Showing posts with label nostalgia. Show all posts
Showing posts with label nostalgia. Show all posts

Perlu Ngga Berteman dengan Mantan di Akun Sosmed ?

Wednesday, November 18, 2015
Jadi tiba-tiba ada yang nanya ke saya.

Bagaimana relasi dengan mantan setelah putus.


" Perlu ngga nge-add mantan di akun sosmed kita?"

Alumni Hati

Thursday, October 1, 2015
Setelah bertahun-tahun menghilang dari dunia per-SMA-an , akhirnya seminggu yang lalu saya bersedia juga dicemplungin ke group WA SMA #eeeeaaaaa.

Yup, dalam hal dunia per-renuian saya memang termasuk golongan orang-orang cemen, haish. Dari dulu agak gimana gitu kalau diajak reuni. Eh iyalah, group WA SMA atau kuliah itu kan termasuk kategori reuni yah. Berkali-kali diminta temen gabung, gw ogah, ngga mau, yang tahu no hape dan sosmed saya pun cuma segelintir teman dekat saja, dan itupun teman cewek. 

Kenapa?

Ngga tahu, cuma memang rada males aja. Malas melihat masa lalu, hahahaha. takut gagal move on. Karena sadar diri saya type orang yang susah melupakan kenangan. Dan sialnya masa-masa SMA itu jejak-jejak asmaranya buanyak banget, jadi  demi kebaikan semua umat, begitu menikah, saya putuskan semua contact dari masa lalu. Hahaha kayak yang dicariin aja neng. Kayaknya emang yang nyari bukan orangnya tapi pasangan si someone. Soale jamannya friendster dulu, masih bisa dilihat siapa saja yang kepoin profil kita, daaaaan eng ing eng, yang ngubek-ngubek friendster saya malah istri-istri ato pacarnya blio-blio di masa lalu.

Saya sendiri juga ngga berusaha nyari-nyari blio blio itu, kecuali beberapa orang spesial, sempetlah kulik-kulik google, ngetikin namanya pengen tahu aja kabarnya gimana. Udah tahu, ya udah, ngga niat juga buat add Fb nya atau twitter, atau apapun lah. Just want to know ajah.



Gitu gabung di group WA, whoaaaaa bener aja,segala nostalgila kembali berhamburan. Apalagilah ya ngga jauh-jauh dari ngomongiiiin............... MANTAN, bip...bip...bip alert.... alert. 

'Eh inget ngga dulu kan kamu sama si anu punya cerita bla... bla  bla..."
"Yang mana?"
"Yang waktu itu"
"Ah masa sih...."

" Jadi sebenarnya, yang waktu kelas sekian itu ceritanya gimana, kok bisa jadi begitu"
" Wah ternyata gitu tooh"

Ngomongin mantan sama sohib... ah biasa
Ngomongin mantan sama temen kerja, ah keciiiill...
Ngomongin mantan, dimana dia juga ada disitu. Matilah kau....# ini ngetiknya sambil senyum-senyum.

Kalau kata orang kan, mantan itu alumni hati, maka suatu saat bisa jadi reuni kembali, uhuk. Tapi bagi saya, rumus itu ngga berlakulah. Ngapain juga, dulu aja ngga nyari-nyari kok, masa gitu ketemu harus reuni hati lagi.

Trus, dari percakapan panjang kali lebar di group kemarin, sampai akhirnya tiba-tiba tercetus pertanyaan,

" Jadi Win, masih punya hati nih sama si anu, masih ada buku yang belum ditutup?"



" Ngga lah, Dia itu the one that got away". 

What,?? entah napa tiba-tiba keluar kalimat itu. Spontan aja, kayaknya karena pernah baca postingan siapa gitu tentang the one that got away, abis itu langsung cari di you tube , lagunya si eneng Katty Perry. Selama ini sih ngga pernah terlalu menghayati lagu itu. ternyata lihat videonya, eeeea dalem banget cuy. Padahal kemarin maksud bilang gitu ngga ada relasinya dengan isi video. Maksudnya sih, mau bilang bahwa dia seseorang yang udah kubiarkan pergi dari hatiku, kok keluarnya malah kalimat itu #uhuklagi.



