Showing posts with label financial. Show all posts
Showing posts with label financial. Show all posts

Mempersiapkan Pensiun Bahagia

Tuesday, October 16, 2018


Hai-hai, karena banyak yang request soal dana pensiun, jadi yuk mari kita bahas tuntas di sini.

Kemarin kan aku pernah sharing ya, beberapa tujuan keuangan itu diantaranya :

1. Dana pendidikan anak

2. Dana Darurat

3. Dana Haji/liburan

4. Dana pensiun

Tergantung masing-masing keluarga dan masing-masing orang.

Lho kok dana pensiun hrs dipikirkan kan sih?

Pernah denger istilah sandwich generation kan?




Itu istilah untuk generasi yang terjepit kayak sandwich. Di samping harus menanggung biaya hidup keluarga masa depan ( anak) juga harus membiayai keluarga terdahulu (orangtua).

Ini banyak bangett terjadi lho. Jadi alih-alih hanya mikirin biaya pendidikan anak, generasi sandwich ini juga hrs memikirkan biaya hidup ortu, biaya sekolah adiknya bahkan sampai biaya pernikahan adik). Berat ya.

Menolong orangtua tentulah sangat dianjurkan, namun kalau jatuhnya kayak jadi punya dua sampai tiga tanggungan hidup tentulah yang harusnya bisa optimal mikirin masa depan keluarga jadi harus memikirkan keluarga lain juga.

Ini biasanya terjadi pada generasi terdahulu, di mana emang keuangannya pas-pasan sehingga kemungkinan i ortu ga sempat memikirkan rencana pensiun karena uangnya habis untuk membiayai sekolah anaknyayang jumlahnya juga tidak sedikit.

Kalau memang kondisi terpaksa demikian ya mau apalagi ya, namanya kondisi ekonomi orang kan beda-beda.

Nah kalo di jaman skrng sandwich generation tetep banyak juga, mungkin kita-kita juga si generasi sandwich itu, karena alasan-alasan, kayak ortu memang ga punya penghasilan lagi, sampe ya karena kita sendiri yang memang bergantung ke mereka disebabkan punya kebutuhan untuk menjaga anak-anak kita.

Maka kita nih sebagai generasi yang saat ini udah jadi orangtua. Kalaupun saat ini kitalah si generasi sandwich itu, sebisa mungkin yuks putus rantainya.

Jangan sampai masa pensiun nanti kita menjadikan anak kita generasi sandwich berikutnya.

Pastilah pengennya anak kita bisa mulai hidup barunya ya start dengan lbh ringan ya, biar larinya bisa kenceng, ga diganduli oleh biaya hidup kita di masa tua. Makanya perlu banget mempersiapkan dana pensiun dari sekarang.

Kok kita harus persiapkan, Kan udah disediain perusahaan?


Well pada kenyataannya uang pensiun yang dikasi perusahaan biasanya jauh dari yang diharapkan. Maka kita sendiri perlu nyiapin secara mandiri uang pensiun kita.

Mengenai kenapanya?

Tanya aja ke SDM atau HC masing-masing kantor ya hahaha ntar dijelasin deh itungan uang pensiun itu dari mana dan berapa-berapa persennya. Pokoke paling cukup untuk kebutuhan dasar aja ntar setelah pensiun.

Ngga percaya? Tanya aja sama para pensiunan yang sering kalian temui. Tanya berapa penghasilan pensiun dibanding kebutuhan biaya hidup saat ini.

Kalo aku sama masteg, kami nyiapin dana pensiun kami masing2.

Kebetulan di kantorku, aku dapatnya dua jenis pensiun. Yg pertama JHT, yg satu lagi dapat yang DPLK PPIP (Program Pensiun Iuran Pasti)

Nah mas Teguh tuh di kantornya sama dapat pensiun JHT juga. Tapi tau kan yah, yang namanya pensiun dr perusahaan itu itungannya dari gaji pokok. Kalo kebetulan gaji pokoknya gede, selamatlah pensiunnya. Kalo gaji pokoknya kecil ya salam.

Karena kebanyakan perusahaan itu gaji pokok kecil, gedenya di tunjangan-tunjangan. Makanya gitu pensiun ngedrop banget penghasilannya. Jadi sila lihat slip gaji masing-masing

Yang biasa gaji 20 juta, tiba-tiba pensiun cuma gaji 4 jutaan, apa ga jetlag langsung tuh.Padahal gaya hidup belum tentu berubah, pasti berkurang sih biaya hidupnya tapi ga sebanding dengan pengurangan penghasilannya. listrik, air ya tetep harus dibayar, makan ya tetep makan, makanya kudu ditambahin investasi untuk pensiunnya.

Nah masteg itu aku bukain juga DPLK di BRI, biar ntar saat pensiun ga kaget-kaget amat.

Jadi, ngerencanain uang pensiun saat masa produktif itu tujuannya di samping biar ga membebani anak-anak kita tersayang juga biar ngurangi post power syndrom terkait gaya hidup.

Begicu.

Bu bu panjang ama ye mukaddimahnya wahahahha.


Oke masuk ke pembahasan DPLKnya ya.

Apa itu DPLK?



Kayak aku bilang tadi, DPLK itu adalah kependekan dari Dana Pensiun Lembaga Keuangan.

Ini kepesertaannya bisa korporasi bisa individu.

Jadi misal di kantormu kamu udah punya program pensiun yg dikasi kantor, kamu tetep bisa ikut program pensiun DPLK ini secara terpisah krn memang sifatnya ya kayak investasi perorangan gitu.

DPLK itu ada dua macam.

Aku mau bahas yg Program Iuran Pastinya aja ya. Krn ini yg paling pas untuk kita. Iurannya pasti, manfaatnya mengikuti nilai investasi.

Jadi seperti investasi pada umumnya, hasilnya ya bakal mengikuti perkembangan nilai investasi yang kita masukin.

Sitemnya gimana?

Jadi sistemnya itu kita bayar iuran tiap bulan ke DPLK (kayak nabung). Trus ntar oleh pihak DPLKnya uang kita tersebut akan diinvestasikan ke beberapa instrumen keuangan.

Ada pilihan untuk penempatan dana kita:

- Saham

- Pasar uang

- Pendapatan tetap

- kombinasi ketiganya

Jadi pengelolaannya seperti reksadana.

Kita bisa pilih mau ditempatin di saham aja, di pasar uang aja, atau mau kombinasi. Perhitungannya pake NAB gitu. Kalo saham kan pake lembar, maka ini pake NAB.

NAB itu Nilai Aktiva Bersih.

Jadi misal kamu daftar DPLK, setoran 250 rb. Saat km daftar, NAB di angka 1000, maka kamu dpt 250.000/ 1000 = 250 unit.

Ntar kalo dah diinvestasikan, dan nilai NAB nya naik jadi 1200 misalnya, maka duitmu jadi RP 250x 1200 = 300.000

Ntar kamu rutin terus setor pake autodebet gitu dari rekeningmu setiap bulan. Nilainya boleh tetap aja gitu tiap bulan,boleh berubah2, bebaaas.

Jadi misal kamu punya duit bln ini 500 rb, masukin 500 rb, trus bln depan eh dpt rezeki nomplok trus km mau tambahin jd 1 juta. ya boleh. Eh pas bonusan kamu mau masukin langsung 20 juta ah, ya boleh juga.

Karena ntar itungannya ya ke NAB pada saat kamu setor.

Kapan diambilnya?

Diambilnya pas usia kamu pensiun.

Yang dimaksud usia pensiun di DPLK itu ada beberapa macam :

  • Pensiun Normal, manfaat pensiun diberikan saat mencapai usia pensiun yang ditetapkan peserta pada awal masa kepesertaan (usia 55).
  • Pensiun Dipercepat, manfaat pensiun diberikan kepada peserta yang minimal berusia 10 (sepuluh) tahun sebelum usia pensiun normal dan berhenti dari kepesertaan
  • Pensiun Cacat, manfaat pensiun cacat dibayarkan kepada peserta yang mengalami cacat tetap dan tidak dapat melanjutkan iurannya.
  • Pensiun Meninggal Dunia, apabila peserta meninggal dunia sebelum Usia Pensiun Normal, manfaat pensiun dibayarkan kepada janda/duda atau ahli waris peserta.

Tapi ada aturan pengambilannya, ga bisa langsung diambil semua, tapi dijadiin anuitas, semacam gaji bulanan. Jadi dibayarin per bulan gitu kayak kamu nerima uang pensiun dari kantor.

Aturan POJKnya tuh:

  • 20% dr saldo DPLK mu dibayarkan tunai
  • 80% nya, kalo saldomu < 500 juta boleh dibayar tunai langsung. 
  • Kalo > 500 juta =< 1,5 M, wajib dibelikan anuitas.
Anuitas ini akan dibayarkan terus ke kamu sampe tutup usia. Setelah si peserta meninggal, maka akan dibayarkan ke pasangannya istri atau suami. Setelah pasangan meninggal, akan dibayarkan ke anaknya, sampe si anak usia 25 tahun. Jadi beneran kayak pensiun.

Untung banget kan.

Syaratnya apa aja?

Sama kayak nabung doang .

- Datang ke BRI, ke kantor cabangnya aja biar gampang.

- Bawa KTP, buka rek dulu kalo blm ada, kalo ada ya udah ga perlu

- Isi form DPLK

- Ntar isi berapa mau setoran per bulannya

- Dipasangin autodebet.

- Udah gitu aja.

