Showing posts with label parenting. Show all posts
Showing posts with label parenting. Show all posts

Orangtua vs Kakek Nenek

Wednesday, February 8, 2017
Orangtua vs Kakek Nenek



Kalau kalian pikir kita sebagai orangtua adalah orang yang paling menyayangi anak-anak kita, kalian pasti salah besar.

Kenapa?

Karena, dibanding kita, kakek nenek adalah orang yang jauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuh lebih sayang sama anak-anak kita, wahahaha.



Bener ngga?

Nanti saya kasih tau jawabannya.

Hari ini mau ngomongin soal orangtua vs kakek nenek.

Baca Punya Gesi :



Bagi kebanyakan orangtua jaman sekarang, apalagi yang suami istri bekerja, kehadiran orangtua dalam membantu menjaga anak tentu menjadi semacam penyelamat kehidupan.

Iyalah, hari gini, ninggalin anak sama ART aja bagi sebagian adalah hal yang horor dan ngga masuk akal. Kecuali saya tentunya.

Kenapa?

Karena bagi saya yah kondisinya memang ngga memungkinkan sih anak dititipin ke orangtua. Pertama karena jauh, kedua karena ibu saya bekerja, ketiga karena saya juga ngga mau. Keempat,  karena ibu saya juga ga mau jaga anak-anak saya.

( Baca : Nitipin Anak Sama ART? Ibu Macam Apa Kamu?)


" Pokoknya mama ngga mau ya ntar masa tua mama harus urus anak-anak kalian"

Duh itu ibu saya bilangnya saat saya masih gadis lho, LoL.

Bagi saya sih sah-sah aja ibu saya ngomong gitu.  Karena sebagai anak , saya juga ga pernah kepikiran buat nitipin anak-anak saya sama kakek neneknya.

Bukannya ga percaya atau gimana,  tapi biarlah mereka kalau sama cucunya yang bagian main cilukba aja.

Disclaimer,  bagi saya orangtua memutuskan mau nitipin anak sama kakek neneknya atau sama nanny atau ke daycare,  pastiah sudah dengan pertimbangan masing-masing. Jadi ga masalah samsek.


Nah sama dengan ortu yang mengalami kegalauan saat nitipin anak ke nanny or daycare,  orangtua yang menitipkan anak ke kakek nenek juga terkadang mengalami dilema ya bu ibu.

Soalnya banyak kejadian, pola asuh yang udah capek-capek diterapkan orangtua ke anak, eh bisa berantakan gitu si anak ketemu kakek neneknya.



Ini sih saya denger dari curhatan temen-temen, karena saya ngga mengalami langsung. Kakek neneknya Tara dua-duanya kerja sih, jadi palingan omanya Tara sekali-sekali doang ketemu sama cucunya, jadi ngga sampai yang intervensi gitu dalam hal mendidik dan pola pengasuhan anak.

Tapi tetap ya kadang saya suka yang bertentangan gitu dengan omanya Tara, karena ada beberapa hal dalam mengurus anak yang kami ngga bisa mencapai kata sepakat. Bedaaaa aja gitu.

Ya wajarlah ya, namanya juga oma-oma, pasti merasa pengalaman hidupnya lebih banyak jadi menganggap kita ngga tau apa-apa.

Sebaliknya, bagi kita orangtua masa kini, merasa ilmu pengetahuan kita lebih mumpuni dibanding ibu kita. ya dhalah sampai kapan ngga akan ketemu, bisa ribut terus, xixixi.

Beberapa hal yang biasanya bertentangan nih kalau di saya :

Mitos vs Fakta

Jadi ibu saya tuh dalam beberapa hal masih agak-agak suka menghubungkan sesuatu ke mitos, kalau sama saya ya ngga masuk akallah.

Misal saat Tara lahir, di usia 40 hari, sama ibu, Tara dipasangin semacam benang-benang gitu di kepala, di perut sama di pegelangan tangan dan kaki. yang masang sih bukan ibu saya, tapi tukang pijet langganan ibu. Kataya biar anaknya ngga diganggu makhluk halus.

Lha gitu tukang pijetnya pulang, dan ibu saya pulang dari rumah saya, ya langsung guntinglah, potong, kresh, selesai.

No, no barang-barang ghaib di badan anak saya.

Faktanya: biar anak ga diganggu makhluk halus ya didoain,  bukan dipakein benang-benang.