Sebenarnya kalau mau jujur, ngga bisa dipungkiri juga sih, kadang ada saat-saat tiba-tiba keinget seseorang dari masa putih abu-abu itu.  Eh ternyata ga saya sendiri yang punya pikiran seperti itu. Terbukti, saat dilempar tanya, beberapa teman di group ngomongin, " Gimana kalau dulu....."

Gimana kalau dulu ngga putus
Gimana kalau dulu ngga membiarkannya pergi

Aaah. kalau udah gitu, trus dipasangin sama lagunya Katty Perry tadi, yakin deh lo, pada mewek. Apalagi kalau, ternyata sebab musabab proses menjadi mantan itu diluar kendali kita. Kayak yang ngga disetujui ortu lah, kayak yang cuma salah paham, atau malah karena berbeda prinsip. Kalau karena orang ketiga sih, go to the hell ajah, ngga usah dipikirin.

Gimana kalau....

Tapi yah gitu, hidup tidak seperti bermain games kata teman saya. Dimana saat kita failed, kita bisa restart dan ulang lagi, bisa undo sesuka hati. 

Like me, bertahun-tahun memendam sakit hati. Iya boook, dakuh sakit hati, sama si blio, dulu putus tanpa penjelasan, sampai bikin saya yang ilfil gitu sama cowok ( ngga mungkiiiiiin, ahahaha). Ngga sih, ngga sampe bikin saya ngejomblo juga gara-gara dia, tapi sempat bikin saya kehilangan respek sama para pria, makanya pas kuliah tak satupun teman kuliah yang menarik di mata saya, . Sempet juga bikin saya berkhayal, kalau suatu saat ketemu blio saya bakal tampolin tuh orang muka belakang, atas bawah. Sangkinkan marahnya. Kalau bisa sambil ngeluarin segala sumpah serapah. But, kemudian saya mikir, untuk apa?.

Emangnya dengan saya marah, bisa balik lagi ke masa lalu. Lagian kalau punya mesin waktu kayak yang dibilang si eneng Katty, saya juga ngga mau. Untuk apa ?, saya juga ngga merasa dia the one nya saya. Hanya saja yaitu, ternyata rasa penasaran itu memang sungguh berbahaya. Penasaran, kenapa begini, kenapa begitu. 

Yup, rasa penasaranlah yang bisa membuat pasangan-pasangan di dunia ini tercerai berai. Makanya ngga jarang kan dengar cerita gara-gara reuni, ada yang CLBK. ya karena rasa penasaran itu. Kembali lagi, gara-gara pertanyaan " gimana kalau......"

Padahal yang namanya kenangan itu bisa indah karena memang adanya cuma di memory kita, tidak berubah wujud jadi kenyataan. Makanya juga pernikahan terkadang tak seromantis yang diceritakan di film-film. Karena film itu banyakan imajinasinya, sementara pernikahan yang kita jalani itu dunia nyata. ya ngga sesuai cuuuuy. Ngga heran, banyak orang yang mencari imaji nya di luaran, padahal belum tahu aja dia, begitu imajinasinya berubah nyata, ya sami mawon, tetap ngga bakal seindah lagu-lagu atau film-film cinta itu.

Itu pernah lho kejadian sama saya. Jadi dulu banget pas jaman SMA, ada gitu yang naksir saya  cTapi ngga saya tanggepin, sampai tamat SMA, kami masih contact-contact-an tapi hanya sebatas nanya kabar, gimana, dimana, basa-basi para remaja lah. Bertahun-tahun begitu. Saya tahu dia masih menyimpan rasa, dan dia tahu saya masih sibuk dengan si anu. Begitu tahu saya putus, dia pun memberanikan diri mendekati saya lagi. Padahal udah berlalu hampir 5 tahunan lho. Dan karena saya merasa dia sudah seperti sahabat ya sudah kami jadian. Apa yang terjadi? Hanya sebulan saja, lalu kami sama-sama sepakat untuk mengakhiri hubungan. 

