Kalau rezeki memang nggak kemana.
Jum’at kemarin sebuah surat nemplok di meja kerja saya. SPJ ( Surat Perjalanan
Dinas) ke Medan, cihuuuy., bisa ketemu suami lagi, ah senangnya. Tanpa membuang
waktu saya segera searching tiket via internet. And, wow harga tiket
gila-gilaan, maklum hari Jum'at. Saya yang biasanya naik maskapai merah urung melihat nominal yang tertera.
Segera saya buka website penerbangan yang lain. Dan akhirnya saya pilih naik
Garuda Indonesia. Soalnya harganya lebih murah dari yang lain, Asiiik.
Selama ini saya memang selalu
menggunakan maskapai singa merah itu, karena disamping jam terbangnya yang ada
setiap waktu juga biasanya harganya paling terjangkau. Namun karena ini
dadakan, apa aja yang penting pulang.
Begitu lampu kantor diredupkan
jam setengah lima tanda jam kerja berakhir saya langsung melesat mencari taksi
menuju bandara. Sampai di terminal 2F, saya pun check-in menuju counter yang
tersedia. Wah, terus terang saja, saya baru dua kali ini naik Garuda, pertama
kali karena sebuah accident ( nanti saya tulis deh tentang ini ) dan kedua ya
kali ini. Melihat tempat check-in nya saya sedikit takjub, tidak seperti di
terminal 1A,B atau C yang biasanya antrian panjang mengular., disini antriannya
rapi banget. Semua penumpang berdiri di garis batas yang ditentukan, dan satu
persatu maju ke meja check-in setelah dipersilahkan petugas. Persis seperti
antian di Bank.
 |
Counter Garuda |
 |
Counter Lain |
Saat saya sampai di depan petugas
Check-in saya pun segera memperlihatkan kode booking saya. Berhubung saya dalam
tujuan dinas, maka saya membawa bagasi berupa sebuah koper yang tidak terlalu
besar, biasanya saya Cuma nge-ransel aja kalau pulang. Saat koper di timbang si
petugas berkata kepada saya,
Si Mas : “ Maaf ibu, kopernya silahkan diikat dulu
dengan tali disana” katanya sambil menunjuk ke arah belakang saya.
Disana terlihat petugas packing
koper yang selalu ada di setiap bandara. Dalam hati saya bergumam, ah males, cuma
ngiket pake tali gitu doang bayar sepuluh ribu.
Saya pun menjawab “ Emang harus ya
mas”.
Si Mas: “ Harus ibu”
Saya : “ Emang ada aturannya?”
Si Mas : “ Ada ibu, aturan
maskapai memang seperti itu, demi keamanan koper ibu”
Saya : “ Tapi koper saya udah
dikunci kok, udah aman” saya masih ngotot
Si Mas : “ Tetap harus diikat ibu
“ jawab si mas sopan.
Saya : “ Ya baiklah kalo memang
harus”, dalam hati saya masih gak rela.
Sebelum saya berbalik, si mas
berkata sambil tersenyum manis, “ Itu gratis ibu, gak bayar”
Saya melongo, duh maluuu banget,
ketauan deh kalau saya ini master of Singa terbang tapi newbie di Garuda. Apalagi di koper
saya masih tersemat kertas bagasi dari maskapai tersebut.
Dan selanjutnya,saya segera
menuju ke ruang tunggu. Wah sepanjang jalan menuju ke boarding room, saya
benar-benar melihat perbedaan sangat mencolok antara terminal yang biasa saya
jambangi ( terminal 1) dengan terminal Garuda. Sangat rapi, eksklusif dan
nyaman. Tidak tampak orang selonjoran disana-sini seperti yang biasa saya
lihat. Kursi di ruang tunggu juga lebih empuk ( saya mulai lebay).
 |
Eskalator datar menuju Boarding Room |
Dan saat masuk ke pesawat, saya bergumam dalam hati, “ Pantes harga tiketnya lebih mahal, worthed lah dengan fasilitas yang didapat”. Ukuran kursi lebih besar dan lebih nyaman. Lalu di depan masing-masing kursi terdapat sebuah layar mini dengan berbagai pilihan hiburan, film, musik, komedi,sampai info tempat wisata dilengkapi dengan headset. Oya FYI aja, colokan headset nya ada di lengan kursi. Soalnya awal-awal saya bingung nyarinya. Tapi ya gitu, entah karena excited atau karena kampungan, saya akhirnya cuma sibuk pilah-pilih acara, tukar chanel sana sini, malah ga ada satu pun yang bener-bener saya nikmati. Sampai akhirnya saya putuskan nonton film, kebetulan ada film korea disitu. Eeeh, baru lima belas menit saya tonton, ternyata udah nyampe Medan, padahal film nya enak tuh, tentang cowok cewek yang sama-sama divonis tumor dan selalu kebetulan bertemu di ruang praktek dokter, di restoran, sampai sama-sama membatalkan uang muka yang telah mereka setor untuk memesan gedung pernikahan. Wah penasaran lanjutannya.
 |
Kabin Pesawat |
Karena sudah ada semacam televisi gitu, maka tidak ada lagi pramugari yang melakukan demo safety seperti di
penerbangan lain. Syukurlah, bukan apa-apa, soalnya saya suka sebal dengan
pramugari yang melakukan demo keselamatan, entah Ge-er entah apa, selalu
terlihat tidak focus saat melakukan demo. Matanya kesana kemari, tidak berani
kontak mata dengan penumpang, dan terkesan yang penting selesai, makanya
sebelum instruksi keselamatan selesai dibacakan, si pramugari sudah buru-buru
balik kanan. Kalau pramugari Garuda sih, mature banget deh, anggun dan sangat
sopan.
Begitulah saudara-saudara,
akhirnya saya selamat sampai di tempat, dan langsung merasa malas naik maskapai
lain, somboooong hahahaha. Tapi saya
sadar, harga tiketnya itu loo, sekali jalan setara dengan tiket pulang pergi
kalo pake maskapai lain. Baiklah saya terima pelayanan kurang memuaskan asal
bisa sering ketemu suami. “Ada harga ada Rupa”.
Please jangan sampai anda
mengulang ke-alay-an saya.