Ntar tiap bulan rekmu akan didebet utk disetor ke DPLK.

Report?

Setiap 3 bulan kamu dapat hasil perkembangan investasi di DPLKmu. Laporannyabisa berbagai cara :
  • Dikirim via kurir
  • Dikirim via email
  • Atau bisa langsung cek di web www.dplk.bri.co.id

Gampang Kaaaan.

Kalo mau jelasnya, kamu bisa simulasi dulu.
Misal: Usia sekarang berapa, masa investasi sampe pensiun berapa tahun, pengennya ntar pensiun dapat uang bulanan sekian, maka berapa nih tiap bulan hrs nyisihin duit untuk dimasukin DPLK.

Simulasikan aja di www.dplk.bri.co.id.

Pesertanya?

Jadi, DPLK ini bener-bener bisa untuk siapa saja, ga harus pegawai kantoran. Ibu rumah tangga, petani, pedagang, freelancer, pegawai swasta ya bisa banget.

Nah ada beberapa pertanyaan yang tadi mampir di Instagramku. Aku jawab aja sekalian di sini ya .


DPLK ini sama ngga dengan Reksadana?



DPLK dan Reksadana ini banyak kesamaannya tapi ada bedanya.

Persamaan :
  • Sebagai investor kita sama-sama bisa milih sendiri penempatan dananya. Mau di pasar uang, saham, pendapatan tetap atau campuran
  • Sama-sama hitungannya unit penyertaan
  • Iuran sama-sama tdk bersifat mengikat kayak yg aku bilang td. Mau setor berapapun gpp tiap bulan, ga harus dipatok
  • Sama-sama punya risiko. Ya namanya juga investasi, pasti ada risikolah. Bobo aja ada risiko. Risiko dibangunin ayank, eeeaaaa.
Perbedaan Reksadana dan DPLK
 
Reksadana :
  • Penarikan dana bisa sewaktu-waktu
  • Bebas mencairkan dananya. Mau diambil sekalian semua bisa
  • Pihak yg memasarkan : Manajer Investasi langsung, agent penjual bank, dan agent penjual non bank
DPLK :
  • Penarikan hrs di usia pensiun, tdk bisa sewaktu-waktu
  • Pencairan dana ada ketentuannya (td di depan udah aku jabarin). Jadi untuk saldo tertentu, 20% bisa diambil tunai, sisanya harus dibelikan annuitas yg dibayar bulanan kayak gaji pension.
  • Pihak yg memasarkan : DPLK, atau asuransi. DPLK dipasarkan juga melalui bank. BRI salah satunya.


    Ada Risikonya ngga

    Ya adalah, namanya juga investasi. Nabung di celengan aja ada risiko. Hidup ini penuh risiko mas bro (mulai drama). Naah makanya dipelajri dulu dulu, trus sesuaikan sama profil risiko diri kita, beraninya ambil risiko yang mana ini.





Ni, aku kasi tau, tingkat risiko masing-masing penempatan tadi ya.

Risiko Rendah

Penempatan ke DPLK Pasar Uang.
Instrumen investasinya : Deposito, SBI. Obligasi jk < 1 thn.

Deposito udah paham ya.
Obligasi, itu contohnya ORI, baca bahasan ORI di High Lightku.

Nah, kalo kamu yg punya profil risiko rendah alias mau aman ya ntar DPLKnya minta ditempatin di pasar uang.

Tapi tentu saja berlaku rumus High risk, high return.
Low Risk ya low return.

Risiko Sedang .


Penempatan di DPLK Pendapatan Tetap.
Instrumen Investasinya :

SUKUK (obligasi Syariah)
SBN (Surat Berharga Negara)
Obligasi pada perusahaan BUMN dan perusahaan Swasta.


Risiko Tinggi.
Penempatan : DPLK Saham
Instumen Investasi :
- Reksadana Saham
- Saham

Aduh aku mau yg risiko ga gede-gede banget tp returnnya tinggi dong.


Bisaaaa.

Minta penempatannya ke DPLK Campuran/kombinasi.

Jadi ngga semuanya ditaruh di satu jenis, tapi boleh dicampur sesuai prosentase yang kita inginkn.
Misal :
DPLK Saham : 20%
DPLK Pasar Uang : 40%
DPLK Pendapatan Tetap : 40%

Atau mau lebih gede lagi
Saham : 50%
Pasar uang : 50%


Aku maunya di instrumen Syariah aja bisa ngga?

Bisa.
Ada juga jenis DPLK PSU Syariah.

Ini risiko rendah. Sama dengan DPLK Pasar Uang, tapi penempatannya di bank2 syariah.
Deposito ya ke bank syariah, obligasi ya ditaroh ke SUKUK.

Yang risiko sedang-tinggi : DPLK Berimbang Syariah
Ini kombinasi antara SUKUK dan Saham/reksadana syariah




Kelebihan DPLK apa, dibanding kita beli reksadana langsung?

Kalau hasil sama aja sih tergantung pengembagan investasi.

Namun,jika di reksa dana, investor bebas mencairkan sebagian atau seluruh dananya. Kalau di DPLK nilai penarikan dana ada ketentuan dari Kementerian Keuangan. Dimana apabila akumulasi iuran dan hasil pengembangannya di atas Rp 500 juta, maka sebanyak 20% boleh ditarik tunai dan 80% dibayarkan dalam bentuk anuitas.

Misalkan pada usia pensiun, dana yang terkumpul adalah Rp 1 milliar setelah pajak, maka nilai dana yang boleh ditarik secara tunai adalah Rp 200 juta dan Rp 800 juta dibayarkan dalam bentuk anuitas.

Anuitas adalah manfaat pensiun yang dibayarkan secara bulanan.
Anuitas ini dibuat karena khawatir si pensiuanan tidak bijak dalam mengelola dana. Jadi kalo diambil semua bisa habislah dalam sekejap.

Nah anuitas ini manfaat pensiunnya kalo ybs meninggal, akan diteruskan ke  istri .
Kalo istri meninggal diteruskan ke anak, sampe anaknya usia 25 thn.

Tentu besarnya beda ya kalo udah ke ahli waris dibanding si pensiunan sendiri yg dpt.

Kalau reksadana kan ga gitu. Kalau udah diambil ya udah tergantung gimana cara pemakaiannya.

Ada plus minusnyalah.


Di Tengah Jalan boleh Diganti Ngga alokasi DPLKnya?


Bisa saja. Tapi ntar isi form lagi ya di bank.

Oke deh. Semoga bisa memberi pencerahan soal dana pensiun ya. Jadi mau pake produk apapun mah ga masalah. Yang penting kenali dulu sebelum memutuskan. Yang masalah kalau cuma rencana doang, tapi ga dieksekusi-eksekusi.


Ibarat pacaran doang ga ke pelaminan pelaminan, wahahahaha.


Yuks

Mengatur Keuangan Dengan Bantuan Financial Planner

Wednesday, December 13, 2017


Dari awal nikah, saya dan Mas Teguh udah yang ngatur keuangan bangetlah. Perkara ngatur duit pas masih cuma berdua doang, kami bisa dibanggakanlah. Makanya beli mobil ngga pernah pake kredit, karena nunggu duitnya ada dulu. Beli rumah pertama juga ngga pake KPR, nunggu duit terkumpul juga, walau akhirnya dijual dan beli KPR rumah yang sekarang, hahaha failed. Masa-masa itu, tiap dapet bonus langsung tabung, dapat IJP tabung, semua ditabung.

Pokoke intinya, saat belum punya anak, kami lumayan sukseslah planning keuangannya. Berhasil membeli barang konsumtif dengan cara tunai tanpa membuka kredit. Kompensasinya ya ngga liburan kemana-mana kecuali mudik doang. Karena mudik doang udah abis 30an juta ya ceu, saya selalu nyesek tiap masa mudik, hahahah.

Gitu punya anak 1 masih slow juga soal keuangan. Paling ditambahin dana pendidikan Tara, rutin nabung per bulan, pake rekening khusus dengan nama Tara. Nah sejak punya anak kedua, saya mulai keteteran. Mulai ada kekhawatiran-kekhawatiran. Trus baca-bacalah artikel keuangan, dapet nama Ligwina Hananto dari Icha. Ya udin langsung baca semua artikel keuangannya doi. Dan kemudian sadar, OMG keuangan saya sepertinya kacau banget.



Jadi, abis baca tweet dan artikelnya si Ligwina, saya jadi nyadar, ternyata selama ini tuh saya nabung tanpa tau tujuannya apa. Nabung-nabung doang, ikut asuransi ikut asuransi doang tanpa tahu tujuan keuangannya apa?

Tujuan keuangan bagaimana?

Jadi ya menurut Ligwina, dalam merencanakan keuangan yang pertama harus ditanyakan itu adalah tujuan lo apa?. Jadi biar nabung atau investasi, atau asuransi, apapunlah lebih jelas, terukur dan punya timeline untuk mencapainya.

Tujuan keuangan itu, kayak kita mau menyiapkan dana sekolah anak, dana haji, beli rumah, liburan, pensiun.

Contohnya nih, saya dulu udah nabung untuk dana pendidikan Tara 500 ribu sebulan. Tapi saya tuh sebenernya ngga tau, goals saya untuk dana pendidikan Tara berapa?

Nah itu cara yang salah. Karena kita harus tau dulu, tujuan kita nabung atau invest itu apa. Jadi misal tujuannya dana pendidikan sekolah. Tingkat apa dulu nih? SD, SMP, SMA, atau kuliah?