Kenapa?

Karena ternyata semua tidak seperti yang kami bayangkan. Yang dia bayangkan atau yang saya inginkan. Karena semuanya hanya pelampiasan rasa penasaran. Karena semuanya hanya mau tahu jawaban atas pertanyaan  "Gimana kalau...."

Saran saya sih, kalau ada orang-orang dari masa lalu kembali, trus dia minta menjalin hubungin, lupakan. Trust me, lupakan saja. Kecuali emang lo dah cinta mati banget. Inget aja tuh kayak serial Friends, Ross yang penasaran abis sama Rachel sejak jaman sekolahan, ketemu bertahun-tahun kemudian, akhirnya jadian, malah berantem terus, malah saling menyakiti. Eh itu kan cuma film yah. Iya sih, tapi memang kenyataannya banyak yang seperti itu. Karena kita berubah, karena dia berubah, karena yang dulu kita anggap indah, keren, baik, bagus, belum tentu saat ini pas untuk kita.

Balik lagi ke soal reunian.

Trus apa sebaiknya ngga usah datang aja kalau ada reuni. Apa sebaiknya leave aja dari grup yang beranggotakan orang-orang dari masa lalu.

Kayaknya sih ngga gitu juga. Jalani aja. Kalau saya pribadi mah saat ini ngga khawatir dengan yang namanya potensi CLBK gara-gara reunian, gara-gara group WA. Soale, jujur aja ya bagi saya pasangan saat ini itu udah so perfect to me . Ngga adalah yang bisa dibandingkan dengannya, dan saya juga ngga pernah banding-bandingin suami dengan someone dari masa lalu. Gimana ngga ? Suami saya tuh orangnya benar-benar yang sebagai balancing bagi saya yang meledak-ledak, penenang sifat saya yang grasa grusu. blio juga pendengar yang baik untuk istrinya yang super duper cerewet ini. Plus, bisa memenuhi melebihi apa yang saya butuhkan hahahaha #ini penting ditulis. Dan yang pasti, dia dipilih oleh hati saya bukan karena gejolak romansa yang meletup-letup, tapi dari hasil curhat sama sang Pencipta, dipertemukan di saat yang paling tepat di waktu terbaik dalam hidup saya Coba..... mana ada yang bisa ngalahin.



So, untuk yang memiliki alumni hati, biarkanlah tetap jadi alumni. Ngga usah didengarkan rasa-rasa penasaran di dalam diri. Ngga usah dilawan tapi jangan diikuti. Ingat yah, nostalgia itu bukan untuk mengenang-ngenang yang telah berlalu, tapi untuk menyadari bahwa sutradara kehidupan tidak pernah salah.

Walau akan selalu ada terbersit tanya, gimana kalau , ah itu cuma godaan syaitooni rojiim kok. Bagaimanapun seseorang dari masa lalu itu tidak akan mungkin hilang dari kepingan puzzle-puzzle lukisan hidupmu, ucapkan terima kasih saja, karena tanpa mereka , pigura berisi kepingan puzzlemu bakal bolong-bolong. Daripada mellow yellow, dengerin aja lagu  Rain feat Endang Soekamti ini " Terlatih Patah Hati", 

Para mantaaaaan, mana suaranyaaaaa,,, #eeeea

Aku sudah mulai lupaSaat pertama rasakan laraOleh harapan yang pupusHingga hati cedera serius

Terima kasih kalianBarisan para mantanDan semua yang pergiTanpa sempat aku milikiTak satupun yang aku sesaliHanya membuatku semakin terlatih

Begini rasanya terlatih patah hatiHadapi getirnya terlatih disakitiBertepuk sebelah tangan (sudah biasa)Ditinggal tanpa alasan (sudah biasa)Penuh luka itu pasti tapi aku tetap bernyanyi





NB: Tara, kalau kamu baca tulisan bunda ini, saran bunda cuma satu, JANGAN PACARAN . Ikuti jejak papamu, biar kamu ngga perlu buang-buang space di hatimu untuk sesuatu yang tidak pasti. 