Ada juga saat Tara jatuh dari ayunan, pas saya cerita di telepon, ibu langsung suruh saya siram air di bawah ayunan. Ya ngga saya lakukan, wong jatuhnya bukan karena lantai kok.

Kadang ibu saya sempet menggumam gitu ," Dibilangin orangtua ngga percaya"



Huhuhu, ya gimanaaaa, masa kayak gituan dipercaya.

Belum lagi soal bedong, habis deh saya diceramahin gara-gara ngga makein Tara bedong sampai minimal 3 bulananlah.

Tara lepas bedong, di usia 2 minggu, Divya lebih parah, ngga saya pakein gurita sama sekali.


Dokter vs Boli-boli

Namanya aja udah aneh ya.

Jadi ada istilah orangtua itu yang bernama boli-boli. Boli-boli itu adalah kondisi anak mau pinter.

Anak demam panas, kalau kita sebagai ortu masa kini pasti otomatis bakal bawa ke dokter, atau minimal kasih obatlah, jika suhunya udah di atas 38 derajat celcius.

Nah kalau sama oma, kadang dibilang itu cuma boli-boli, ngga perlu khawatir, palingan demam karena mau pinter. Mau pinter duduk, mau tumbuh gigi, mau pinter jalan, atau mau pinter ngomong.

Anak demam versi saya : Anak sakit, bawa ke dokter

Anak demam versi oma : Boli-boli, mau pinter.

Apa lagi yaaaa, banyaklah, yang ngga boleh keluar rumah sebelum 40 hari, ga boleh termakan beras mentah, pantang lewat jemuran, ngga boleh meras baju anak keras-keras,  harus ke kompor abis pulang dari mana mana. Aaaagh  banyak banget kalau dijembrengin.

( Baca : Mitos- Mitos Seputar Bayi )

Tapi overall sih omanya Tara ngga saklek-saklek amat kayak oma-oma yang sering saya baca dikeluhkan ibu-ibu di fesbuk.

Setidaknya si oma tau tentang ASI eksklusif, tau soal MPASI setelah 6 bulan, dan beberapa hal mendasar lain. Laaaaf.



Itu baru soal mitos dan fakta,  belum soal nilai-nilai yang kita tanamkan.

👸 Tidak semua keinginan Tara harus dipenuhi.  anak boleh kecewa.  Nangis karena keinginannya ga diturutin ya boleh-boleh aja,  no problema.

👵 Cucu adalah si Putri kecil.  Kalau bisa dipenuhi kenapa ngga?. Oma paling ngga tega lihat cucunya nangis.

Untungnya ini ngga sering terjadi,  karena saya ngga segan bilang sama ibu apa yang boleh dan apa yang ngga boleh.

👸Saya masih pikir-pikir mau beli baby walker atau ngga,  karena baca-baca artikel ternyata baby walker ngga baik untuk tumbuh kembang tulang anak.

👵 Tiba-tiba omanya datang ke rumah sambil bawa baby walker pink unyu-unyu untuk cucu kesayangan.

Untuk yang satu ini saya masih mau mengalah.  Karena utuk urusan beli-beli mainan kadang saya diuntungkan sih,  hahahaha. Kan mayan kalo dibeliin oma.



Akhirnya baby walkernya sebentar aja dipake,  karena untungnya Tara lumayan cepat jalan.


Jadi, sekali lagi, perbedaan pola pikir kita dan orangtua kita memang ngga bisa dihindari.

Nah, kembali ke pernyataan saya di paragraf awal, kenapa kakek nenek itu begitu.  Kenapa mereka kelihatan jauuh lebih sayang sama cucu dibanding kita, walau sayangnya itu kadang bikin gengges ortu.

Ternyata memang ada alasannya.

Ternyata oh ternyata, hal itu disebabkan karena ada semacam misi "balas dendam" kakek nenek yang dilampiaskan ke cucunya.

Balas dendam?

Maksudnya begini, balas dendam bukan dalam arti negatif, tetapi balas dendam dalam arti yang berbeda.

Jadi, pada saat dua orang manusia berubah status menjadi orangtua, maka saat itu pula ia memiliki dua tanggung jawab sekaligus kepada anak-anaknya yaitu tanggung jawab menyayangi dan tanggung jawab mendidik.

Ya mendidik moral, kepribadian, tingkah laku, termasuk agama dan pendidikan ilmu pengetahuan.

Wooow berat ya tugas orangtua.

Makanya yang namanya orangtua dimana-mana hampir sama, walau gimanapun sayangnya sama anak, tapi tetap ada misi mendidiknya.