Tujuannya biar kita tau berapa lama waktu yang kita punya untuk ngumpulinnya. Karena jangka waktu duitnya dibutuhkan untuk SMA tentu beda dong yah dengan kebutuhan untuk masuk SD. Semakin panjang waktu duitnya mau dipakai ya berarti semakin ringan cicilannya. Begicu.

Trus saya mulai deh itung-itung. Mulai survey sekolah untuk perkiraan dana yang dibutuhin, eh trus saya kepikiran, " Lha iya sekarang misal masuk SD Namira Rp 12 juta, lha jangan-jangan saat Tara masuk udah jadi 20 juta". Akhirnya pusing sendiri wahahahaha.

Makanya akhirnyaya udahlah, hire Financial palnner aja, biar lebih terarah, hahaha. Pakai financial planner bukan buat gaya-gayaan. Dih apaan sih pake financial planner segala, kayak yang mau diurus harta milyaran rupiah aja. Ngga gitu sih, tapi biar sekalian tau ilmunya, sekalian belajar juga. Begitulah tujuan mulianya.

Saya pake Financial planner dari QM Quanta Magnum punyanya Ligwina. Karena apa? Karena jujur aja saya taunya cuma itu, udah banyak yang merekom, jadi males cari yang lain.

Saya kirim email ke mereka, trus mereka WA ke saya. Saya tanya-tanya dululah mengenai biayanya. Kebetulan kemarin lagi ada promo, jadi dapet diskonan 20 persen, mayan yah.

Biayanya berapa?


Yang pasti ngga semahal nginep di Marina Bay, wakakakaka. 

Eh serius. Pokoke, menurut saya masih worthlah ngeluarin duit beberapa juta tapi kita diaturin dan diarahin untuk masa depan keuangan kita, halah. Namun inget yah, mereka tuh cuma nyaranin, selanjutnya terserah dan tergantung kita. Kalo ngga mau ikutin ya monggo.

Nah setelah fixed, saya transfer pembayarannya dan arrange waktu untuk konsultasi.

Oya, QM financial itu kan kantornya di Jakarta, jadi karena saya di Medan, konsultasinya via Skype. Untuk paket pembuatan plan yang ekonomis ini, saya dapat jatah 4 kali skype. Masing-masing selama 2 jam. Kalau yang di Jakarta, bisa ketemu langsung sama Financial Plannernya, malah asik banget ya. But menurut pengalaman, via skype aja jelas banget kok pemaparannya.

Apa saja yang bakal kita dapat untuk pembuatan plan ini?

Paket komplit sih mulai dari analisa keuangan, edukasi reksadana, perhitungan tujuan keuangan, cara mencapai target keuangan, perhitungan kebutuhan asuransi, sampe implementasi rencana keuangan kita.

Nanti di akhir sesi kita dapet bundel rencana keuangan kita lengkap berdasar hasil diskusi yang telah dilakukan.


Alurnya gimana?

Kita kirim email dulu ke QM, menginfokan kalau kita mau bikin plan pakai jasa mereka. Trus mereka ntar kirim surat konfirmasi pembuatan plan. Tanda tangani trus kirim balik. Ini sebelumnya mereka akan hubungi kita via WA, jelasin dulu apa-apa isi paketannya biar menyesuaikan dengan kebutuhan kita.

Kalau udah setuju, ntar kita dikirimin invoice, bayar deh . Abis itu ntar kita diaturin dengan planner siapa, dan nanti plannernya menghubungi kita untuk arrange waktu konsultasi.

Planner 

Oleh planner ntar kita dikirimin semacam form data keuangan yang ada field-field untuk isi pemasukan dan pengeluaran kita, termasuk juga aset-aset yang dimiliki baik aset lancar maupun aset tetap. Kita isi deh segala pengeluaran dan pemasukan sampe printilan terkecil. Jadi mulai pengeluaran belanja bulanan, belanja baju, listrik, air, sampe kayak kondangan, ngasih orangtua, bantuan ke keluarga, arisan, semua kita masukin. Udah ada disitu daftarnya tinggal isi doang.

Ada juga isian untuk profil risiko kita. Kita masuk type yang moderat atau konvensional.

Kalo saya mah moderat ya, tapi suami saya type konvensional, ngga papa, tuliskan aja di situ, biar si planner tau apa yang harus disarankannya.

Moderat itu maksudnya, kita yang lebih berani ambil risiko gitu lho. Jadi ntar saran investasinya bisa diarahin ke reksadana saham atau campuran. Kalo type konvensional kayak suami mungkin nyaraninnya ke reksadana model pasar uang atau pendapatan tetap gitu.

Lalu isi juga segala pemasukan kita. Baik gaji bulanan, uang cuti tahunan, bonus, hasil kontrakan, hasil panen sawah, harta warisan jika ada. Lalu isi juga form untuk aset, baik yang sudah lunas maupun masih nyicil, kayak rumah, kendaraan, mobil, motor, deposito, emas, reksadana. Semuuuuuuaaaaa dimasukin.

Ini ngisinya harus jujur, jangan ada yang ditutup-tutupin, biar ntar mereka ngga salah juga ngasi advice dan membuatkan plannya untuk kita.

Ntar kalian bakal ter wow wow deh dengan isian sendiri, hahahaha.

Maksudnya terwow wow dengan " Wow betapa borosnya aku selama ini"

Atau ngga  "Wow, ini aku punya uang segini yah harusnya, kenapa kok bisa ngga punya apa-apa?"

*Masalah hidup banget ya bu



Pokoke tahan mental deh pas lihatnya. Karena agak nyesek memang. 

Trus selain pemasukan dan pengeluaran, kita juga harus isi daftar sekolah beserta uang masuk sekolah yang mau kita tuju.

Jadi, karena salah satu tujuan keuangannya adalah dana pendidikan anak, maka kita cari-cari dulu berapa biaya masuk sekolah inceran kita. Gampanglah itu yah, tinggal tanya info via telepon aja ke sekolah yang kita mau. Atau kalau ngga, ya tulis aja nama sekolahnya. Kalo sekolahnya mayan terkenal ntar mba planner akan bantuin kok nyariin perkiraan uang masuknya.

Semua ngga harus fixed kita tuangkan di form awal ini. Ini untuk ancer-ancer dulu, biar secara garis besar si planner tau maunya kita apa. Ntar di sesi konsultasi bakal dibahas lebih dalam.

Setelah form lengkap diisi. Ntar akan dianalisa oleh plannernya. Analisanya bersama-sama kok pas sesi konsultasi

Gimana Konsultasinya?

Konsultasinya itu bisa bertatap muka langsung kalau domisili di Jakarta. Atau melalui skype. Saya kemarin melalui skype. Satu kali pertemuan 2 jam. Jadi cukup bangetlah waktunya. Biar ngga bertele-tele, makanya sebelum skype-an kita janjian dulu, biar sama-sama mengkondisikan suasana dan tempat yang tenang (padahal saya mah di dapur doang wahahahah dengan Divya yang gelendotan dan Tara yang lari-lari sambil jejeritan).

Di sesi konsultasi pertama itu keuangan kita akan dianalisa dulu.

Analisanya itu meliputi cek kondisi keuangan kita sehat atau ngga. Kalau ada yang perlu diperbaiki ntar dikasih tau. Misal utang kegedean, atau pengeluaran ngga penting terlalu banyak. Trus menyamakan persepsi soal tujuan keuangan. Dijelasinlah semuanya.

Jangan ragu untuk bertanya jika memang kita ngga mengerti. Misal kita nih sebenernya ngga tau apa aja yang harus dicapai dulu, ya gpp, kasih tau aja, ntar mbanya pinter kok ngarahin pertanyaan. Kayak saya pas awal tuh, malah ngga tau yang mau diisi di form, tapi saya paparkan saja kondisi keuangan keluarga kami, dan minta pendapatnya mba planner.

Selanjutnya?

Ya ntar pembicaraan berkembang deh, sesuai apa yang kita tulis. Sesuai tujuan keuangan kita.

4 sesi apa cukup?

Cukup banget. Karena satu sesinya kan 2 jam yah. Dan krn pake skype, jadi bisa lihat data langsung, mbanya ntar share power point, jadi kita sama-sama lihat apa yang diobrolin dan dipaparkan, ngga cuma lihat muka doang. 

Abis analisa keuangan, baru deh ntar dibedah satu-satu tujuan keuangan kita. kemana harus investasinya, berapa perbulan yang harus kita sisihkan.

Dan yeaaah ntar hasilnya bikin kita puyeng sendiri wahahahaha. Karena mak dudul keluar angka milyar milyar.

Jangan cemas dulu, angka itu adalah angka perkiraan present value gitu lho. Jadi misal kita planning untuk biaya kuliah anak. Misal mau ke UGM nih planningnya atau mau kuliah luar negeri. Cek berapa uang pangkalnya, berapa uang semesterannya. Sama mbanya diitungin nilai present valuenya. Makanya dapat milyar-milyar.

Masuk akal, karena kan penggunaan dananya memang untuk beberapa tahun ke depan.

Ntar di postingan berikutnya aku jemberingn lebih rinci yah. 

Di sesi ketiga ntar, kita dapat edukasi tentang reksadana, pemilihan asuransi. Trus dijelasin juga cara mencapai tujuan keuangan kita yang kemarin udah di bahas di sesi 1 dan 2.

Ini ngga kaku sih, bisa dibolak balik jika misal kita ada pertanyaan mundur lagi.