Untuk para alumni hati, jangan serius kali bacanya. Kisah di atas hanya fiktif belakaaa kok, ahahahaha.



Kado Terindah Dalam Hidupku

Tuesday, January 13, 2015
Tahu ngga, waktu kecil  saya punya cita-cita yang lain dari yang lain. Sebelum saya mengerti kalau ada cita-cita yang disebut dokter, pilot, presiden dan lain-lain itu, saya punya satu cita-cita mulia, yaitu Ingin dapat piala biar bisa dipajang di lemari rumah dan membuat ibu saya bangga hahaha. Mulia banget kan.

Makanya kalau ada lomba-lomba tujuh belasan, saya walau malu-malu kucing tapi pasti ikutan satu dua perlombaannya. Entah itu makan kerupuk, lomba lari atau balap karung. Tujuannya cuma satu, pengen juara, dan dapet piala biar cita-cita mulia di atas bisa terwujud. Tapi ternyata, tak satu pun lomba tujuh belasan pernah saya menangkan , nasiblah punya postur imut-imut. Ikut lomba makan kerupuk kalah rakus, lomba lari kalah cepat, balap karung kalah gesit.

OSPEK oh OSPEK

Wednesday, December 11, 2013

Heboh berita mahasiswa ITN Malang bernama Fikri yang tewas saat Ospek.

Naudzubillahi min zalik. Iih walau ngga ada hubungan kerabat, kenal juga ngga tapi begitu membaca berita ini di internet kok hati saya sakit sekali. Terbayang bagaimana perasaan orangtua Fikri. Dan kemudian saya langsung teringat berbagai Ospek yang pernah saya jalani di masa silam, ya di SMA ya di kuliahan.

Tanpa perlu menyebut yang mana, saya juga pernah mengalami yang namanya di ospek senior. Dari yang katanya " seneng-seneng" sampai yang membuat saya mau muntah. Duluuuuuu banget saya dan beberapa teman putri pernah dikerjai oleh kakak kelas.

First Love

Monday, May 6, 2013

Sosok itu, dia duduk tepat di seberang mejaku. Kulitnya putih bersih,wajahnya tergolong manis untuk ukuran  jenis kelamin laki-laki, ia tidak terlalu tinggi tapi juga tidak pendek, tak pernah ada satu katapun yang pernah keluar dari mulutnya. Baik sekedar menyapaku atau menanyakan sesuatu padaku, ah apa yang ada dalam pikirannya.

Tips Melupakan Mantan: Let's Move On, Karena Kamu Begitu Berharga

Monday, April 8, 2013
Tips melupakan mantan



Gara-gara baca blognya si ila Rizky yang ngomongin tentang Move on saya jadi inget masa-masa masih berseragam abu-abu.

Move on, wew kata yang populer banget saat ini. Galau dan move on , dua kata yang biasanya berdampingan. Orang yang gagal move on biasanya jadi galau, orang yang galau itu biasanya orang yang gagal move on, halah.

Hip Hip Hurray Tujuh Belasan

Friday, September 14, 2012

Gara-gara usia saya dan abang saya hanya terpaut dua tahun, maka sejak kecil saya nempel terus kemana abang saya pergi. Dia main ketapel saya ikutan, dia manjat pohon rambe saya ga mau ketinggalan, dia berenang di sungai ya saya ngekor juga, bahkan nengkepin ikan gobi di parit pun saya selalu dengan setia ngintil di belakangnya.

