalagi setelah diterima nanti , calon pegawai BI kan ditraining selama dua tahun. Wah itu kan waktu yang cukup untuk mendidik seorang sarjana dari jurusan apapun, dengan catatan lulus seleksi psikotes dan seleksi lain yang distandardkan BI.

My point is, kalau punya anak ga usah dipaksa kuliah ke jurusan-jurusan yang notabene menurut sebagian besar masyarakat kita merupakan jurusan yang keren. Bukan karena prospek setelah lulusnya tapi karena tingkat kesulitan masuk maupun keluar dari jurusan itu. Biarlah anak milih jurusan sesuai yang diminatinya. Bahkan kalau ia milih yang diminati sekalipun belum tentu nantinya kerja sesuai dengan jurusan.

Trus gimana dong?.Pokoke rezeki itu sudah ada yang ngatur, kita hanya harus tahu dimana tempatnya dan berusaha dengan sangat keras untuk meraihnya.


catt:


Akhirnya saya kekeuh tetep daftar ke BI walaupun ga ada jurusannya. kemarin saya lihat pengumumannya di internet d an hasilnya ................... SAYA GAK LULUS TEST ADMINISTRATIF :((. Ternyata sistem BI canggih ya prend

Emosi Menjatuhkan Gengsi

Wednesday, January 25, 2012
“ Para penumpang pesawat Lion air dengan nomor penerbangan JT 204 tujuan Medan, dipersilahkan naik ke pesawat udara ”


Akhirnya, setelah delay yang melelahkan selama dua jam, yang katanya akibat alasan operasional, dan aku yakin kalau ditanya lebih lanjut kepada para petugas maskapai udara tersebut lebih jelasnya alasan operasional yang bagaimana, mereka pasti tak bisa menjawabnya, maka satu persatu penumpang menaiki tangga pesawat termasuk aku.

“Some people do travel for the vacation , the other for work”
Bagiku, bepergian adalah karena alasan kerja dan keluarga.

Dengan ramah, pramugari mempersilahkan kami menuju ke kursi masing-masing. Kuarahkan mataku ke deretan kursi yang akan kududuki.

Hufft, seperti yang sudah-sudah, selalu saja ada penumpang yang dengan seenaknya menduduki kursi yang tidak sesuai dengan tiketnya.

Setiap bepergian, aku selalu berusaha mendapatkan kursi di pinggir jendela. Bukan karena ingin menikmati gumpalan awan, tetapi karena perjalanan yang sangat membosankan, sehingga aku akan  membunuh waktu yang tak mungkin mati selama dua jam di udara dengan menonton film dari laptopku atau hanya sekedar menulis satu dua hal yang melintas di kepalaku. Untuk itu, rasanya tempat yang paling nyaman adalah di sebelah jendela, agar bisa tenang tanpa dilalui oleh penumpang lain yang lalu-lalang ingin ke kamar kecil.

Aku menghembuskan nafas dengan keras, berharap si bapak yang menduduki tempat dudukku menyadari kekeliruannya. Dengan tampang jutek kubuka bagasi diatas kepalaku, sembari menyimpan ransel hitam yang tidak akan muat kalau kuletakkan di bawah kaki kursi.

Tampaknya bapak tersebut tak bergeming. Tetap santai sambil memandangi ke arah luar jendela, mungkin memperhatikan para petugas bandara yang sibuk disana.
Tanpa basa basi segera kutegur ia

“ Ehm bapak, kursi saya di sebelah jendela, mungkin bapak salah duduk” kataku ketus
Aku malas beramah tamah lagi, sudah capek tadi menunggu dua jam, masih harus berhadapan dengan hal-hal yang gak penting kaya gini.

“ Eh apa iya” katanya terkejut

“ Ia, benar “ jawabku dingin

Kulihat ia mengeluarkan tiket dari saku celananya.

“ Ngga kok mba, benar ini nomor kursi saya “ Katanya

IIIh sebel banget deh, udah salah ga mau ngaku lagi, pikirku

“ Ngga bapak, saya yang seharusnya disitu” kataku ga mau kalah

“ Kursi mba nomor berapa’ tanyanya kepadaku

bikin tambah kesel saja nih bapak.

Dengan kasar kukeluarkan tiketku dan kutunjukkan kepadanya, ‘ Nih” sodorku

“  Eh…. Kursi mba no 03 A , ini 04 A mba”




Oh my God, malunya……..

Daihatsu Xenia....., Cara Aman Berkendara


Yang lagi nyari mobil
Yang bingung tentang kualitas mobil
Yang ingin selamat naik mobil

Tidak perlu bingung lagi, ga perlu iklan berlebihan untuk mempromosikan suatu produk berkualitas.
Masyarakat sekarang sudah pintar, tahu mana yang beneran mana yang hanya iklan. Jadi percuma saja, mempromosikan suatu produk dengan model-model papan atas dan efek-efek visual yang super canggih kalau belum terbukti.