Makanya setiap sesi, dipastikan data-data sudah fixed, biar mba planner ngitungnya juga udah di angka pasti, ngga mengira-ngira. Karena kan sayang kalau udah bayar planner tapi itungannya tetap ngga sesuai kondisi real.

Sesi keempat, udah final. Dibikinin resume sama plannernya. Dijelasin lagi dari awal sampe akhir. Berapa yang harus kita sisihkan, Kemana aja pos pos keuangan kita. Apa yang harus dihemat, apa yang boleh tetap dilakukan.

Tapi intinya sih, mereka sama sekali ngga intervensi gaya hidup kita yang sekarang. Pokoke mana yang buat kita nyaman, mereka nyesuain plan nya dengan habbitnya kita. 

Kalau semua sesi udah rampung. Nanti kita akan dikirimi bundel kayak laporan keuangan kita. Yang isinya mulai dari aset kita, rasio keuangan keluarga, pemasukan, pengeluaran, tujuan-tujuan keuangan, perhitungan asuransi, reksadana pilihan yang bisa kita pilih (cuma jenisnya bukan merknya). 

Udaaaah selesai deh. Tinggal tanya diri kitanya, mau dijalanin atau ngga. Kalau mau dijalanin ya ikutin saran-saran si planner.

Karena ini paket hemat, maka ya hanya sampai pembuatan plan aja. Masalah ke banknya, buka rek, beli reksadananya kita lakukan sendiri. 

Gimana menurut kalian? Seru lho. Jadi lebih ngerti keuangan sendiri setelah dijembreng.

Next aku tulis saran-saran dan gambaran plan keuanganku ya. Mungkin ngga rinci sampai angkanya tapi minimal step-step dan pos-posnya. Sabar yah, karena saya nulisnya bener-bener curcurwak, alias curi-curi waktu hahahaha.

Bhay







Perlengkapan Bayi Yang Sebenarnya Tidak Dibutuhkan

Monday, June 5, 2017
Gara-gara postingan saya kemarin yang berjudul Mahalnya Mengasuh Anak (baca dulu ya ), jadi ada beberapa teman yang tsurhat. Curhat betapa memang mengurus dan membesarkan anak itu sungguhlah babi, alias banyak biaya, Lol.



Saya ngerti bangetlah perasaan ibu-ibu masa kini yang punya anak lagi lucu-lucunya, pasti kantongnya berasa panas selalu.

Namun nih ya setelah punya anak kedua, saya jadi lebih piawai dalam mengakali pengeluaran untuk segala kebutuhan bayi.

Setelah saya pikir-pikir ternyata kebutuhan anak bayi masa kini itu makin mahal dan menggila karena ya ibu-ibunya juga yang orangnya kalapan.

Betul apa betul bu ibu?

Iyalah, coba lihat betapa kompetitifnya ibu-ibu masa kini.

Lihat temen beli gendongan carrier kece dan terlihat nyaman dipakai ngga mau kalah, langsung cari tau ke google mereknya apa, harganya berapa.

Ini true storynya saya sih.

Jadi dulu pas lagi imunisasi Tara, saya lihat cici-cici gendong anaknya pake carrier. Lha kok anaknya itu nemploknya enak banget di gendongan. Kalau imunisasi itu biasa kan yah, anaknya ditimbang, nah saya yang pake jarik, ribetlah pas mau nimbang.

Jarik dilepas dulu, trus taruh Tara di timbangan, abis itu pake jariknya belibet maning, karena saya ngga ahli-ahli banget ngejarik. Nah lihat si cici itu kok enak banget, pake gendongan kayak ransel di depan, cuma cetek lepas cekrekan di punggung, lepasin anaknya, udah selesai, masukin anaknya lagi, cekrek lagi strap di punggung, udah selesai.

Hwaaa langsung lirik-lirik gendongannya, dan kepo mau baca merknya. pas kebaca ada tulisan boba, langsung searching di internet. Hahahahaha, beli seminggu kemudian.

( Baca : Tak Gendong kemana-mana )

Sungguh ibu-ibu reaktif.

Ga cuma gendongan aja, lihat ibu-ibu dorong stroller kok cakep banget di mall, langsung ngintilin si ibu sambil intip-intip merknya. Lihat temen posting anaknya lagi duduk sambil goyang-goyang, langsung nanya itu apa. Wahahaha, sampahlah.

Padahal ternyata, ada banyak banget barang-barang "kebutuhan " bayi yang ternyata ngga butuh-butuh amat. Kalau ada oke, ngga ada ya juga ngga apa. Ini berdasar pengalaman pribadi aja yah, pengalaman setelah punya dua anak.

(Baca : Serba Serbi Perlengkapan Bayi Baru Lahir)

Makanya sekarang saya kasih tau, buat ibu-ibu yang baru mau punya anak, biar budget segala barang ini bisa dialokasikan ke kebutuhan lain.

Box Bayi




Box bayi itu cuma kece buat pajangan doang bu ibu. Saya udah punya dua anak, dan berdasar wawancara dengan teman-teman, hampir semua sepakat bahwa box bayi ini ngga ada ya ngga masyalah.

Dulu pas abag saya punya anak pertama, saya yang paling duluan ngasih kado box bayi, tante idaman ceritanya, pengen lihat ponakan unyu bobo nyaman di box. Eaaalah ternyata si box lebih sering jadi tempat menaruh segala macam barang dibanding naruh si dede bayi.

kalaupun butuh box bayi misal untuk acara akikahan atau untuk di bulan-bulan pertama, sewa aja deh. Beneran itu ngga terlalu penting, malah bikin rumah sesak.

Baca : Perlengkapan Bayi, Sewa atau Beli? )

Harga box berapa bu ibu?

Min 700 ribu  sampai dengan jutaan.

Hemat 700 ribu nih.


Bouncher

Tau kan bouncher yang mana?

Itu lho yang buat duduk-duduk si bayi sambil goyang-goyang. Persis kayak kursi goyang aki-aki.

Saya dulu sempet mau beli bouncher yang merk Nuna, lucu banget kan yah itu, mana bisa muter-muter lagi. Kebayang ntar sore-sore abis mandi si dede ditaruh di bouncher, trus emaknya bisa melakukan hal lain.




Ternyata sampai anak kedua, ngga pakai bouncher juga anaknya baik-baik aja, hahahaha.

Saya mengakalinya, ya udah kalo sore taruh aja bed cover di lantai, lapis beberapa biji gitu, trus anaknya dibiarin ngelesot kesana kesini, sekalian belajar merangkap, malah aman dan ngga khawatir jatuh.

So, bouncher, coret dari list belanja kebutuhan bayi.

Berapa harga bouncher ?

Kalau merek Nuna sekitar 2 jutaan, merk Baby Does gitu 500 ribu-sejuta.

Hemat 500 ribu (asumsi paling murah )



Baby Chair

Peer terbesar bagi ibu-ibu, baik ibu baru atau ibu senior adalah memberi makan anak. Duh sampe keringetan ya bu ibu nungguin anak makan. Makanya beli baby chair ajalah, biar anaknya anteng makan.



Saya ngga pernah punya baby chair. Jadi kalau ngasih makan anak, cukup anaknya didudukin di lantai, alasnya kasih karpet plastik warna-warni, biarin dia makan disitu. Pas kecil kita suapin, udah gedean dikit dia mau makan sendiri, ya udah biarin aja. Segala nasi, sayur bakal berantakan di karpet. Udah selesai tinggal kibas karpetnya di luar, Horeee, rumah bersih kembali.

Berapa harga baby chair?

Sekitar 300 ribu ke 1,5 juta.

Kalau itu diskip, mayan hemat kan, bisa beli diapers, Lol.


Stroller Fancy

Saya bukan tim stroller. Saat Tara bayi sampai saat ini dia hanya pernah menggunakan stroller beberapa kali doang, karena doi suka digendong, dan maklum karena anak pertama, jadi dulu posesifnya minta ampun, maunya anaknya didekep terus.

( Baca : Pilih Pilih Gendongan Bayi )

Namun bagi sebagian orangtua, stroller ini jadi kebutuhan utama, karena kemana-mana bawa anak pake stroller, ngemall misalnya.

Nah, saat Divya lahir ternyata dia getol banget di stroller, kenapa? karena saya ngga bisa gendong Divya sekaligus mengawasi Tara, makanya mending anaknya ditaruh di stroller. Jadi stroller itu memang masalah kebiasaan sih, kalau dari kecil dibiasasin di stroller ya jadi butuh, kalau ngga dibiasasin ya ngga butuh. Ini berdasar pengalaman pribadi terhadap Tara dan Divya.

Oke, jadi, kalaupun kita butuh stroller, biasanya ibu-ibu pasti ngiler sama stroller yang tampilannya fancy ala Stokke lah. Saya dulu ngiler banget sama stroller ini, sampe niat banget pengen beli, nabung deh nabung biar punya Stokke. Lihat di internet harganya sekitar 10-25 juta. Masih ngiler, diem-diem nabung mau beli sendiri, karena kalo bilang suami pasti ngga dikasi.




 Tapi untung saya ngga khilaf hahaha, akhirnya malah cuma beli stroller merk chocolate seharga 1,5 juta, yeaaaay.



Jadi, buat ibu-ibu kalau mau berhemat, belilah stroller dengan merk yang sedeng-sedeng aja, maksimal 2 jutalah udah oke kok. Merk Nuna gitu mungkin dapet 5 jutaan dan kece juga sih agak mirip Stokke, tapi bayangkan duit 3 juta yang bisa dihemat, wahahahahahaha.

