Di salah satu adegan Desperate Housewife, ada cerita si Lynette menitipkan anak-anaknya ke Bree. Karena Lynette kan ibu bekerja, dan saat itu Nannynya lagi resign, jadi dia minta bantuan Bree sahabatnya untuk menjaga anaknya.
Yang suka Des Hos taulah ya, anak-anak Lynette itu ampun deh lasaknya. Lari kesana kemari, manjat-manjat, dan suka teriak-teriak, apalagi si kembar Potter dan Hary? ( Lho kok jadi Harry Potter?) , auk lupa namanya.
Nah, ternyata saat dititipin ke Bree, si kembar ini lari sana lari sini, si Bree masak kue, kuenya masih panas udah dimakan, mecahin gelas pulak, aaaak stress ga sih jadi temen yang dititipin. Sampai akhirnya Bree kehilangan kesabaran dan memukul si kembar. Pantatnya gitu lho dipukul.
Dasarlah anak-anak, pulang ke rumah, mereka ngadu ke Lynette " Mommy, kami ngga mau main ke rumah tante Bree lagi", gitulah kira-kira si kembar ngadu ke ibunya.
" Why"
" Soalnya kami dipukul sama tante Bree"
" WHAAAAAT!!!!"
Ngamuklah si Lyenette mendengar itu. tau kan ya, sifat Lynette di Des Hos itu kan yang reaktif
kayak saya gitu. Langsung tanpa ba bi bu datangin rumah Bree dan mengkonfrontnya
" Ape maksud lu mukul-mukul anak ane hah" (tentu dengan bahsa Inggris ya sodara-sodara)
" Ih apaan sih lu, biasa aja kale. Lha anak lu nakal, ya gw pukul lah. Ah nyantailah biasa itu anak dipukul buat disiplin"
Whaaa nyari mati nih si Bree. Teranglah si Lynetee langsung marah, dan menatap sinis si Bree
" Menurut lo mukul anak itu memang wajar, tapi menurut ane, haram mukul anak. Gw aja ngga pernah mukul, kenapa lu berani-beraninya mukul anak ane "
BRAAAAK.
Lynette dengan segudang kemarahan pergi meninggalkan rumah Bree.
Menurut kalian gimana?
Lha kok malah nanya.
Mengapa Lynette begitu marah?
YA MARAHLAH, GW AJA NONTONNYA MARAH.
Kalau di dunia nyata, saya sedih banget kalo lihat ada anak yang dipukulin ortunya.
Iya suka sedih kalau melihat atau mendengar orangtua mukul anaknya, even itu pukulan mendisiplinkan. Karena belum ada satu pun penelitian yang membuktikan bahwa memukul anak ada korelasinya dengan kedisplinan.
Gegara kepikiran film Des Hos tadi, saya malah browsing ke web-web parenting, pengen tau apa kata mereka soal memukul anak.
Dan hey, ngga satu pun artikel yang membahas bahwa memukul anak itu akan memberi efek positif. Semua mengatakan bahwa efek negatif saat kita memukul anak itu bakal berdampak panjang. Anak akan merasa tidak disayang, merasa terpukul, merasa tersakiti, dan lebih gawat lagi bisa menyebabkan luka batin dan trauma .
Ngga banget kan yah.
Mungkin ada orangtua yang mikirnya memukul itu adalah hal yang biasa.
NO.
Ada yang salah dengan konsep pengasuhan anak kita kalau ortu sampai nganggap memukul itu adalah hal yang biasa. Karena hubungan anak dan orangtua adalah hubungan kasih sayang, hubungan mendidik, tapi bukan kekerasan. Dan anak-anak juga memiliki hak perlindungan fisik sama seperti orang dewasa.
Lha kita aja juga ngga mau kan dipukul, ya sama anak kita juga ngga boleh dipukul, even oleh ortunya sendiri.
Mungkin bagi kita orangtua, saat memukul anak kita mikirnya sebatas kita meluapkan emosi, dan agar dia kapok.
NO
Anak-anak belum mengerti konsep kapok. Yang mereka mengerti itu adalah perasaan atau kesan apa saat ia melakukan sesuatu.
Kayak misal dia kemarin mencet dispenser trus kesiram tangannya sama air panas. Besok-besok dia ga akan ulangi. Bukan karena dia tau itu bahaya trus kapok, tapi karena dia inget perasaannya saat air panas kena tangannya.
Makanya saat kita memukul anak dengan tujuan kapok trus besok-besok dia ga ulangi, itu bukan berarti , bukan karena di tahu bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan, tapi yang direkam memorinya adalah bahwa kalau ia melakukan itu maka ibu akan marah, ibu akan memukulku, aku ngga mau ibu atau bapak ngga sayang aku.