Kata orang mobil buatan Eropa paling bagus, body nya kuat, interiornya mewah, desainnya elegan, teknologinya canggih.

Tapi tetap saja mobil buatan Jepang yang paling laris.
Harga beli terjangkau, harga jual mahal, spare part ada dimana-mana. ga perlu pusing mikirin perawatan.

Soal keselamatan???
Renault..... lewat
Mercedes.............lewat
BMW............lewat

Daihatsu Xenia juaranya

Walaupun menabrak pembatas jalan, jumpalitan di trotoar, menghancurkan sebuah halte, dan menewaskan sembilan nyawa serta melukai beberapa orang tak bersalah, penumpang di dalamnya sehat walafiat tanpa tergores sedikit pun. Bahkan tidak menimbulkan ekspresi shock di wajah-wajah itu.

Jadi?? masih bingung memilih mobil??

Satu Pagi di Tugu Monas


“ Mak, besok pagi kita jalan-jalan ke Monas ya, kan minggu lalu ga jadi”  setengah merengek Ayuni, bocah berusia enam tahun itu menarik-narik sarung emaknya.

“ Iya, besok pagi-pagi kita kesana, sambil olah raga, tapi janji ya kamu ga minta jajan macem-macem”

Dengan kegembiraan khas anak kecil Ayuni mengangguk keras. Kuncir rambutnya bergoyang ke kanan ke kiri, seperti ekor kuda berkibas-kibas.

“ Sekarang kamu cuci piring dulu, habis itu tidur ya, biar besok seger” kata emak sambil menyetrika pakaian yang telah dicucinya hari ini.

Tanpa menunggu perintah kedua, Ayuni langsung mengumpulkan piring-piring kotor bekas makan malam tadi. Dengan penuh semangat dicucinya piring-piring tersebut.

****

Pagi yang cerah di bawah Monas yang menjulang. Anak-anak riang berlari kesana sini. Para remaja asik berjalan santai. Ada pula yang sibuk berfoto mengabadikan tugu emas tersebut.

“ Mak, Ayuni pengen naik delman”

“ Hussh, jangan macem-macem kamu, kan tadi malam udah janji ga minta ini itu, emak ga bawa duit” kata emak gusar.

Sudah seminggu ini, Ayuni selalu merengek minta ke Monas, belum lagi permintaanya barusan. Naik delman di Monas lumayan mahal untuk kantong buruh cuci seperti Mak Surti.

“ Kita jalan-jalan  aja yuk, nanti Ayuni emak belikan kerak telor” hibur emak

Perlahan bibir Ayuni yang tadinya megerucut, kini merekah lagi

“ Asssiik, ayo mak, tapi ntar kalo emak udah punya duit, Ayuni boleh ya mak naik delman”

Mak Surti hanya tersenyum tipis mendengar permintaan putri semata wayangnya itu .Dalam hati ia bertekad untuk bekerja lebih keras lagi. “ Hmm, sebaiknya aku mengambil juga cucian anak-anak kos di sekitar rumah untuk menambah penghasilan” gumamnya sambil lalu.


****

“ Ayo kita pulang Ayuni, nanti emak kesiangan nyuci” kata emak sambil menggandeng tangan kecil Ayuni.

Sambil mengunyah kerak telor yang dibelikan emak, Ayuni menelusuri trotoar bersama pejalan kaki lain. Mulutnya tak berhenti mengunyah, sesekali terdengar ocehan riangnya.

“ Mak, ntar kalo kita jadi naik delman, Ayuni mau duduk di depan, trus Ayuni mau nyanyi lagu naik delman, hihihihi, tuk tik tak tik tuk tik tak suara kaki kuda “  mulut mungilnya asik berceloteh tanpa menghiraukan riak di mata emaknya.

“ Iya nak, kamu boleh duduk dimana saja” lirih suara Mak Surti menjawabnya



Tiba-tiba seperti dalam adegan film action, sebuah mobil hitam meluncur cepat ke arah mereka. Mak Surti ingin berteriak, namun belum sempat pita suaranya menghasilkan nada, tubuhnya terlempar beberapa meter ke jalan menghantam kerasnya aspal yang masih dingin. Terekam  jelas di retinanya, tubuh mungil Ayuni terseret di bawah kolong mobil tersebut. Air mata beriak di sudut matanya seiring dengan hembusan nafas penghantar keabadian.

Sayup-sayup lirih terdengar bait lagu

“ Pada hari minggu kuturut ayah ke kota
Naik delman istimewa kududuk di muka
Kududuk samping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Suara kaki kuda”


Aku Benci kamu Hari Ini

Thursday, January 19, 2012

Tak berkedip mataku memandang tubuh yang terbujur di hadapanku. Sudah semalaman aku mengawasi, menjaganya tanpa kenal lelah.