Jadi kalau anaknya salah ya dimarahi, anaknya nangis kejer mau minta makan permen segabruk ya didiemin, dibiarin daripada giginya rusak. Padahal dalam hati iba banget, pengen meluk si anak saat dia nangis, tapi dikuat-kuatin demi tidak kalah dengan rengekan.

Yang pasti pola pengasuhan orangtua ngga melulu isinya sayang-sayangan.

Kadang si anak harus dilarang kalah melakukan sesuatu yang berbahaya, kadang dimarahi, dicereweti, banyaklah sesuai cara masing-masing orangtua.

Nah,  saat si orangtua ini beralih peran menjadi kakek nenek, mereka ingin menebus apa yang sebenarnya ingin dilakukannya dulu yaitu pure menyayangi darah dagingnya tanpa ada tanggung jawab embel-embel mendidik.

Wajarlah si kakek nenek jadi super duper sayang sama si cucu. Jadi over perhatian,  over manjain. Karena mereka merasa ngga punya tanggung jawab mendidik. Taunya ya mereka sebagai kakek neneknya, oma opanya, eyangnya, boleh melimpahkan kasih sayang sebanyak-banyaknye ke cucu.

Makanya, saat anak kita nangis minta manjat lemari dan kita melarangnya misalnya, maka saat itulah si kakek nenek merasa perlu turun tangan menjadi Hero bagi cucunya. Dengan senang hati mereka akan menggendong si cucu dan membiarkannya menaiki lemari, yang bikin kita sport jantung, padahal niat kita melarang untuk mengajarkan anak bahwa itu bahaya , ngga boleh.

Saat anak kita nangis minta beli mainan yang kita tahu kalau di rumah bakal jadi sampah doang, maka saat itulah kakek nenek muncul dan menjadi hero again, beliin mainan demi melihat cucunya bahagia.



Iyes, di sisa usianya, salah satu kebahagiaan mereka adalah membahagiakan cucu, melihat senyum di wajah lucu cucunya, alih-alih derai air mata yang membasahi.

Jadi jangan heran ya kalau perlakuan orangtua dan  kakek nenek kepada cucunya itu berbeda.

Ya jelas berbeda karena misinya juga udah berbeda.

Jelas berbeda karena tanggung jawanya juga berbeda.

Makdarit, sebagai orangtua masa kini yang mungkin suka bertentangan dengan kakek nenek dalam hal pengasuhan, perlakuan atau dalam hal penanaman nilai-nilai pada anak, jangan buru-buru antipati dan pasang tembok pemisah.

1. Pahami Perasaan Kakek Nenek

Pahami dulu, bahwa niat kakek nenek sebenarnya simpel, yaitu tadi mau menebus apa yang dulu ngga sempat dilakukannya ke kita, anaknya.

Kemudian pahami juga bahwa mereka terkadang hanya ingin ikut berperan dalam mengasuh anak kita.

2. Komunikasi

Namun sebagai orangtua, kita jangan sampai kalah. Jangan sampai mengalah untuk hal-hal prinsipil yang memang mau kita tanamkan ke anak, karena memang ini fasenya peran kita sebagai pendidik bagi anak.

Kuncinya adalah KOMUNIKASI.

Komunikasikan ke orangtua apa yang kita mau.

Saya pernah bilang ke omanya Tara, kalau saya dan mas Teguh tidak membiasakan anak ke mall untuk bermain, padahal omanya hobi banget bawa Tara ke mall. Alasan kami simpel karena keselamatan dan keamanan Tara. Kalau diomongin baik-baik omanya ngerti kok. Yang dulunya sebulan bisa sampai 4 kali ngajakin ke mall sekarang berkurang jadi paling sebulan sekali, malah kadang 2 bulan sekali.

Gantinya?

Ya tetap bawa main Tara, tapi ke USU, lihat rusa, atau ngga ke tempat makan yang ada mainannya.

Karena untuk ukuran main ke mall itu, bagi saya pasukan yang bawa Tara harus komplit ada papanya juga, biar saya ngga deg-degan.

( Baca : Membawa Bayi ke Mall )

3. Beri Mereka Pengakuan

Bagi kakek nenek, apalagi yang usianya sudah beranjak senja, perasaan dihargai, disayangi itu penting banget, biar mereka ngga merasa ditinggalkan kita anaknya, dan biar mereka tetap merasa bahwa kita seneng kok anak kita diasuh, dijaga, diajak main sama kakek neneknya.