Saya milih berhemat. Oke sip.



Baju Karakter

Ini juga pengeluaran ibu-ibu masa kini yang bisa diskip. Biasalah ya, ibu baru pasti suka bereksplorasi dengan bayi unyunya. Pengennya difoto-foto trus masukin Instagram. Biar kelihatan lucu belilah baju karakter kayak binatang, buah, atau malah pesawat?

Padahal baju beginian cuma kece buat difoto doang, kan ngga mungkin juga dipake sehari-hari, jadi mubazir.

Namun kalau memang pengen banget, bisa lho disiasati dengan sewa aja, malah bisa dapet macem-macem modelnya.

( Baca : 10 Merk Baju Anak Yang Berkualitas dan Terjangkau )


Sepatu Bayi

Kerjaannya saya saat jadi ibu baru dulu adalah stalking akun IG Dian Sastro, terus kebayang-bayang sama sepatu -sepatu kerennya si Ishana. Duh lucu-lucu banget, langsung mupeng pengen beli. tapi karena harga sepatu anaknya Disas di atas 2 jutaan, bhay lah yau, mending beli sepatu saya wahahah.

Nah, demi hasrat ibu baru, saya tetep dong beli sepatu untuk Tara, dari yang gambar Minnie Mouselah, pita-pita, yang ada lampu, yang sporty, semua saya punya. Satu rak sepatu sendiri tuh punya Tara.

Padahal itu semua cuma dipakai sekali-sekali doang dan unfaedahlah.

Jadi bu ibu, anak bayi itu ngga butuh samsek sepatu. Mereka mah dipakein kaos kaki ajalah, wong belum bisa jalan ini. Kalaupun ntar mau beli sepatu, belilah saat dia udah umur setahun lebih. bahkan saat baru belajar jalan mending dipakein kaos kaki yang nyambung sepatu yang tapaknya berduri-duri itu lho (aduh apa ya namanya)

Harga sepatu bayi berapa?

80 ribu sd 250 ribuan.

Mayan untuk beli lipen.


Peralatan Mpasi 


Ooh ini juga nih salah satu barang yang ngga ada ya juga ga apa-apa.

Kalau kalian ke toko perlengkapan bayi, itu peralatan Mpasi banyak banget lho, mulai dari food processor, slow cooker, pembejek makanan bayi, sampai sendok khusu, dan piring ,mangkuk, serta cangkirnya yang serasi dan harganya ngga murah samsek.

Emang sih kalau punya satu set gitu seneng ya, lucu lagi, tapi ini bisa banget di skip, karena anak bayi mah belum bisa melihat betapa lucunya peralatan mpasi dia, yang penting disodorin ke mulut ya makan, gitu doang.

Slow cooker ini fungsinya untuk membuat bubur atau makanan bayi, bisa ditinggal semalaman, trus besok paginya udah jadi gitu. Kelebihannya dengan masak secara slow maka nutrisi yang ada di bahan makanan diharap ngga hilang. Ngga punya ini ga apa-apa lho bu ibu, masak buburnya ya di kompor biasa aja dengan peralatan masak yang kita punya, sama aja kok, tetap perhatikan aja bahannya yang memang bergizi biar anaknya sehat.



Food processor juga ngga butuh-butuh amat. Ngga tau sih saya sampai hari ini ngga pernah punya food processor.

Harganya berapa itu semua?

Food Processor : sekitar 500 ribuan
Slow Cooker : 350 ribuan

Kalau di skip? bisa buat biaya imunisasi.


Sterilezer Botol Bayi

Memang yah itu para produsen peralatan bayi pinter banget mencari celah apa yang bisa dijual, padahal ngga butuh-butuh amat.



Dulu sempet bolak balik ke toko perlengkapan bayi untuk melihat sterilizer ini, beli ngga ya, beli ngga ya, soalnya harganya lumayan banget cuy, 600 ribuan, kan hatiku galau ya. Kebayang kalau ngga dibeli ntar botol susu anak ngga steril gimana dong.

Tapi ternyata ya ngga perlu juga ah pake sterilizer, cukup siram aja pake air panas setelah dicuci (jangan direbus ), udah matilah itu kuman.


Botol Bayi 

Ini khusus ibu-ibu yang anaknya minum susu formula, atau pake botol karena ibunya kerja.Pasti di awal-awal khawatir banget dan pusing pas milih botol susu.Segala merk dicoba. Anggapannya makin mahal makin bagus.

Merk-merek botol dengan harga di atas 100 ribu sebotol,seperti Tommee Tippee, Dr.Brown, Avent, Mimijumi, sampai Medela Calma yang sebijinya 300 ribu, biasanya jadi pilihan ibu-ibu nih.



Padahal kalau diitung-itung kan kita butuhnya ngga cuma 1 botol yah, wah bisa banyak nih biayanya untuk botol susu aja.

Kalau menurut saya, sepanjang bayinya ngga punya masalah, cobain dari botol susu paling murah ajalah. Pigeon is the best, cuma 40 ribuan. Mana gampang lagi bersihinnya.

Botol bayi pas Tara dulu masih pake Dr Brown, Medela, dan Avent. Giliran Divya pake Pigeon aja, sama Aventlah maksimal, xixixi.



Hemat ratusan ribu nih jadinya.

Perlengkapan Menyusui

Baju menyusui ----> ga perlu samsek, cukup pake baju kancing depan aja.Yang penting itu malah Bra menyusuinya.

Apron menyusui -----> gunakan jilbab untuk nutupin atau kain selimut si dede atau kain jariknya, apa ajalah asal nutupin.Kalau ada nursing room ya ke nursing room aja.

Nah, coba sekarang dihitung berapa tuh penghematan yang bisa dilakukan.

Tapi perlu diingat ya kebutuhan masing-masing bayi mah beda-beda. Ada teman yang saya yang anaknya harus banget pake baby chair biar dia bisa nyapu rumah saat anaknya makan misalnya. Ada juga yang harus banget pake bouncher karena kalu ngga gitu dia ngga bisa mandi. Disesuainlah ya sama kondisi anaknya.

Tapi yang pasti sebenernya nih, barang-barang di atas walau ngga ada ya ngga membuat anak kita bakal terganggu tumbuh kembangnya, karena semua itu hanya support.

Cara gampangnya kalau mau berhemat lagi, ya nunggu dikadoin atau nunggu diendors, hahahaha

Semoga bu ibu bisa menemukan cara berhemat ya.

Kalau menurut kalian apa nih yang bisa dihemat dari perlengkapan bayi yang biasa ada








Pentingkah Istri Memiliki Penghasilan Sendiri?

Thursday, March 30, 2017


Yang namanya berkeluarga itu rezekinya sudah diatur sebesar 100 %
Saat suami istri bekerja, maka rezekinya 100 %
Dan saat istri berhenti kerja, ya rezekinya tetap 100 %

Kalimat itu sering banget saya baca, yang menegaskan bahwa sebenarnya mau suami istri bekerja, atau hanya suami saja yang bekerja, yang namanya rezeki keluarga itu ngga akan berkurang.

Bener sih ya, saya setuju.

Nah, kalau demikian, banyak orang yang beranggapan, ya ngapain kalau begitu istri harus bekerja?

Bahkan ada juga yang berpendapat sebaiknya seorang istri itu ya di rumah saja, biarkan suami yang memenuhi segala kebutuhan rumah tangga, karena suami istri itu punya tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Trus muncul pertanyaan, sebenarnya perlu ngga sih wanita atau istri itu memiliki penghasilan sendiri?

GesiWindiTalk hari ini mau ngomongin itu



Sebelum kesana saya mau cerita dulu sedikit mengenai keluarga saya.

Saya lahir dan dibesarkan di keluarga yang ayah dan ibunya bekerja. Ayah saya kerja di perkebunan sedangkan ibu saya guru. Dari kecil terbiasa melihat ibu saya bekerja dan menghasilkan uang sendiri membuat saya ya cara berfikirnya bahwa perempuan itu normalnya bekerja.

Makanya ngga heran, anak ortu saya, tiga orang perempuan, semua jadi ibu bekerja. Walau pada akhirnya adik saya yang paling kecil memutuskan resign saat harus ikut suami pindah tugas.

Suatu saat di masa kami anak-anak ,ortu saya sedang butuh-butuhnya biaya sekolah, eh ndilalah saat itu ayah saya terkena PHK dari perusahannya. Yang mengakibatkan kami sempat yang mendadak jatuh miskin.

Jatuh miskinnya ngga ngenes banget sih, masih bisa makan, punya tempat tinggal, tapi biaya sekolah sempat yang terengah-engah banget memenuhinya.

Nah saat itulah saya merasakan betapa peran ibu saya yang notabene bekerja menjadi penyelamat bagi kelangsungan hidup keluarga kami. Dan syukurnya, ayah saya ngga lama langsung dapat pekerjaan baru, sehingga roda ekonomi kembali on the track.

But, di masa-masa itu kami sekeluarga sempat bener merasakan yang namanya ngga punya duit itu gimana. Itu pulalah yang menyebabkan saya akhirnya dikirim ke sekolah gratisan (yang juga keren pastinya) di Sibolga sana. Sesuatu yang mungkin ngga akan terjadi kalau keluarga saya ekonominya baik-baik saja.

( Baca : Warna Warni Sekolah Kenangan )

Memang ini bukan semata soal karena ayah saya kehilangan pekerjaan, tapi juga karena perencanaan keuangan keluarga yang buruk.