Fuad nama pemuda itu, sejak kemarin air raksa yang berada dalam thermometer pengukur suhu tubuhnya, belum menunjukkan tanda-tanda akan beringsut turun. Dengan sabar kubelai tubuhnya , kuhalau makhluk-makhluk kecil yang berterbangan dengan suara mendesing agar tak terusik lelap tidurnya. Dengan lirih kusenandungkan lagu-lagu yang akan semakin menina bobokan siapapun yang mendengar.

Tik tok tik tok, bunyi jam dinding di kamar Fuad, jarum mulai bergeser sedikit demi sedikit dari satu titik ke titik berikutnya. Beberapa menit lagi hampir mendekati sepertiga malam.

Fuad mulai gelisah dalam tidurnya, posisi tubuhnya sudah bergeser kesana kemari. Sebentar ke kanan, sebentar ke kiri.

Aku pun gelisah melihatnya , tugasku adalah untuk menjaga tidurnya, perlahan kutiupkan angin lembut agar ia tenang kembali. Syukurlah sepertinya ia berangsur tenggelam lagi ke dalam mimpi indah yang menyelimutinya.

Kuelus  ubun-ubunnya dengan hati-hati, konon katanya hal itu akan memberi efek menenangkan. Matanya yang tadi berkedut-kedut mulai diam, dengkur halus terdengar dari sela-sela nafasnya. Ah betapa damai melihat ia terlena seperti ini.

Jarum jam masih berdetak, bergeser ke menit berikutnya.

Kulihat Fuad mulai bergerak-gerak kembali. Tangannya bergeser ke arah perut, raut wajahnya seperti sedang menahan sesuatu, mungkin ia ingin buang air kecil pikirku. Tapi , kalau ia bangun, tidurnya pasti akan terganggu. Kubisikkan kata-kata lirih di telinganya, menyuruhnya menahan sebentar sampai pagi hari. Kubelai rambut hitamnya, berusaha menidurkannya kembali.

Tirititit tididtitit tididitit…… Tiba tiba terdengar suara alarm dari sebuah benda si atas meja. Dengan terburu-buru aku berusaha menghentikan suara-suara itu. Tapi, ah aku tak mengerti bagaimana caranya, aku belum familiar dengan benda yang namanya henpon ini, yang kutahu biasanya jam weker, kalau alarm HP aku belum menguasai seluk beluk fitur-fitur di dalamnya.

Dengan pasrah, kulihat Fuad mulai mengerjap-ngerjapkan matanya. Menggeliat ke kanan dan ke kiri. Menguap sebentar,” Hooooam, Astaghfirullah hampir terlewat” gumamnya. Terlepaslah tali halus yang tadi kulingkarkan di kepalanya. Dengan susah payah ia berjalan ke kamar mandi, membasuh wajahnya dengan wudhu, lalu kulihat ia membentangkan sajadah. Tubuhnya sangat lemah, aku berusaha membujuknya agar tidak memaksakan diri, tampaknya ia tak mau mendengarkanku. Ah sakit hati ini. Dengan sekuat tenaga didirikannya rakaat demi rakaat sholat lail.

Ughhh dasar keras kepala, pikirku. Dengan galak kupandangi HP yang punya andil membangunkannya. Dengan penuh dendam aku menatapnya. “ Aku benci kamu hari ini” kataku . Ah percuma saja, ia hanya benda mati.

Bukan dia yang harus kubenci, Kualihkan pandanganku ke Fuad, dengan muak aku menatapnya “ Aku benci kamu hari ini, Fuad” ,

Dengan geram akhirnya kutinggalkan kamar itu. Besok aku akan datang lagi.


*****

Disini….., semua sudah berkumpul, melaporkan tugasnya masing-masing. Aku tertunduk malu , dengan takut-takut kutatap wajah di hadapanku , “ Maaf, saya gagal, imannya terlalu kuat” laporku pada si raja iblis.








Ada Dia Dimatamu

Tuesday, January 17, 2012
Untuk kesekian kalinya, aku dan kamu mendatangi tempat ini. Warung kopi Aceh di antara ruko-ruko pasar Petisah kota Medan. Katamu, ini satu-satunya tempat yang tidak akan mungkin didatanginya. Pertama, karena daerah ini tidak termasuk dalam list tujuan belanjanya. Kedua, karena interior warung ini yang sangat jauh dari seleranya, dan ketiga karena ia tidak suka kopi.