Saat akhirnya abang saya harus mendaftar sekolah dasar, saya terpaksa ga bisa ikutan lagi, hiks sediih sekali waktu itu. Karena ga mau pisah dan selalu ngerecokin akhirnya setahun kemudian saya didaftarkan sekolah juga. Saat itu umur saya baru 5 tahun. Dengan badan mungil dan umur yang masih kecil praktis saya selalu menjadi anak bawang di kelas. Anak bawang itu, kalau diibaratkan kartu dia itu joker, bisa kemana aja, kebal terhadap segala hukuman, dan dianggap ga pernah bersalah. Masih inget , penggilan saya dulu tuh si unyil, ada juga yang manggil ikan teri, karena saya imut-imut banget. Waktu TK malah ada temen yang suka sekali kalau duduk sambil mangku saya, xixixi.

Awalnya sih asik-asik aja, kalau ada kerja bakti di sekolah pasti dikasi kerjaan yang ringan-ringan. Mulai bermasalah, saat hari kemerdekaan tiba, tujuh belas Agustus. Udah lazim kan kalau menjelang tujuh belasan pasti banyak banget diadakan berbagai macam lomba. Lomba makan kerupuk lah, junjung botol, guli dalam sendok, balap karung, lomba lari, wah banyak deh. Saya pun sibuk ikut mendaftar, ingin  berpartisipasi dan sangat berharap bakal menang. Padahal hadiahnya ya waktu itu palingan buku tulis sama pensil.

Lomba pun dibagi dalam beberapa kategori. Salah satunya sesuai umur, ada juga sesuai kelas, misalnya kategori umur 5-7 tahun atau kelas 1-3 SD. Nah , mau ikut kategori manapaun, saya selalu menjadi peserta yang terkecil. Bisa dipastikan, tak satupun lomba tujuh belasan yang saya menangkan. Pas lomba makan kerupuk, ukuran kerupuk dengan mulut ,gedean kerupuknya, saya ngunyahnya 32 kali baru ditelen, peserta yang lain udah habis. Ikut lomba balap karung, kesrimpet terus sama si karung. Lomba lari, kaki saya kalah lebar dibanding anak lain. Hadeeeh, frustasi banget rasanya. 




Sebenarnya saya jago lompat tali, tapi entah kenapa ga pernah dilombain pas agustusan. Akhirnya lama-lama saya menyadari dengan sendirinya, pokoknya segala perlombaan yang melibatkan fisik saya harus melipir jauh-jauh, cukup jadi penonton saja. Saya sering menghayal, gimana yah biar badan saya bisa tinggi trus kaki saya bisa panjang biar bisa menang macem-macem lomba, minimal makan kerupuk.

Bertahun-tahun kemudian, setelah puluhan agustusan saya lewati, akhirnya saya menemukan si belahan jiwa. Kami tinggal di perkebunan di daerah Kisaran, Sumatera Utara. Tradisi di perkebunan setiap tujuh belasan mengadakan lomba untuk semua kalangan. Mulai dari anak-anak sampai untuk orang dewasa. Paling seru, lomba untuk suami istri. Ada lomba jogged jeruk. Jadi jeruk diletakkan diantar kening suami dan istri, terus diputar lagu dangdut dan mereka harus jogged. Siapa yang bertahan sampai akhir tanpa menjatuhkan jeruk dia yang menang. Sekali lagi saya hanya jadi penonton, soalnya malu mau ikutan.




Tapi entah mengapa, saya ingiin sekali memenangkan salah satu hadiah yang disediakan panitia. Hadiahnya sih ga seberapa, ada uang, peralatan dapur, kaos, handuk, macem-macem gitu. Dan ada piala. Wow melihat piala, mata saya berbinar-binar. Dengan tekad membara, saya kuatkan hati untuk ikut lomba apa aja deh yang penting bisa menang.

“ Yak, kepada para suami yang ingin ikut lomba gendong istri silahkan mendaftar ke meja panitia”

Aih, pucuk dicinta ulam pun tiba, dengan setengah memaksa saya seret suami ke meja panitia. Dengan wajah memelas saya bujuk dia “ Ikut yah mas, pliiisss”. Entah ikhlas entah tidak, suami saya pun mendaftakan nama kami, yess.