Sering-seringlah mengucapkan pelabelan untuk kepemilikan cucunya.

Halah belibet.

Gini contohnya: Misal anak kita bisa jalan, jangan lupa cerita ke kakek neneknya, " Wah oma, cucunya udah bisa jalan lho sekarang"

" Oma, cucunya rindu oma nih, kapan oma kesini"

" Oma, ini cucunya mau ngomong, " sambungin via telepon.

Pokoke sering-sering menyebut " CUCU OMA nih" daripada " Anakku" sebagai tanda bahwa kita ngga melupakan mereka sebagai kakek neneknya.

Begitulah ibu-ibu, jadi orangtua itu tantangannya memang buanyak dan ga mudah, hehehehehehe, apa siiiih.

Pokoke, jangan sampai perbedaan pola pikir dan pola asuh orangtua vs kakek membuat hubungan kita panas ya bu ibu.

Ingat bagaimanapun mereka dulu yang menyayangi kita dengan segenap jiwanya, sama dengan seperti saat ini kita menyayangi anak kita.

Jika ada yang masih bisa ditolerir biarlah. Kalo udah prinsipil silahkan ngobrol. Jangan ngga diobrolin tapi kita marah-marah,  yeee jangan gitu yah.

Karena cucu adalah muara Kasih sayang mereka saat ini,  Sumber bahagia di hari tuanya,  maka tak perlu merasa bersaing.

Komunikasi...  Komunikasi....  Komunikasi...

Kalau kalian gimana nih soal hubungan orangtua vs kakek nenek kepada cucu. Banyak perbedaan atau fine-fine aja, share dong.







Memuji Anak

Sunday, January 22, 2017

Seorang peneliti asal Jepang,Dr.Masaru Emoto membuktikan bahwa air sanggup menerima pesan yang disampaikan padanya.

Air yang diberi respon positif, misalnya doa atau kata-kata baik maka akan menghasilkan molekul kristal heksagonal yang indah. Sebaliknya, jika kita mengucapkan kata-kata yang tidak baik, maka air akan membentuk molekul kristal yang berantakan.

Parenting Rules : Tentang Kata Jangan Pada Anak

Wednesday, January 18, 2017
Penggunaan Kata Jangan dalam mendidik anak



Salah satu teori parenting yang dulu ngga ada, trus sekarang ada adalah tentang pengunaan kata JANGAN.

Dulu setahu saya ngga pernah ada yang bahas soal ini, hingga kemudian muncul teori bahwa kata JANGAN sebaiknya dihindari dalam pola asuh anak.

Kalau saya baca-baca artikel parenting rata-rata menyebutkan bahwa sebaiknya dalam mendidik anak hindari kalimat negatif dan usahakan pakai kalimat preventif. Karena menurut penelitian, otak anak susah mencerna kata " JANGAN". Jadi alih-alih mengartikan kata " Jangan nakal" - misalnya sebagai larangan untuk tidak nakal, malah yang terekam adalah kata nakalnya.

Anak dan Tontonan

Wednesday, January 11, 2017


Saat ini menjadi orangtua itu peernya banyak banget.

Mulai dari mikirin pendidikannya, pergaulannya, sampai melindunginya dari tontonan televisi yang kurang baik.

Tahu kan, sekarang ini banyak ortu yang merasa waswas dengan aneka acara yang ditayangkan di televisi. Karena banyak banget acara yang memang kurang mendidik.


Sebut saja sinetron-sinetron remaja yang cuma membahas masalah cinta-cintaan doang, sampai acara hiburan yang isinya cuma bully membully doang.

Ngga usahkan acara orang dewasa yang memang riskan untuk anak, acara yang jelas-jelas diperuntukkan untuk anak pun masih bikin hati ketar-ketir.

Pilih Pilih Gendongan Bayi

Sunday, January 8, 2017


Tips memilih gendongan bayi.

Seorang bayi bernama Eric Matthews meninggal dunia ketika orangtuanya Marianne dan Robert mengajak berjalan-jalan untuk menenangkannya.

Eric Matthew meninggal karena tidak sengaja tercekik saat berada di gendongan ibunya. 

Selain Eric, penyelidikan tim Koroner mencatat setidaknya sudah enam anak tewas akibat gendongan di Inggris. Sedangkan 16 kematian tercatat di Amerika dan Kanada.

(sumber : http://health.liputan6.com/read/2032421/bahaya-kain-gendongan-bayi-5-minggu-meninggal-sesak-napas)

Wih, membaca berita tersebut, jantung saya rasanya mau copot.