Ah alasan, pikirku, bilang saja karena semua yang disajikan disini murah, titik. Tak perlulah kau berbasa basi begitu. Aku mengenalmu, bahkan lebih mengenalmu dibanding dia yang katanya sangat mencintaimu. Sifat hematmu yang hampir mendekati pelit kepadaku, sebenarnya sudah mencerminkan posisiku di hatimu. Tapi aku tidak peduli. Bisa menghabiskan waktu berdua denganmu di sela-sela rutinitas pekerjaan kita pun sudah merupakan kesenangan yang langka.

“ Maafkan aku Tyra” katamu

Kata itu berulangkali kau ucapkan padaku. Aku tidak butuh itu. Seharusnya aku yang mengatakannya. Bersaing dengannya secara terang-terangan sama saja bunuh diri. Dia yang parasnya seperti Dian Sastro KW 1 manalah mungkin bisa dibandingkan dengan diriku yang bahkan untuk melamar menjadi SPG pun susah. Belum lagi bodynya yang setara dengan Titi Kamal, ah lengkaplah sudah kekuranganku. Hidupmu seharusnya sudah sempurna bersamanya, kalau saja aku tidak sekonyong-konyong hadir diantaranya. Jadi, akulah yang seharusnya meminta maaf, karena membuatmu dalam posisi ini.

“ Aku capek menghadapinya, Ty, gaya hidupnya membuatku hampir kehabisan nafas” keluhmu

Seperti yang sudah-sudah, kau pasti akan mengeluarkan uneg-unegmu di tempat ini. Tentang kelakuannya yang tidak menghargaimu, tentang hobinya yang menguras isi dompetmu, sampai tentang sikapnya yang mulai memata-matai gerak-gerikmu.

“ Bersamamu, aku tenang Tyra “ lanjutmu

Ah persetan. AKu sudah muak dengan kata-katamu barusan. Kalau memang seperti itu, kenapa tidak kau tinggalkan saja dia, dan memilihku. Bukankah itu yang kau inginkan, monolog dalam batinku.

“ Tapi aku masih begitu mencintainya Ty, dia memang keras kepala, tapi terkadang dia begitu manja padaku. Aku suka senyumnya, aku suka gesture tubuhnya, bahkan aku suka cara dia memonyongkan bibirnya saat marah padaku. Dia cinta pertamaku “

Serrrr, seperti sembilu kata-katamu. Sejenak kau lambungkan aku, beberapa detik kemudian aku terhempas lagi. Dasar lelaki. 

Baiklah ini terakhir kalinya aku menemuimu, aku tidak mau menjadi pesakitan seperti ini setiap harinya. Aku lebih berharga dari itu. Tekadku sudah bulat untuk mengatakannya padamu. 

Kau genggam tanganku. Aku menikmatinya, untuk terakhir kali pikirku. Kita saling menatap dalam diam. Tiba-tiba kulihat bayangan seseorang disana. Ada dia di matamu.

Ya, ADA DIA DIMATAMU.

Cepat kubalikkan tubuhku. Darahku berdesir. Disana berdiri seorang perempuan dengan segunung kemarahan. 

Aristy, istrimu sekaligus kakak kandungku.

Mati kamu, celakalah aku….


Aku Maunya Kamu, TITIK

Sunday, January 15, 2012
-->

"Maaf bapak, saya sedang melayani nasabah lain, bapak silahkan ke counter di sebelah yang kosong....."

Pria itu tidak menjawab perkataanku. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, kulihat ia kembali ke kursi antrian

“ Nomor antrian 567, silahkan ke counter nomor 3”

Terdengar suara lembut nan merdu dari speaker yang mengumumkan nomor antrian. Tidak ada satupun nasabah yang maju. Counter nomor tiga saat ini digawangi oleh Rinda temanku.

Tiba-tiba kulihat pria tersebut maju dan langsung mendatangi counter no 2, tempatku berdiri sekarang. Seorang ibu sedang menunggu lembaran uang yang sedang kuhitung di mesin uang.

“ Ibu, ini uangnya sebanyak lima juta rupiah, silahkan dihitung ulang”, kataku sambil tersenyum ramah mengikuti aturan standar layanan yang telah ditetapkan perusahaan

Saya mau menabung” pria itu memotong pelayanan yang sedang kulakukan.

“Maaf bapak, saya sedang melayani nasabah lain, bapak silahkan ke counter di sebelah yang kosong.....