Iyes, keluarga kami tidak punya tabungan sama sekali, sehingga saat terjadi sesuatu di luar kendali, maka ekonomi keluarga langsung oleng.

So, jika ada pertanyaan, pentingkah seorang istri punya penghasilan sendiri?

Saya akan jawab Penting Banget

Kenapa?

Ada banyak alasan,
  1. Bisa membantu keuangan keluarga
  2. Bisa membeli apapun keinginan kita tanpa harus menunggu pemberian suami
  3. Tidak tergantung ke suami
  4. Bisa berjaga-jaga jika kondisi darurat terjadi
  5. Bisa membantu keluarga tanpa mengganggu uang keluarga
  6. Untuk kualitas hidup yang lebih baik
  7. Rencana keuangan keluarga lebih cepat tercapai
  8. Biar lebih dihargai
  9. Agar lebih percaya diri
  10. dst...dst
Silahkan diteruskan sendiri. Seribu alasan bakal ketemu.

Namun jika pertanyaan diteruskan, haruskan seorang istri memiliki penghasilan sendiri?

Jawaban saya :Tidak Harus.

Kenapa?

Karena ini sangat tergantung dengan kondisi keluarga masing-masing.

Ada keluarga yang peran istri malah akan lebih terasa saat istrinya sama sekali tidak bekerja atau tidak memiliki penghasilan.

Contohnya presiden, gubernur, bupati, istri para pejabat, istri ustazah, istri guru, istri pegawai kantoran, istri siapapun yang memang perannya sebagai pure pendamping suami malah akan lebih optimal untuk keluarga mereka.

Namun ada juga keluarga yang peranan istri tidak hanya sebagai pendamping suami tapi juga partner pencai nafkah.

Ngga bisa dipukul rata.

Soal kepercayaan diri, bisa beli barang sendiri,dll .

Yang kayak gini mah alasan- alasan bisa terpenuhi tanpa harus memiliki penghasilan sendiri.


Makanya walau saya bilang istri memiliki penghasilan sendiri itu penting tapi, istri tidak harus memiliki penghasilan sendiri.

Wah kok bisa gitu?

Ya bisa aja.

Ini mungkin bisa dianalogikan dengan, pertanyaan: penting ngga pakai pensil alis untuk menunjang penampilan?

Jawabannya penting. Tapi kalau diterusian, harus ngga seorang wanita pake pensil alis untuk menunjang penampilan?

Ya ngga harus. Tergantung alisnya udah bagus ngga, perlu ngga dipensil alisin.

Sungguhlah analogi yang luar bisa cerdas, wahahahaha.

Nah, makanya soal alasan kenapa seorang istri itu penting memiliki penghasilan sendiri sebenarnya hanyalah point plus saja dari imbas memiliki penghasilan sendiri.

Lebih dari itu, ada yang urgensinya lebih lagi bagi seorang istri atau siapapun di dunia ini yaitu,

Bahwa kita harus bisa hidup tanpa ketergantungan berlebih kepada orang lain.

Makanya alasan yang paling sering mendasari pendapat bahwa istri harus punya penghasilan sendiri adalah alasan ketiga dan keempat.

Yup, berjaga-jaga dari kondisi darurat merupakan alasan nomor wahid dari urgensi istri memiliki penghasilan sendiri.

Namun apakah itu sepenuhnya benar?

Ngga juga

Di contoh keluarga saya, saat terjadi kondisi darurat, even ibu saya bekerja dan memiliki penghasilan sendiri ternyata kondisi keluarga tetap morat marit.

Dan di keluarga lain, saat suami duluan pergi, ternyata masih banyak istri tak memiliki penghasilan yang bisa survive.

Nah lho bingung kan?

Berkaca dari hal tersebut, saya mengambil satu kesimpulan, bahwa sebenarnya di luar soal pentingnya istri memiliki penghasilan sendiri, ada setidaknya dua hal mendasar yang harus dimiliki seorang istri yang lebih dari pentingnya memiliki penghasilan sendiri,yaitu


" MENJADI ISTRI YANG MANDIRI DAN MEMILIKI PERENCANAAN KEUANGAN YANG BAIK"

That's it.

Kenapa?

Seperti quote di pembuka tulisan ini, saya percaya bahwa yang namanya rezeki itu sudah ada yang atur. Sejelek-jeleknya nasib, tiba-tiba ditinggal suami pada saat kita tidak memiliki sumber penghasilan sendiri, sepanjang punya perencanaan keuangan yang baik, maka sebenarnya semua bisa banget aman terkendali.

Karena mau seberapa besar pun gaji suami ditambah gaji istri, jika tidak memiliki perencanaan keuangan yang baik, ya hasilnya nul putul.

Sebaliknya seberapa pas-pasan nya pun penghasilan suami, kalau dikelola dengan baik, maka ya keuangan keluarga juga akan baik-baik saja saat misal suami duluan pergi. Ini kan sunatullah ya, usia manusia pasti berakhir.

Nah, masalahnya, perencanaan keuangan keluarga yang baik, walaupun teorinya itu kata om Safir Senduk ataupun kata mba Ligwina Hananto " Tidak penting berapa penghasilanmu yang penting berapa yang bisa kau sisihkan", tapi pada kenyataannya jauh lebih gampang merencanakan keuangan keluarga saat duitnya memiliki jumlah yang secara kasat mata ada di angka tidak mefet.

Sederhananya, tentu lebih gampang mengatur uang 10 juta untuk kehidupan rumah tangga dengan 2 orang anak dibanding mengatur uang 3 juta misalnya.

Ya kaan ya kaaan?

Untuk memiliki keuangan yang lebih lega itulah, peran istri yang memiliki penghasilan sendiri jadi penting.



Memiliki penghasilan sendiri bukan berarti harus bekerja keluar rumah.

Untuk hal ini, saya ngga mau membuka perdebatan.

Perempuan punya pilihan mau bekerja di luar atau menjadi stay at home mom.

Pendapat pribadi saya, sepanjang suami masih mampu membiayai keuangan keluarga, jika istri memang tidak perlu untuk mencari nafkah, dan si istri serta suami juga merasa baik-baik saja, ya ngga perlu juga maksa untuk memiliki penghasilan sendiri.

Karena salah satu tujuan berkeluarga itu kan biar mencapai kesejahteraan bersama.

Isri memiliki penghasilan sendiri adalah salah satu tools.

Kalau tools itu ngga dibutuhkan ya ngga perlu dipaksa dipakai.

Ya ngga?


Makanya saya bilang disini bukan masalah bekerja di luarnya, atau memiliki penghasilan sendirinya, tapi kemandirian si istrilah yang menjadi pointnya, sehingga jika suatu saat amit-amit terjadi sesuatu yang mengharuskan seorang istri menjadi si pencari nafkah, maka dia ngga akan gagap terhadap perubahan yang terjadi.

Yup, itu Pointnya MANDIRI dan PERENCANAAN KEUANGAN YANG BAIK

Kita bahas satu-satu ya


MANDIRI

Mandiri itu maksudnya bukan tidak perlu bantuan suami, atau bisa apa-apa dikerjakan sendiri. Atau bisa beli barang apa-apa sendiri ngga minta suami. Ngga seperti itu.

Mandiri yang saya maksud adalah seorang perempuan harus memiliki sesuatu yang bisa diandalkan buat bertahan hidup. Life Skill lah istilahnya.

Makanya saya bolak-balik tulis di blog saya ini, saat seorang perempuan berubah status menjadi istri jangan pernah, saya bilang JANGAN PERNAH mengubur mimpi-mimpi kita.

Jangan pernah berhenti untuk mengasah kemampuan diri sendiri, jangan berhenti untuk menggali potensi yang ada. lakukan apa yang menjadi passion kita, jangan berhenti belajar.

( Baca : Wanita dan Cita-Cita Yang Meredup )

Saya mengagumi istri-istri yang tidak pernah merasa bahwa dinding rumah adalah pembatas dirinya dengan dunia luar.

Ada seorang teman saya yang dulunya bekerja , sama seperti saya seorang banker. Saat menikah ia resign. Namun ia tidak pernah berhenti mengasah diri. Saat ada waktu luang yang dilakukannya adalah kursus menjahit. Selesai kursus menjahit, ada waktu lagi ia gunakan untuk kursus memasak.

Selalu ada hal yang bisa dilakukan, dan saat ini bahkan ia sudah bisa mendapat penghasilan dari hobi menjahit dan memasaknya itu.

Saya juga punya seorang teman yang dulunya saat kuliah lulus dengan IPK Cum laude. Begitu menikah, ia menjadi Stay At Home Mom. Tapi bukan sembarangan Stay At Home Mom, dia yang dulu gape meramu berbagai bahan kimia di laboratorium, kini ahli meracik berbagai macam bumbu menjadi aneka hidangan lezat.

Dan ngga, suami mereka ngga yang kekurangan, hidup mereka malah jauh dari kata cukup alias berlebih. Saya yakin jika amit-amit terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka mereka tidak akan gagap, minimal dalam hal ekonomi keluarga.

So jadilah perempuan yang mandiri, jadilah istri yang memiliki sesuatu yang bisa diandalkan untuk bertahan hidup.




PERENCANAAN KEUANGAN YANG BAIK

Point kedua yang terpenting adalah perencanaan keuangan keluarga.