Kan sedih ya kalau rekaman ingatan anak kita malah berupa ketakutan.
Jadi saat kita marah karena anak mencoret dinding, kemudian memukulnya sambil bilang " JANGAN CORET_CORET DINDING, KALAU KAMU CORET LAGI MAMA PUKUL LAGI LHO KAMU"
Dia akan ingat soal mukulnya doang, yang diingatnya adalah rasa takutnya. Huhuhu duh bayanginnya aja langsung sedih.
Waktu kecil saya punya tetangga yang ortunya ringan banget tangannya ke anak. Salah dikit plak, salah dikit plak. Anaknya itu jadi kasar banget ke temen-temen. Dikit-dikit main pukul, dikit-dikit main dorong. Setelah saya pikirin sekarang, ternyata mungkin ada kaitannya.
Karena kata ahli parenting ya, ( bukan kata saya ). Anak yang sering dipukul orangtuanya, akan menganggap bahwa penyelesaian masalah adalah dengan main fisik, dengan memukul, mencubit, maka ia akan menganggap itu menjadi sesuatu yang wajar. Maka jangan heran, coba perhatikan anak-anak di sekolah yang suka mukulin temannya, kemungkinan di rumah ya dia diperlakukan seperti itu.
Sebagai orangtua tentulah kita ngga boleh juga selalu berlindung di balik kalimat
" namanya anak-anak", tapi ya segimana sih kelakukan anak kita yang bisa membuat kita punya asalan untuk memukulnya. Jangan-jangan kesalahan bukan di anak, tapi di diri kita. Mungkin kita ngga memperhatikan saat dia main, mungkin kita yang lagi capek trus melampiaskan kekesalan ke anak padahal anaknya juga cuma melakukan kesalahan kecil khas anak-anak, atau mungkin kita yang tidak sabar dan tidak pernah memberitahu ke dia apa yang boleh dan apa yang ngga.
Saya yakin, ngga ada orangtua sih yang niat jahat ke anaknya. Pasti kebanyakan hanya karena menganggap itu bisa mendisiplinkan anak, padahal ada banyak cara yang bisa dilakukan.
Anak mecahin piring
---> Ya udahlah dibersihin aja piringnya, besok ganti piring plastik.
Anak Mecahin Tivi
---> Lha coba tanya, kita dimana, kok bisa-bisanya tivi sampe jatuh dan pecah.
Anak nyoretin dinding
----> Kenapa ngga kita sediain buku gambar, dan kalau sampai dia coret-coret dinding ya udahlah dinding bisa dicat ini.9
Anak berkata kasar memaki
----> Coba diinget mungkin kita sering juga ngomong kasar, atau tanpa sengaja anak nonton tivi atau youtube tanpa pengawasan kita dan nemu kata-kata kasar itu disitu.
Anak numpahin makanan
----> Oh Plis anak mana yang ngga melakukan itu.
Tuh kan, ada seribu alasan yang bisa kita cari.
Saya ngga bilang bahwa kalau anak kita berbuat yang aneh-aneh maka pasti orangtuanya, atau ibunya yang salah. Ngga sih, kondisi keluarga kan beda-beda. Namun, yaitu tadi, segimana besar kesalahan anak sampai membuat kita mau melayangkan pukulan kepadanya.
Ntar diinget-inget ya bu ibu, tiap anaknya kita rasa masuk defenisi "Nakal" versi masyarakat umum, maka segera mikir loop di atas. Percaya sama saya, kita ngga akan pernah nemu alasan buat mukul.
Dulu waktu kecil, temen-temen saya suka takut main ke rumah, karena bapak saya wajahnya itu serem, mana badannya tinggi besar kan yah, dan ibu saya karena blio seorang guru, guru matematika pula, yang notabene sering cerewet dan sering ngomel, banyak yang ngira kami pasti sering dipukul.
Padahal, seumur-umur, ngga pernah sekalipun orangtua saya mukul. Ngga tau ya mungkin karena ibu saya guru, makanya blio tahu bahwa mukul anak itu ngga bagus untuk perkembangan psikologisnya.
Makanya, sampai saat ini jadi ortu, berusaha banget nget jangan sampai main tangan ke anak. Ngga mau anak saya takut atau benci ke saya karena main tangan.
Ngga hanya mukul sih sebenernya, bentak anak juga.