Aku maunya dilayani sama kamu saja” katanya keras kepala

“ baik bapak, silahkan mengantri dahulu, nanti nomor antrian bapak akan dipanggil “ jawabku sopan sambil tetap tersenyum manis

Aku ga mau dilayani sama yang lain. Aku maunya kamu, titik!! Ia mengotot

“ baik bapak, mohon menunggu sebentar, saya selesaikan dahulu transaksi ibu ini ya pak”

Adegan seperti diatas bukan baru hari ini saja kualami.Sudah beberapa hari ini ia tak pernah absen mendatangi bank tempatku bekerja. Apa yang dilakukannya seperti kebanyakan nasabah lain. Mengambil nomor antrian, mengisi slip pengambilan, mengantri sambil menunggu namanya dipanggil. Tapi ia tidak pernah mau dilayani oleh teller lain. Harus aku. Aku tidak tahu apa alasannya. Sebagai pegawai bank, aku tidak keberatan bahkan merasa senang berarti ada nasabah yang merasa nyaman dengan pelayananku, namun terkadang agak mengganggu karena pria itu sering memaksa harus aku yang melayani transaksi yang akan dilakukannya, padahal aku sedang melayani nasabah lain, dan counter di sebelahku dalam keadaaan kosong.

Aneh......

****

Rumah mewah tersebut terlihat kosong dan lengang. Aroma sepi membalut penghuni di dalamnya.Sudah lima tahun ini ia hanya seorang diri di tempat ini. Istri terkasih telah lebih dulu menemui penciptanya. Ia merasa hidupnya sudah tak ada arti lagi, sampai sebuah amplop coklat diterimanya beberapa hari lalu. 
 
Pria berumur hampir setengah abad itu termenung sambil memandangi foto seorang di dalamnya. Sambil menghela nafas, kembali di bacanya surat yang  diterimanya beserta foto tersebut.

Mas Bayu, mungkin umurku tak akan lama lagi. Kata dokter , Leukimia yang kuderita sudah tidak bisa disembuhkan. Ini foto anak kita. Maaf aku baru memberitahumu sekarang. Aku baru mengetahui kehadirannya beberapa hari setelah pernikahanku dengan Bima. Aku tidak ingin mati dengan membawa rahasia ini. Temuilah ia mas”

Dilipatnya kembali surat tersebut . Seperti yang sudah-sudah disimpannya ke dalam laci meja kerja. Kemudian ia mulai memisah-misah beberapa lembar uang seratus ribuan ke dalam beberapa amplop. Hanya itu yang bisa dilakukannya saat ini, menabung beberapa ratus ribu rupiah setiap hari, dan berbicara sepatah dua kata kepada putra yang baru diketahuinya. Itu saja cukup, pikirnya sambil tersenyum.

Arya Bimantara, nama yang tertulis di balik foto tersebut, teller bank Duta Niaga.



Dag Dig Dug

Friday, January 13, 2012


“Aku telat” 

Uhuk…., jus jeruk yang hampir singgah ke tenggorokanku, langsung berhamburan mengotori jas lab yang kupakai.

“Bagaimana ini ,papa pasti akan membunuhku“, ia mulai terisak

Aku terdiam. Tak bisa berkata apapun. Otakku pun blank sesaat.

Tidak mungkin. Aku, Wisnu Ardhana, calon dokter spesialis kandungan, tak mungkin salah perhitungan. Tak pernah kulanggar masa suburnya, bahkan aku hapal benar kapan tamu bulanan menyambanginya.

Kupandangi wajah pacarku yang bersimbah air mata. 

Dialah Arini. Mahasiswi kedokteran tingkat 3. Siapapun akan sependapat denganku, bahwa dewi Aprodhite telah bersemayam di raganya. Memandangnya seperti melihat karya seni tiada bercela. Matanya, bibirnya,senyumnya, bahkan mimiknya saat mengernyit mencium aroma mayat pun sungguh mempesona.

Beberapa bulan lalu ia adalah obsesiku, hmm koreksi. Ia adalah obsesi kami, para mahasiswa kedokteran di universitas ini. Perempuan dengan kecantikan dan kepintarannya, mampu membuat kami bertaruh harga diri demi mendapatkannya.

“ Siapa yang bisa memacarinya, dapat akomodasi dan transportasi liburan ke Hongkong selama seminggu gratis, dan siapa yang kalah harus rela memberi nafas buatan ke tubuh-tubuh kaku di ruang mayat, yaiks"

Taruhan yang sangat menggiurkan. Disamping hadiahnya juga sosok yang dipertaruhkan.

Jangan sebut namaku Wisnu Ardhana kalau tak mampu mendapatkannya. Wajah tampan, bodi atletis, otak encer serta mobil keluaran terbaru yang selalui menyertaiku adalah modal telak tak terbantahkan untuk memenangkan perempuan manapun.

Awalnya aku pikir, akan ada adegan seperti di film-film Korea yang sering ditonton adikku. Si perempuan dengan kasar akan menolak si pria, menghindarinya, meneriakinya bagai musuh bebuyutan sampai adegan akhir dimana si perempuan akan klepek-klepek tertancap panah asmara. Benci-benci tapi rindu.