Berkaca di kasus keluarga saya.walau ibu saya bekerja, namun saat ayah kehilangan pekerjaan bisa dibilang kami cukup kocar-kacir menghadapinya. Padahal ibu saya punya penghasilan sendiri.

Iya kami selamat melewatinya, namun sungguh masa-masa yang kalau diinget bisa bikin mbrebes mili lah.



Dan itu semua terjadi karena tidak adanya perencanaan keuangan yang baik.

Maka, seorang istri , apapun kondisinya, mau bekerja mau tidak bekerja, mau punya penghasilan atau tidak punya penghasilan saat ini, mau punya suami kaya atau suami pas-pasan, penting banget bisa mengelola keuangan keluarga dengan baik.

Rencanakan... Apapun selalu rencanakan.

Buat target-target yang masuk akal.

Misal : gaji suami 5 juta, ya targetnya pengeluaran maksimal Rp 3,5 juta. Sisanya untuk tabungan, untuk investasi, untuk asuransi, untuk dana pendidikan anak, terserahlah, sesuaikan dengan tujuan keuangan keluarga masing-masing.

( Baca : Perencaaan Keluarga Ala Ibu Bekerja )

Setiap keluarga tentu memiliki formula yang berbeda-beda. Temukan dengan trial and error. Yang pasti jangan besar pasak dari pada tiang.



Saya amat mempercayai bahwa rezeki itu sudah diatur yang maha Kuasa. Tugas kitalah menjemput rezeki itu dan mengelolanya dengan baik.

Namun bukan berarti kita pasrah aja terhadap apapun kondisi kita. yang namanya manusia itu tugasnya adalah berusaha termasuk berusaha mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang bisa menimpa.

Memiliki penghasilan atau tidak memiliki penghasilan bukan issue utama bagi seorang istri (menurut hemat saya), apalagi soal bekerja atau tidak bekerja. Karena memang ada perempuan yang suka bekerja, hobinya bekerja, passionnya bekerja (seperti saya), ada pula perempuan yang memang hobinya ya mengerjakan segala urusan rumah tangga.



Yang pasti, mau punya penghasilan atau tidak, mau bekerja atau tidak, seorang istri (menurut saya) penting untuk memiliki sebuah keahlian dan Penting pake banget bisa mengatur keuangan keluarga dengan baik

Jadi bu ibu yang sekarang bekerja, dimanapun, mau kerja kantoran, mau kerja MLM, ga perlu ya setiap hari ngajak orang untuk harus punya penghasilan sendiri dan menganggap istri yang ngga punya penghasilan itu afalah istri yang ngga produktif.

Ngga semua istri harus punya penghasilan sendiri.

Dan bu ibu yang saat ini ngga punya penghasilan sendiri juga ga perlu stress,merasa kok kurang keren nih, kok aku ga bisa punya uang sendiri.

Ngga perlu gitu juga.

Yang penting, selalu prepare diri. Kalau memang punya keahlian dagang silahkan diasah dengan berlatih jualan. Punya keahlian masak,ya masak aja terus sampe jadi ahli, punya keahlian nulis, ya terus berlatih nulis.

Karena yang namanya manusia, mau seorang istri atau bukan, mau laki atau perempuan memang selayaknya memiliki keahlian untuk bertahan hidup dan tidak melulu tergantung pada orang lain.


Kalau menurut kalian nih, seberapa penting seorang istri memiliki penghasilan sendiri?


  • Penting Banget
  • Penting Aja
  • Ngga Penting
  • Biasa Aja
  • Ngga peduli
  • Tergantung (tergantung apa?)


Plis ikutan sumbang pendapat dong, pengen tau pendapat kalian. Atau buat post sendiri dan tag saya yah.

#Banker's Life : Yang Harus Kamu Ketahui Tentang Kartu Kredit

Monday, November 28, 2016
Hal-hal Yang Harus Kamu Ketahui Tentang Kartu Kredit




Holaaa, yang belum tahu, di Windiland, tiap Senin sesinya #Banker'sLife ya.

Kemarin ada yang request untuk ngomongin kartu Kredit. Yo wis mari kita obrolin wae.

Disclaimer : tulisan ini berdasarkan pengalaman penulis, bukan berdasar aturan khusus bank tertentu.

Kartu Kredit Itu Apa?

Ini saya jelasin dikit dulu yah, karena walaupun kartu kredit bukan benda asing lagi di masyarakat, tapi masih banyak juga yang belum tahu sebenarnya kartu kredit itu apa sih.

Sama ngga dengan kartu debet?.

Ya bedalah, namanya aja udah beda, xixixi.

Moms,Ini Lho 11 Tips Mengatur Uang Belanja Agar Cukup Sampai Akhir Bulan

Tuesday, October 4, 2016
[Sponsored Post]



11 Tips Mengatur Uang Belanja Agar Cukup Sampai Akhir Bulan

Masalah uang belanja bagi ibu-ibu memang bukan hal yang sepele. Butuh 1001 jurus agar bisa selamat sampai akhir bulan.

Walaupun saya bekerja yang notabene memiliki gaji sendiri, tapi saya termasuk orang yang hemat lho dalam hal mengatur uang belanja.


Iyalah kalau ngga diatur sedemikian rupa, bisa habis aja dong uang yang dikasi suami. Padahal konon katanya,baik buruknya perekonomian keluarga ya ada di tangan istri.

Nah sekarang saya mau bocorin nih gimana kebiasaan belanja saya selama ini sehingga bisa selamat sampai akhir bulan,dan tercukupi semua kebutuhan keluarga.

5 Tips Jitu Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak

Friday, September 2, 2016


Kemarin di rumah saya iseng nanya Tara, apa cita-citanya kalau besar nanti. Emak kepo pengen tau nih ceritanya.


Sebenarnya ngga berharap Tara bakal jawab yang fantastis sih, soalnya di usianya yang ketiga ini Tara palingan baru tau beberapa profesi doang,yaitu dokter,guru dan polisi. Itu doang.

Nah jadi pas ditanyain ini nih jawabannya.

Kesempatan Dapat Bekal Masa Depan 3 Milyar Nih dari Morinaga

Tuesday, August 2, 2016
[ Sponsored Post] Kesempatan Dapat Bekal Masa Depan 3 Milyar Nih dari Morinaga




Kalau dulu saat baru menikah trus ada yang nanya sama saya kira-kira saya pengen anak saya jadi apa ntar, pasti saya jawab pengen jadi dokter. Iyaa pengen deh punya anak dokter. Maklum yah itu kan cita-cita saya dulu yang ga kesampaian xixixi. Keren banget gitu lho kalau anak saya bisa jadi dokter.

Tanggal Tua Masih Merana?. Segeralah Bertobat Kawan

Tuesday, May 24, 2016
Berbahagialah orang yang masih bisa mengeluh saat tanggal tua


Lho kok?

Iyalah, berarti minimal dia pernah merasakan tanggal muda, alias masih ada penghasilan yang bisa diharapkan. 

Samalah kayak orang yang mengeluh kalau makan dimsum di pinggir jalan kagak enak, lha karena dia udah pernah makan dimsumnya Nelayan, jauuuuh rek jauuuh.

Jadi, tanggal tua itu patut disyukuri.

4 Macam Keuntungan Memiliki Bisnis Sampingan

Friday, February 26, 2016
bisnis sampingan

[SP] 4 Macam Keuntungan Memiliki Bisnis Sampingan

Siapa yang tidak merasa senang ketika mendapatkan penghasilan lebih setiap bulannya dari bisnis sampingan yang ditekuni. Zaman sekarang nyaris tidak ada karyawan yang hanya mengandalkan gaji bulanan dari perusahaannya bekerja. Alasannya sederhana, yakni ingin mencari sela mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Kemudian terbersitlah banyak ide usaha-usaha yang cocok dijadikan sampingan oleh kalangan karyawan. Semakin lama semakin banyak karyawan yang memiliki 2 bahkan 3 jenis pekerjaan yang dilakukan secara bersamaan.

Belanja Hemat Ala Emak Rempong

Friday, November 27, 2015
Suami saya sering bilang, kalau saya itu kelihatannya aja ngga pernah belanja-belanji, tapi tau-tau barang belanjaan sudah nyampe di rumah tanpa terdeteksi, xixixi.

Iya, saya suka sekali belanja online. Karena belanja online itu banyak banget dapet diskonan, dan penawaran voucher, termasuk potongan belanja dari point pulsa provider nomor hape kita lho. Belanja online itu menurut saya jauh lebih hemat, asal pinter pilih website dan rajin ngeliatin promo-promonya.

Mengelola Keuangan Keluarga Ala Ibu Bekerja

Monday, October 19, 2015
Dulu, saat masih single, rasanya gaji saya yang tak seberapa itu kok cukup-cukup aja ya buat hidup. Eh giliran nikah, yang berarti punya penghasilan tambahan dari suami kok yaaa kayaknya kebutuhan hidup itu makin lama makin besar. Apalagi setelah punya anak, widih rasanya gaji sebesar apapun pengennya lebih lagi lebih lagi.

Dapat suami yang orangnya sloooow banget. Apa-apa dibawa nyantai. “ Tenang aja dek, rezeki udah ada jatahnya, ngalir aja jangan khawatiran gitu”

Iya sih rezeki emang udah yang ngasih, lha giliran udah ditangan kalau ngga diatur piye dong. Bisa-bisa capek-capek kerja, cuma dapat tagihan doang, ngga bisa punya apa-apa dan ngga bisa ngapa-ngapain. Ya gitu kalau jodohnya suami yang anteng, nyantai kayak di pantai.