Tak disangka ternyata pesertanya membludak, jadilah perlombaan dibagi dalam 6 sesi. Setelah diterangkan aturannya, dan ditunjuk garis finish, saya pun segera bertengger di punggung suami. Sebelum panitia meniup peluitnya, saya bisikkan ke telinga suami, “ Mas, adek belum pernah sekalipun menang tujuh belasan, plis mas usahain ya kita menang” ;).

Priiit…….

Begitu ditiup peluit, suami pun berlari secepatnya. Ternyata ada untungnya juga saya ga terlalu ndut, jadi masih masuk dalam kategori ringan untuk digendong. Sanking serunya, penonton berteriak-teriak menyemangati. Ada pasangan yang istrinya lebih gemuk dari suami, terang saja baru beberapa langkah udah jatuh. Ada lagi yang karena gak sabaran, belum mencapai garis di salah satu ujung langsung balik menuju garis start sekaligus garis finish, akibatnya didiskualifikasi. Pokoknya lucu-lucu deh. Saya pun teriak-teriak diatas punggung suami, menyemangati dia sekaligus berpegangan erat supaya ga sampai jatuh. Udah ga peduli lagi deh, urat malu rasanya udah putus, dan ga merhatiin peserta lain.

Begitu sampai di garis finish penonton pun bersorak, horeeee… Ahahaha siapa sangka, kami jadi peserta tercepat, cihuuuy. Akhirnyaaa, saya bisa juga menang lomba tujuh belasan. Tepatnya sih suami yang menang, lah saya Cuma nangkring doang. Ga peduli lah, yang penting saya menang, horee horee.



Kalau nginget-nginget kejadian itu lagi, pasti suami saya ngomel-ngomel. Katanya, “ Sebenernya ade tuh berat tauk, mas kasihan aja ade ga pernah menang lomba makan kerupuk “. Duuh, gemes banget deh kalau dia lagi misuh-misuh gitu.

Sekarang, kalau pas tujuh belasan lagi, rasa penasaran saya tuntas sudah. Yang penting udah pernah jadi juara tujuh belasan, Puaaas deh. Tujuh belasan kali itu menjadi tujuh belasan paling membahagiakan dalam hidup saya. Tapi kalau disuruh ikutan lagi, hmmm saya ga mau  soalnya sekarang udah berat, mana kuat lagi suami gendong saya sambil lari-lari J

Itu ceritaku, kalau kamu, apa nih kenanganmu di hari kemerdekaan. Atau punya kenangan saat lebaran ?. Ikutan Kontes Kenangan Bersama Sumiyati-Radit Cellular yuks. 




Ket ; Gambar dari Google


Ayam Goreng Kenangan

Thursday, July 19, 2012




Kalau ditanya, kenangan apa yang paling berkesan yang pernah saya alami sewaktu kecil ?. Sepertinya perlu beribu-ribu kata dan berlembar-lembar folio untuk menceritakannya. Karena semua hal yang terjadi pada saat saya masih imut-imut, begitu berkesan. Pengalaman jatuh dari pohon jambu dan sukses mendarat di comberan yang menyambut saya dengan pecahaan beling yang berserak ( paha saya robek, dan harus dijahit 6 jahitan, syukur dokernya canggih bekasnya bisa ilang sama sekali ), Pernah juga dikejar-kejar tawon karena ngga sengaja jatuhin sarangnya. Atau pengalaman terpaksa merasakan kepala saya dijahit karena main lempar-lemparan batu bata sama teman ( iseng aja, soalnya bola kastinya ilang jadi diganti batu ).Wah banyak deh, sampai-sampai saya punya cinderamata berupa bekas jahitan disana sini saat kecil.

Namun dari semua kejadian lucu, ngenes, plus malu-maluin itu ada satu peristiwa yang sampai sekarang masih erat melekat di ingatan. Bahkan setiap menceritakan kembali kejadian itu bersama adik-adik saya, kami akan tertawa sekaligus menangis haru.