Tapi itu tidak terjadi. Dengan sedikit saja kukerahkan pesona Casannova-ku, menjemputnya setiap hari, membawakan diktat-diktat kuliahnya, membantunya mengorek-ngorek mayat di lab anatomi sampai memberinya kejutan candle light dinner romantis di restoran super mewah . Sekali tepuk, plak…. Arini jatuh ke pelukanku. 

Aku Wisnu Ardhana, perempuan mana yang bisa menolak pesonaku. 

Ah, sebenarnya aku sedikit kecewa. Pertaruhan yang aku kira akan berjalan sengit. Ternyata tak menemukan hambatan apapun. Tiket ke Hongkong dan Arini, keduanya ada di tanganku.

Terkadang aku tak habis pikir, bagaimana seorang perempuan berpendidikan tinggi seperti Arini, bisa termakan rayuan murahan pria-pria seperti aku. Tidakkah mereka bisa pergunakan sedikit saja logikanya untuk mengendus nafsu binatang dibalik tatapan lembut dan belaian sayang yang kami tunjukkan.

Ah, Arini………. Ternyata kau tidak semengagumkan bayanganku. Kalau sudah begini, apa lagi yang membuatku harus mempertahankanmu?

*****

“ coba pakai ini, siapa tahu kamu telat karena stress menghadapi ujian” kataku sambil menyerahkan sekotak test pack padanya.

Sambil menyeka air matanya Arini menerima kotak yang kusodorkan.

Sudah hampir dua menit, Arini tidak keluar juga dari toilet itu.

Sejujurnya hatiku dag dig dug menunggu hasilnya. Bagaimanapun juga, aku belum siap menjadi seorang ayah.

Aborsi??? 
sebejat-bejatnya seorang Wisnu, aku tidak akan menjadi seorang pembunuh. 

Tapi mengingat Arini adalah putri tunggal Prabuwijaya, mafia kelas kakap di kota ini, tak urung nyaliku pun ciut membayangkan apa yang mungkin kuhadapi kalau sampai aku tak mau bertanggung jawab terhadap putrinya. 
Huft nasib…. Nasib, Arini sial, Arini bodoh.. umpatku dalam hati.

Wisnu….. sekonyong-konyong Arini sudah berdiri di hadapanku.

Dag dig dug…. Jantungku semakin berdegup kencang menunggu apa yang akan dikatakannya.




POSITIF

MAMPUS AKU…….







Halo, Siapa Namamu ?

Thursday, January 12, 2012


“Kapan nih undangannya”

Selalu pertanyaan yang sama. Di setiap pertemuan keluarga, undangan pernikahan, bahkan bertemu dengan teman yang sudah lama menghilang pun, tetap pertanyaan satu itu yang keluar mendahului pertanyaan mengenai kabarku. Sepertinya pertanyaan iru wajib sebagai pembuka obrolan, lalu disusul dengan tatapan prihatin saat dengan tergagap aku berlalu . Seolah-olah dunia akan lebih cepat kiamat kalau aku belum melangsungkan sebuah resepsi pernikahan.

Aku mulai jengah.  Bahkan di kota sebesar ini, masih saja ada segelintir orang yang memasang parameter hidupnya ke hidup orang lain. Apakah mereka pikir dengan pertanyaan itu, tiba-tiba akan hadir seorang pangeran tampan di hadapanku. Pasti bagi mereka, kebahagiaan hanya akan didapat jika  sudah menemukan pasangannya. Betapa relatifnya arti kebahagiaan.

“ Apalagi sih yang kamu tunggu Rin, karirmu sudah mapan, umur juga sudah cukup, ibu ingin segera menimang cucu nak” berkabut mata ibu saat mengucapkannya.
Ah ibu, ada yang berdenyut di dada ini saat mendengarnya. Bukannya aku tidak ingin membahagiakanmu. Aku pun ingin segera melabuhkan hatiku. Aku juga ingin bersandar pada seseorang saat aku terlalu letih dengan hiruk pikuk dunia ini. Tapi aku terlalu malu untuk mengatakannya.

*****
Karina Suwandi, Associate Vice President Bank Comercial Asia di Jakarta. Tak ada yang kurang pada dirinya. Sebutir lesung pipi menghiasi wajah orientalnya. Jilbab yang melindungi rambut hitamnya terlihat kontras dengan mata biji almond yang mengukuhkan darah Chinese yang mengalir di urat nadinya. Sudah beberapa kali ia menjalani taaruf, namun saat melihat fotonya, para ikhwan akan mundur teratur. China. Ah tak disangka atribut itu yang selalu menciptakan aral di hadapannya.

 “Perempuan itu tidak perlu terlalu sukses, laki-laki malah takut mau deketin., minder” 

Kutulikan telingaku terhadap ocehan-ocehan nyinyir yang keluar dari mulut-mulut berbisa di kantorku. Biarlah mereka mau bicara apa. mungkin aku sosok yang begitu penting, sampai dengan sukarela mereka memikirkan ke single anku di usia yang memang sudah tidak muda lagi.