Saya inget banget, dulu pernah pas saya usia SD, saya dibentak oleh om saya, adiknya bapak hanya gara-gara saya mainin peci mbah lanang. Dibentak yang model " HEH JANGAN PEGANG_PEGANG, LETAKIN SITU"
Doooh, sampai sekarang keinget terus, membekas di hati, dan dikit banyak nimbulin rasa benci. Ngga suka aja pokoke sama si om. kalo lebaran, bisa menghindar menghindar deh dari ketemu dia. Padahal udah lama banget. Ngga maksud inget tapi ya keinget.
Saya rasa begitu juga sih anak kita. Apalagi kalau yang melakukannya orangtuanya sendiri, pasti keinget terus.
Saya pernah ga mukul anak?
Mukul ga, tapi pernah kelepasan ngebentak. Gara-gara saya lagi ditelfon urusan kantor, trus Tara merengek-rengek minta hape saya, mau nonton youtube, jadi saya ngga bisa fokus ngomongnya. Kebentak deh si Tara. Abis itu dia lari ke sudut rumah, nangis tersedu-sedu gitu. Bukan nangis yang marah, tapi nangis sedih kayak sakit hati. Trust me deh anak kecil itu bisa banget sakit hati. Duh nyeselnya ampun-ampunan.
Abis nelfon, buru-buru langsung peluk Tara. Peluk sambil minta maaf.
" Maaf ya Tara, bunda ngga sengaja. Tara marah ya sama bunda"
" Huhuhu, iyaaa bunda jahat, marahin Tara"
Hwaa saya sedih banget, keinget perasaan saya waktu dibentak om dulu.
" Iyaaaa maaf ya Tara, bunda salah, Tara mau kan maafin bunda"
Trus anaknya ngangguk, sambil peluk saya, saya cium dia.
" Yok, tadi Tara mau ngapain?"
" Mau nonton Upin Ipin bunda"
Dan dunia kembali cerah.
Saya pernah baca, hardikan, amarah apalagi sampai pukulan ke anak, sekalipun kita sudah minta maaf sebenarnya tetap ada bekasnya ke anak. Ibarat memaku kayu, kalo pakinya kita cabut, ya tetep si kayu ada bekas pakunya.
Makanya, mikir panjang banget deh kalo mau marah bahkan sampe mukul anak. Kasiaaaaaan anaknya ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜.
Trus gimana kalau kita terlanjur marah atau mukul anak?
Namanya udah terlanjur, tentu ga bisa diundo lagi yah. Yang bisa kita lakukan adalah melakukan perbaikan sehingga meminimaliair dampak negatif ke anak.
Jika suatu saat kita kelepasan memukul atau membentak anak (amit-amit semoga ngga pernah lagi deh), sebaiknya lakukan teknik penyembuhan saat itu juga. Penyembuhan sesegera mungkin bisa meminimalisir pengalaman buruk itu mengendap di pikiran dan perasaan anak.
Caranya?
- Jangan nunggu anak sampai tertidur. Biasanya kan anak kita kalau nangis tuh sampe tertidur ya sambil terisak-isak gitu tau-tau ketiduran. Lakukan penyembuhan sesegera mungkin sebelum anak tertidur.
- Peluk anak kita sambil mengelus-ngelus punggungnya.
- Kalau tadi kita sempet memukul, cek bekas pukulan tersebut, elus-elus sambil lakukan komunikasi ke anak. Tanya, apakah sakit? " Ini tadi bunda pukul ya, sakit ngga sayang"
- Minta maaflah. Minta maaf berulang-ulang sambil mengelus dia .
- Kalau ternyata bekas pukulan atau cubitan kita menimbulkan bekas seperti memar atau luka, ajak dia mengobatinya bersama. " Aduh, merah ya kakinya, kita kompres yuk sayang", atau " Kita obati ya biar ngga sakit lagi", sambil bilang maaf lagi.
- Setelah itu, sampaikan kenapa kita marah. " Maaf ya sayang, lain kali kalau bunda lagi bicara ditelfon, Tara tunggu dulu ya sampai bunda selesai. Kan bunda ngga pernah pelit kalau Tara mau nonton, oke".
- Jangan lupa sampaikan bahwa dia anak yang baik, bukan anak anak nakal, jangan melabeli anak. " Tara kan anak baik ya kan, bunda sayang banget sama Tara, Tara sayang bunda juga kan?"
- Abis itu ajak anak kita melakukan sesuatu yang disenanginya.
DAN PLIS JANJI JANGAN MENGULANGINYA LAGI.
Jadi orangtua beneran ngga mudah deh, dibanyakin sabarnya ya bu ibu, ayah, bapak, agar tidak muncul penyesalan di kemudian hari.
Salam hangat dari sesama ibu yang kadang ngga sabaran .❤❤❤