Waktu itu sekitar tahun sembilan puluhan, saya masih duduk di kelas tiga atau empat sekolah dasar. Karena ayah saya bekerja di perkebunan sawit, maka kami pun harus bermukim di belantara sawit Sumatera Utara. Tidak terlalu pelosok sih, hanya berjarak kira-kira dua jam perjalanan dari kota Medan. Namanya perkebunan, maka ngga banyak hiburan yang ada di komplek perumahan karyawan. Satu-satunya hiburan yang ada ya televisi.  Kadang-kadang, sebulan sekali perusahaan menyediakan hiburan berupa layar tancep di lapangan terbuka.  Acara televise favorit saya saat itu adalah kartun si hantu botak Casper. Setiap pagi, saya pasti udah nongkrong di depan tivi, padahal jadwal tayangnya itu persis mendekati jam masuk sekolah. Jadi biasanya saya harus lari-lari ke sekolah, biar bisa tetep nonton tapi ngga telat masuk kelas. Sesekali iklan menyelingi aksi si botak ( dulu iklan belum terlalu banyak).

Pada saat itulah, saya melihatnya. Iklan seorang anak kecil sedang melahap ayam goreng berbalut tepung krispy yang sangat menggoda. Melihat cara si anak menjilati sela-sela jarinya agar tidak meninggalkan remah-remah paha ayam tersebut, semakin memastikan betapa lezatnya ayam goreng buatan Kolonel Sanders tersebut.

Setiap kali iklan itu muncul di televisi, saya hanya bisa menelan ludah. Saya selalu membayangkan kelezatannya. Namun  saya juga berpikir, pastilah harganya mahal, dan pastilah hanya dijual di restoran-restoran mewah. Mengingat tempat tinggal kami yang bahkan radius 20 km ke Utara, Selatan,Timur dan Barat tidak ada pertokoan besar apalagi Mall, pupuslah harapan  saya untuk bisa merasakan sensasi kriuk si ayam kakek.

Saya termasuk anak kecil yang ngotot, kalau punya keinginan sebisa mungkin berusaha mewujudkannya. Demi mewujudkan keinginan mencicipi si ayam goreng bertepung itu, saya pun merengek meminta ibu memasakkannya. ( saya manggil ibu saya dengan sebutan mamak )

“ Mak bisa buat ayam goreng yang kayak di iklan TV itu ngga ”  tanya saya polos

Ibu saya mengernyit, bingung mendengar pertanyaan saya yang tidak biasa-biasanya.

 “Maksud kamu?” sepertinya Ibu ngga ngerti arah pertanyaan saya.

 “ Itu lho mak, ayam goreng yang ada gambar kakek-kakeknya”

Saya lihat ibu tertawa geli. Sekarang ia sudah tahu maksud saya.

“ Besok , mamak bilang ke papa ya supaya memotong ayam kita, biar mamak bisa masak ayam goreng kriuk”

“Horeee” saya bersorak riang.

“ Jangan lupa aku yang paha mak” kata saya mengingatkan.

Terbayang sudah adegan yang akan saya lakoni. Menyantap paha ayam goreng seperti yang ada di iklan. Saya udah niat nanti bakal jilatin jari-jari saya sampai licin cin.

Namun ternyata, sehebat-hebatnya masakan ibu, penampilan ayam goreng made in ibu tidak semenggairahkan seperti yang ada di televisi. Tepungnya kurang tebal, dan saat digigit tidak ada bunyi kriuk renyah seperti di adegan yang biasa saya lihat. Wah kecewa saya. Dan sepertinya ibu melihat kekecewaan di wajah gadis kecilnya.

****

Beberapa minggu setelahnya, di Minggu pagi yang hangat ibu membangunkan kami, saya, abang, dan kedua adik saya untuk segera mandi.

“ Ayo,ayo, cepat mandi, kita akan jalan-jalan hari ini” kata ibu menyemangati kami.

Tanpa diperintah dua kali, kami pun bergegas merapikan diri.