******

Halo, siapa namamu?

Kembali kusapa dirimu dalam anganku

Duhai calon imamku
Telah kubentangkan sajadah cinta di atas sujudku
Telah kukosongkan ruang di dalam hatiku
Memberi tempat bagimu yang datang karena-Nya

Duhai pemilik tulang rusukku
Telah kurajut rindu detik demi detik di tiap tarikan nafasku
Telah kujaga harumku hanya untuk kupersembahkan padamu

Aku tahu, disana kau pasti sedang berjuang
Menyiapkan bekal untuk keluarga kecil kita kelak
Tak ada batasan waktu untukmu
Namun sudahlah, jangan terlalu keras pada dirimu
Aku tak butuh semua itu
Cukuplah niat sucimu
Yang akan menyempurnakan separuh dienku

Duhai kekasihku
Halalkan aku dengan akadmu
Jemput aku ke peraduanmu
Sudahi perjalananmu

Datanglah, aku telah siap menjadi makmummu

****

Di sudut kamar di ujung kota, seorang lelaki tengah bermunajat kepada ilahi, dua rakaat istikharah tengah ditunaikannya.

Ya Allah, jika memang ia baik untukku, mudahkanlah jalan ini dan berilah keberkahan

Dilipatnya sajadah tempatnya mencurahkan segala gundah. Kembali dicermatinya biodata seorang akhwat di tangannya. Dia kah orangnya ?  terselip rasa takut di hatinya. Akankah pemilik biodata ini menerimanya ?

Ia hanyalah seorang PNS golongan rendah, ditambah lagi usia yang terpaut tiga tahun lebih muda. Namun ada getar halus dan keyakinan di dadanya, saat mengeja nama yang tertera disana

Karina Suwandi





Tentang Kehilangan


“ Adek, laptop mas ga ada!!!’’ kudengar suamiku berteriak dari dalam kamar.
Buru-buru kutinggalkan masakanku di dapur dan bergegas menyusulnya ke kamar.
“ ga ada gimana mas”
“Lihat nih, laptop mas, diganti sama buku ini”, sambil menunjukkan isi tas ransel yang biasa digunakannya untuk menyimpan laptop.
****
Dialog diatas terjadi beberapa tahun yang lalu, tepatnya setelah aku dan suami kembali dari bulan madu.
Setelah dari bandara Polonia Medan, kami melanjutkan perjalanan ke rumah dinas suami yang berjarak 5 jam dari Medan dengan menggunakan kereta api malam. Bawaan kami sebenarnya tidak terlalu banyak, hanya sebuah tas ransel berisi laptop dan satu koper pakaian. 

Awalnya suamiku meletakkan ranselnya ditengah-tengah tempat duduk antara aku dan dia. Namun dasar aku nya yang sok romantis, tidak ingin ada yang memisahkan antara diriku dan dirinya, jadi dengan setengah merengek kuminta suamiku meletakkan tas ransel tersebut di bagasi atas kepala. “ Biar mas bisa peluk ade”, kataku manja.

Karena sudah lelah , maka sepanjang jalan kami hanya berbincang sebentar yang kemudian diikuti dengan dengkuran suamiku. Begitu pun aku, mulai terlelap karena pengaruh dinginnya AC dan goncangan kereta yang serasa mengayun-ayun menina bobokan.

Tidak ada yang aneh selama di perjalanan. Pagi harinya kami tiba di kota Kisaran. Tanpa curiga apa-apa suamiku mencangklong ranselnya serta membawa koper ke luar stasiun.

Setiba di rumah, karena sudah ditinggal selama seminggu, kami pun sibuk membersihkan dan merapihkan rumah.
.
Entah karena apa, dalam waktu empat hari setelah itu tidak ada keperluan atau niat untuk membuka laptop, sehingga ransel laptop tergeletak begitu saja di kamar tanpa tersentuh.H
ingga di hari kelima, suamiku perlu menggunakan laptop untuk rapat di kantornya. Barulah saat itu kami tahu ternyata si laptop sudah tidak berada di tempatnya. Yang paling mengesalkan adalah si pencuri dengan cerdiknya mengganti laptop dengan sebuah buku tebal dengan ukuran dan berat yang menyerupai laptop, sehingga tidak terbersit sedikit pun kecurigaan saat menenteng ransel itu beberapa hari lalu.
*****
Nyesek sekali rasanya kehilangan barang yang kita sayangi, apalagi barang tersebut sangat kita butuhkan. Ya, laptop bermerk Toshiba tersebut pada saat itu harganya lumayan mahal untuk kantong kami . Coba bayangkan, bagaimana mangkelnya, menerima kenyataan si laptop raib tanpa disadari. Rasanya bodoh sekali saat itu, bisa-bisanya benda tersebut disadari hilang setelah berhari-hari.