Hal-Hal Yang Bisa Diajarkan Kepada Anak Usia 3 Tahun

Wednesday, December 21, 2016



Yang namanya berkeluarga tentu harus memiliki aturan.

Bukan aturan yang saklek dan tertulis sih, tapi minimal pasti punyalah hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan di rumah.

Demikian juga dalam mendidik anak.

Walau masih berusia 3,5 tahun, saya dan Mas Teguh udah mulai menerapkan beberapa aturan untuk Tara.

Awalnya sangat sulit. Sankin sayangnya sama Tara, saya dan Mas Teguh dulu sempet yang sama sekali ngga pernah marah sama Tara.

Makanya  Tara tuh lama banget tau yang namanya konsep dimarahi.

Dia ngga tau kalau saya marah itu artinya saya marah. Artinya saya lagi kesal.

Dia ngga tahu kalau dibilang jangan itu artinya ngga boleh dilakukan.

Membawa Bayi ke Mall

Wednesday, November 30, 2016



Judge yang sering diberi di kalangan ebo-ebo yang sempet marak adalah perihal membawa bayi ke mall.

Hayooo siapa disini yang pernah membatin  di dalam sanubarinya " Iiiih apaan itu ibu-ibu, anaknya masih bayi kok udah dibawa ngemall"

Ngacuung.

Saya ngacung deh, hahahaha karena dulu sebelum punya baby, saya sering berkata dalam hati begitu, kalau ngeliat ibu-ibu bawa bayi cimut-cimut ke mall.

Hal-Hal Yang Harus Ditanyakan Kepada Orangtua-Part 2

Wednesday, November 2, 2016


Okeee, #GesiWindiTalk kali ini melanjutkan pertanyaan sebelumnya yah.

There is a big correlation between having a parenting philosophy and having a happy family life and successful kids.

Yup, saya setuju banget dengan kalimat di atas, bahwa ada korelasi besar antara filosofi pengasuhan kita terhadap kebahagiaan keluarga dan kesuksesan anak kita kelak. Soalnya pondasi utama pendidikan anak ya keluarga, jadi nilai-nilai yang dianut keluarga itulah yang bakal mempengaruhi gimana cara berfikir dan cara berinteraksi si anak di lingkungan sosialnya.

Nah, mareee kita lanjut ke 5 pertanyaan yang harus ditanyakan kepada orangtua sebelum / saat memiliki anak :

#GesiWindiTalk: Hal-Hal Yang Harus Ditanyakan Kepada Orangtua - Part 1

Wednesday, October 26, 2016


Karena sadar diri yang namanya berkeluarga itu ga mudah, maka sebagai orangtua kita wajib punya planning mau gimana ntar keluarga kita.

Ga yang asal ujug-ujug aja menjalaninya. Iyalah, karena nikah kan ngga cuma menghalalkan hubungan suami istri, tapi butuh BIAYA. 

( Baca : Tentang Jodoh )

Nah ini saya mau jawab pertanyaan-pertanyaan yang harus dipikirin oleh orangtua biar hidupnya ga ngikutin roda berputar aja. Karena kalau ngikut roda berputar ntar bisa nabrak sana nabrak sini.
Pertanyaan ini ada dibahas di blognya Ronit Baras disini.

Jangan yah.

Postingan kali ini soal anak dulu, ntar berikutnya yang lain lagi. Yuuuks

I'm Leader is Made

Friday, October 21, 2016


Video yang hanya berdurasi beberapa detik tersebut tak henti-hentinya diputar ibu di laptop kesayangannya.





Masih terbayang senyum yang merekah di wajah ibu saat menerima piagam dari menteri lingkungan hidup pada 19 April 2013 lalu di museum Wiyata Mandala. Terukir di atas piagam tersebut nama putri nya sebagai pemenang ketiga lomba blog anugerah jurnalistik yang diadakan oleh Aqua Danone. Windi Widiastuty, ya saya sendiri.

#GesiWindiTalk: Makanan Instan Anak? Yay Or Nay

Wednesday, October 12, 2016


Perkara menjadi ibu ideal itu memang ngga ada habisnya. Seperti yang saya tulis kemarin tentang ekspektasi vs kenyataan setelah menjadi ibu.

Salah satunya adalah soal makanan bayi, MPASI.