Hari itu, ayah saya ada tugas ke kantor Direksi di Medan. Berhubung lagi libur, ayah mengajak kami serta. Duh senangnya, jalan-jalan ke kota setelah sehari-hari pemandangan yang kami lihat hanya sawit dan karet. Sebelum pergi saya melihat ibu membungkus nasi hangat ke dalam beberapa plastik putih. Tak lupa diisinya botol air mineral yang telah kosong. Untuk bekal mungkin.

Setibanya di Medan, ayah langsung berpisah dengan kami. Ibu membawa kami ke sebuah mall yang baru beberapa minggu buka di kota Medan. Namanya Medan Mall. Waaah, saya masih inget bagaimana gembiranya. Bahkan saya masih ingat aroma AC nya, toko-toko boneka yang berderet-deret, serta ada supermarket besar yang menjual segalanya. Saya seperti anak udik masuk kota.

Ibu mengajak kami menaiki escalator, saya menyebutnya “ tangga jalan”.  Sambil naik, mata saya sibuk jelalatan kesana kemari.

Di lantai tiga, tiba-tiba saya membeku, mulut melongo, dan saya terpana melihatnya…….
Gambar si kakek dan ayam gorengnya…..hwaaaa.

Ibu sampai tertawa melihat saya. “ Windi mau makan disitu” Tanya ibu

Tanpa menjawab, saya mengangguk keras-keras.

Tanpa membuang waktu, kami pun masuk ke restoran cepat saji itu. Ibu menyuruh kami menunggu di meja sudut ruangan. Tak lama ibu datang bersama empat potong ayam berwarna coklat keemasan. Hmmm mencium aromanya saja, air liur sudah terbit.

Tapi kok ga ada nasinya? Minumnya juga ga ada?

Saya lihat ibu merogoh sesuatu di dalam tas besarnya. Sambil celingukan ibu mengeluarkan beberapa bungkus nasi yang tadi pagi di bungkusnya. Tak lupa dikeluarkannya pula air mineral yang telah dibawanya.
Tanpa banyak tanya, kami segera melahap ayam goreng impian itu. Bersih ludes tanpa sisa. Saat itu saya mikir, kok saosnya bisa enak banget yah. Tak lupa saya pun melakukan adegan yang telah saya rencanakan, yaitu menjilati sela-sela jari seperti di iklan tivi.

****

Dulu sih saya ngga menyadarinya. Tapi setelah gede, saya baru tahu, betapa besarnya keinginan ibu saya membahagiakan kami, anak-anaknya. Termasuk mewujudkan keinginan-keinginan yang tampaknya sederhana namun mungkin berat bagi keluarga kami. Saat itu uang belanja yang diberikan ayah sepertinya tidak cukup jika harus disisihkan untuk makan ayam goreng di restoran si kakek.  Mungkin bagi ibu saya, yang penting makan ayamnya, nasi dan minuman bisa dibawa dari rumah.

Sejak saat itu saya ngga pernah lagi ngiler melihat iklan di TV . Dan yang paling membanggakan saya bisa cerita ke teman-teman di sekitar rumah, “ Ternyata ayam goreng kakek kriuk itu eeenaaaak bangget” kata saya pamer sambil tak lupa menceritakan detil kelezatannya. Dasar anak-anak.

Sekarang, kalau lagi ngumpul-ngumpul di rumah orangtua, saya dan adik saya sering ngingat-ngingat masa kecil. Kalau pas ke bagian cerita ini, pasti langsung mewek. Soalnya kalau dipikir-pikir, betapa urat malu seorang ibu bisa putus demi anak-anaknya. Bayangkan adegan tersebut terjadi saat ini, apa kira-kira yang akan kita pikirkan kalau melihat satu keluarga makan di restoran fastfood, tapi nasi dan minumnya bawa dari rumah?.

Kalau kalian melihatnya, plis ngga usah komentar. Ingat saja cerita saya ini. Mungkin seperti itu juga kejadiannya.






Gambar dari sini

Custom Post Signature