Dengan susah payah, aku berusaha mengingat-ingat kira-kira dimana dan kapan tepatnya si laptop hilang. Apakah di hotel? Di bandara? Atau di kereta?. Setelah merewind ingatan selama berkali-kali akhirnya aku mengingat bahwa ada dua orang lelaki mencurigakan yang duduknya berseberangan dengan kursi kami saat di kereta. Yang aneh adalah kedua lelaki tersebut turun bukan di tempat tujuan, dan kemungkinan besar mereka mengetahui isi ransel suamiku dari percakapan kami, karena pada saat di kereta, awalnya suamiku menolak mengikuti permintaanku untuk meletakkan ransel dia bagasi atas.

“ Disini aja tas nya ya dek, atau ade letakin di bawah kaki aja, soalnya ini kan isinya laptop, mas takut rusak kalo sempat terjatuh” kata suamiku

Ah, dasar aku yang keras kepala, tetap ngotot agar si laptop segera menyingkir ke atas bagasi. Jadi kalau ditilik dari sebab musababnya, sepertinya diriku yang bertanggung jawab terhadap hilangnya  benda yang dibutuhkan suamiku ini.
Benar-benar luar biasa yah si pencuri, sampai sempat-sempatnya memikirkan ganti yang bisa mengelabui.
 *****
Ada sebab dari setiap kejadian. Bahkan daun pun tidak begitu saja gugur dari tangkainya
.
Setelah direnungkan, ternyata memang benar. Suamiku seharusnya membayar zakat penghasilan sebelum berbulan madu bersamaku, namun karena kesibukan pernikahan dan ini itu, zakat tersebut pun terlupakan. Jumlahnya?? Sepersepuluh dari harga laptop tersebut.

Maka benarlah, kata nabi, jika kita berbuat kebaikan , maka akan diganti sebesar sepuluh kali lipat. Mungkin demikian juga sebaliknya.

Seperti cerita adikku beberapa waktu yang lalu, pada saat ia pulang kuliah ada seseorang yang meminta uang padanya dengan alasan kehabisan uang buat ongkos. Tanpa curiga adikku pun memberinya uang sebesar Rp 5.000,-. Siapa sangka setibanya di rumah, adikku mendapat uang Rp 50.000,- dari ibuku. Benar-benar seketika balasan kebaikan itu. Tidak tanggung-tanggung sepuluh kali lipat dari yang dikeluarkannya untuk menolong orang.

Aku mulai berfikir bahwa mungkin hilangnya laptop suamiku yang seharga sepuluh kali lipat zakat yang seharusnya dibayarkan adalah teguran dari Allah kepada kami. Betapa kewajiban kita yang merupakan hak bagi orang lain tidak boleh ditunda-tunda, karena ada banyak orang yang membutuhkannya.

Berkaca dari kejadian tersebut, kini aku dan suami berusaha untuk tidak menunda-nunda yang seharusnya kami lakukan. Halus sekali cara Allah menegur kelalaian kami.

Dari setiap musibah, pasti ada hikmah di baliknya

Kehilangan sesuatu memang menyakitkan. Namun sebelum kita menyalahkan orang atau menyalahkan pencuri yang mengambil kepunyaan kita tersebut ada baiknya kita diam sebentar, merenung, mungkin memang benda tersebut sudah berakhir jodohnya dengan kita. Mungkin juga asal muasal uang yang kita gunakan untuk membelinya masih tercampur dengan yang bukan hak kita.

Kehilangan mengajarkan kita arti bersyukur atas semua nikmat yang masih menjadi milik kita. Kehilangan mengajarkan kita lebih menghargai apa yang kita miliki saat ini. Kehilangan juga mengajarkan kepada kita, bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan semata, semua akan kembali kepada si pemilik abadi. Jadi tidak lah perlu kita mencintai sesuatu dan meletakkan hati kita kepadanya melebihi batas kewajaran. Dengan begitu pada saat nya ia diambil oleh yang maha memiliki, kita tidak terlalu larut dalam kesedihan.

*****
Sore itu, aku dan suamiku sibuk memilih-milih laptop baru di sebuah pameran computer di mall kota Medan. Alhamdulillah Allah masih memberi rezeki kepada kami, sehingga kami masih bisa mengganti laptop yang dulu hilang dengan yang baru. Belajar dari kejadian kemarin, kali ini kami tidak akan membeli laptop yang harganya mahal. Cukup lah yang biasa saja. Jadi kalau hilang lagi tidak terlalu sedih, hehehe.

 gambar dari sini




Custom Post Signature