Baca punya Gesi :


Saya sih percaya banget yang namanya MPASI home made itu , pastilah lebih dipercaya soal sehatnya dibanding makanan instan. Iyalah, soalnya kan kalau makanan bayi home made, kita tahu bahan dasarnya apa, bumbunya apa saja, pakai minyak apa, dan tahu juga cara ngolahnya bagaimana.

Ekspektasi vs Kenyataan Setelah Jadi Ibu

Wednesday, September 21, 2016


Pelajaran Super Dari Yang Super

Wednesday, September 14, 2016

5 Tips Jitu Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak

Friday, September 2, 2016


Kemarin di rumah saya iseng nanya Tara, apa cita-citanya kalau besar nanti. Emak kepo pengen tau nih ceritanya.


Sebenarnya ngga berharap Tara bakal jawab yang fantastis sih, soalnya di usianya yang ketiga ini Tara palingan baru tau beberapa profesi doang,yaitu dokter,guru dan polisi. Itu doang.

Nah jadi pas ditanyain ini nih jawabannya.

Tentang Hari Pertama Sekolah

Wednesday, July 20, 2016
8 Tips Hari Pertama Sekolah Anak Playgrouop


Siapa disini yang dari kemarin ngeshare foto-foto anaknya di hari pertama sekolah?

Aku dooong ikutan euforia hari pertama sekolah. Oya, karena ini hari Rabu jadi postingan ini sekalian postingan #GesiWindiTalk. Kata Gesi kemarin ayo cerita tentang hari pertama sekolah, kamu cerita Tara aku cerita Ubi yang ngga jadi sekolah tahun ini. Mumpung lagi hangat, ayoklah kalau begitu.

Tips Mudik Lebaran Membawa Bayi dan Toddler Dengan Pesawat

Wednesday, June 29, 2016

Siapa yang mudik disini???

Mudiknya naik apa? naik mobil, naik kereta atau naik pesawat?

Saya dong naik pesawat, wahahahaha.

Perkara mudik, apalagi mudik sambil bawa balita , persiapannya harus paripurna nih, biar tidak ada kendala berarti selama di perjalanan. Soalnya yang namanya bayi dan toddler itu kadang bisa rewel tanpa diprediksi.

6 Tips Praktis Merayakan Ultah Anak

Wednesday, June 22, 2016

Ga terasa udah Rabu aja.

Hari ini #GesiWindiTalk mau ngobrolin soal acara untuk anak.

Baca Puya Gesi :


Kebetulan kemarin Tara baru ulangtahun yang ketiga, Gesi juga baru bikin acara tedak sinten Aiden plus ultah kakak Ubii yang keempat, jadi klop deh.

Seru-seruan Keliling Dunia di Explore The World Bersama Dancow

Sunday, June 12, 2016
Beberapa waktu yang lalu, tepatnya Hari Sabtu Minggu Tanggal 30 April sd 1 Mei 2016, Dancow mengadakan acara seru di Plaza Medan fair Medan. 

Dancow Explore The World,  wohooooo.

Apaan tuh?

Ini adalah sebuah wahana bermain untuk anak, dengan mengeksplorasi alam sekitar melalui petualangan ke berbagai negara di dunia.

Pilih Pilih Dokter Spesialis Anak

Wednesday, May 18, 2016


Jadi wanita memang kerempongannya tidak berakhir setelah melahirkan aja ya bok. Setelah nikah dulu heboh nyari dokter spesialis kandungan dan andrologi yang yahud. Gitu hamil juga pilih-plih dokter kandungan sempet bikin pusing. Giliran anaknya udah brojol, dapet pe-er baru lagi, nyari dokter spesialis anak yang cocok

Baca Punya Gesi disini :


Kenapa harus yang cocok, bukan yang oke?

Ya, karena menurut saya memilih dokter spesial anak itu beda dengan saat milih dokter kandungan.

Yang Berubah Setelah Punya Anak Dua

Wednesday, May 11, 2016

Selamat hari Rabu bu ibu. Minggu ini #GesiWindiTalk mau ngomongin tentang hal-hal yang berubah setelah kita punya anak kedua.




Apaa???? Belum tahu ya kalau kita sudah punya dua anak, xixixi, memang sih kalau dilihat sepintas ga ada bedanya sama anak gadis. Kita memang samaan sih sama si Dian Sastro, punya dua anak tapi masih singset gituuu #disambit massa.

FYI, saya punya dua anak, cewe-cewe lucu. Sementara Gesi udah sepasang , kaka Ubi sama dek Aiden. 

Custom Post Signature