Saya mah ogah ngikutin gayanya dia. Kalau sama-sama begitu, bisa hajablah rumah tangga kami. Makanya sebagai istri yang peduli masa depan keluarga #cieeee, walau sederhana, saya punya lho perencanaan keuangan simple untuk keluarga tercintah.

Karena Hidup Banyak Rasa, Bersiaplah untuk Menghadapinya

Friday, October 31, 2014
Saat membaca novel " Ayat-ayat Cinta" nya Habiburrahman El Syahrizi , saya terkesima di bagian cerita Fahri membuat peta hidupnya di selembar kertas. Kapan dia tamat kuliah,bekerja,menikah sampai memiliki anak. Wah saya langsung latah ikutan merancang peta hidup saya. Waktu itu, saya belum menikah, usia saya masih 24 tahun, sehingga rasanya pas sekali momennya. Sambil membayangkan bakal ketemu " Fahri" di dunia nyata , saya pun mulai menggambar.


Peta kehidupan saya berisi rencana jangka pendek dan jangka panjang yang akan saya lalui hingga akhir menutup mata. Inginnya menikah di usia 25 tahun, terus mesra-mesraan sama suami selama setahun, baru kemudian hamil dan punya baby lucu. 3 tahun setelah menikah bertekad sudah memiliki rumah sendiri dan mobil pribadi. Di umur 32 tahun, harus sudah mencapai titik mapan dalam keuangan dan karir, umur 40 tahun naik haji, umur 45 anak-anak tamat kuliah trus kalau bisa pensiun dini, dan menikmati masa pensiun dengan bercengkerama bersama cucu, jalan-jalan dan menekuni hobi. Aduuuh indah sekali rasanya rancangan hidup saya.

Manusia Berencana, Tuhan yang Menentukan

Tak disangka ternyata saya menemukan jodoh tepat di usia 25 tahun, sehingga peta saya masih sesuai. Namun, mulai meleset di point kedua, memiliki anak. Siapa yang mengira, setelah menikah, tak ada juga tanda-tanda kehadiran si jabang bayi.. Lima tahun berlalu, dengan penuh kesabaran dan usaha akhirnya, saya bisa beranjak ke titik berikutnya di dalam peta kehidupan saya. Melesetnya point ke dua di peta saya, untungnya malah mempercepat saya sampai di titik "memiliki rumah dan mobil". Bergesernya peta tersebut, membuat point-point selanjutnya berubah. Setelah kami hitung-hitung, saat saya dan suami pensiun kelak, anak tertua saya baru selesai kuliah, sehingga kemungkinan adiknya belum selesai sekolah di usia pensiun kami, haduh.

Sama seperti saya, kebanyakan dari kita pun pasti sudah merencanakan hidupnya seperti apa kelak, walau mungkin tidak menuliskannya di selembar kertas. Mulai dari bangun pagi, kita sudah tahu rute yang akan kita lewati menuju ke kantor, berapa lampu merah yang akan kita lalui, di titik-titik mana rawan kemacetan sehingga kita bisa menghindarinya, jam berapa sampai ke kantor, apa yang kita kerjakan di kantor, sampai kembali ke kediaman masing-masing. Ya itulah harapan kita,agar  semua berjalan sesuai rencana.

Namun terkadang kita lupa, ketika kita berpamitan pada keluarga di pagi hari, beribu kemungkinan bisa terjadi di sepanjang jalan, lampu lalu lintas mati, truk sampah terbalik di tengah jalan, mobil kesenggol pengemudi lain, bahkan keluarga di rumah pun bukan berarti akan selalu terhindar dari risiko. Kita tidak pernah tahu mana yang akan terjadi.. Pun demikian saat pulang, tidak ada yang bisa menjamin kita akan sampai selamat di rumah, apapun bisa terjadi di jalan.

Masih ingat kan peristiwa kecelakaan Apriani, bahkan orang yang sedianya jalan-jalan pagi dengan tenang di trotoar pun bisa kehilangan nyawa dalam sekejap. Bahkan orang yang tenang-tenang kerja di kantor pun bisa mati ketabrak pesawat Yah, manusia bisa berencana apa saja, namun Tuhan jua yang menentukan.


Kalau kata Ari Lasso , segala yang terjadi dalam hidup ini adalah sebuah misteri Ilahi, kita tak bisa benar-benar tahu apa yang akan terjadi bahkan satu detik ke depan.Karena itu, tak cukup Planning A saja, masih ada 25 abjad lain yang siap kita susun untuk planning B,C,D dan seterusnya sampai Z.

Namun, sebenarnya dari segala macam kemungkinan, kita bisa menyimpulkan, bahwa secara umum hanya ada dua kemungkinan di hidup ini, yaitu kemungkinan baik atau kemungkinan buruk. Kalau yang terjadi adalah kemungkinan baik, semua berjalan sesuai rencana, maka happy ending lah yang akan kita alami. Untuk itu  marilah kita bersyukur atas kemurahanNya. Nah, kalau kemungkinan buruk yang terjadi?. Disitulah peran Plan B dst itu berlaku. 

Kemungkinan buruk apa yang mungkin terjadi pada kita?

Yang paling buruk yang bisa saya bayangkan adalah kematian tiba-tiba. Membayangkan seseorang yang kita sayangi tiba-tiba pergi dari kehidupan kita, sakitnya tuh disini " tunjuk dada". Kalau sekedar sakit saja mungkin bisa ditahan, tapi kalau yang pergi adalah seseorang yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga, apa yang terjadi?

Sebelum menjawabnya, coba bayangkanlah, kehidupan sehari-hari kita.

Tagihan Rutin Yang harus Kita Bayar

Kita butuh makan, minum, berobat, butuh tempat tinggal, kendaraan, membayar tagihan-tagihan, rekreasi yang semuanya itu bisa kita bayar dengan apa? 

Benar sekali, dengan uang. Kecuali kita anak raja atau mendapat warisan emas permata yang tak habis tujuh turunan, maka uang bisa kita peroleh dari penghasilan setelah kita bekerja..

Dalam rumah tangga, seorang suami biasanya menjadi orang yang bertanggung jawab untuk memiliki penghasilan. Di beberapa keluarga , istri pun turut menopang kebutuhan keluarga sehari-hari.

Yang perlu kita pikirkan, bagaimana jika penghasilan kita berhenti?

Loh, bagaimana mungkin penghasilan bisa berhenti? Memangnya apa yang bisa menyebabkan penghasilan berhenti?

1. Dipecat/PHK/Bangkrut

Ngga hanya pegawai kantoran, pengusaha pun bisa mengalaminya.. Kalau ini terjadi, tentu saja penghasilan akan otomatis berhenti.

2. Sakit Kritis

Stroke yang tiba-tiba misalnya atau penyakit kritis lain yang membutuhkan biaya besar akan menyedot menghasilan kita, bahkan aset yang ada bisa-bisa terjual. Sakit kritis juga menyebabkan tidak bisa bekerja, akibatnya penghasilan berhenti

3. Cacat

Cacat permanen yang menyebabkan tidak bisa bekerja, otomatis akan menghentikan penghasilan

4. Meninggal Dunia

Kalau sudah meninggal dunia, bisa dipastikan penghasilan akan berhenti.



Dari empat penyebab di atas, menurut saya cacat dan sakit kritis adalah yang paling harus diantisipasi, karena sakit dan cacat bukan saja menghentikan penghasilan tetapi juga menambah biaya yang kita tidak tahu berapa jumlahnya dan sampai kapan. Bukan hanya tabungan, semua yang ada pun bisa terjual demi kelangsungan hidup orang terkasih.

Masih ingat, kisah artis Sukma Ayu . Koma panjang selama berbulan-bulan, jelas terlihat berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan sang bunda demi menopang hidupnya. Bahkan beberapa artis sampai menggalang dana bantuan untuknya.  Begitulah sebuah penyakit bisa membuat bukan saja si sakit menderita tapi orang-orang di sekelilingnya. Selain Sukma Ayu, Gugun Gondrong, Pepeng, Rini S Bon Bon, adalah contoh artis yang saat jayanya memiliki harta yang banyak dan cukup namun begitu jatuh sakit, semuanya menjadi memprihatinkan. Bahkan kabar terbaru, Julia Perez harus menjual rumah dan mobilnya untuk membiayai pengobatan kanker rahim stadium awal yang dideritanya. Tentu kita bisa mengambil pelajaran dari kisah mereka.

Nah, supaya kita  tidak mengalami nasib seperti mereka. Kita punya pilihan, membiarkan hidup mengalir apa adanya, atau bersiap menghadapi risiko dengan cara antisipasi melalui asuransi.

Kenapa Asuransi?

Pada dasarnya asuransi ditujukan untuk menanggung hal-hal yang jika terjadi, impacnya akan sangat besar pada keuangan kita, sehingga tidak sanggup  ditanggung secara financial dan terasa berat jika kita harus menanggungnya sendirian. Cara mengetahuinya dengan memperhitungkan dampaknya terhadap keuangan kita. Coba tanyakan pada diri kita, apakah jika sebuah peristiwa tidak diinginkan terjadi, bisa berdampak sistemik pada keuangan kita. Contohnya meninggal dunia, sakit, kebakaran, kecelakaan, kehilangan sesuatu . Jika jawabannya ya, maka hal-hal tersebutlah yang harus kita asuransikan. Karena itu, setiap orang memiliki kebutuhan asuransi yang berbeda-beda, karena setiap orang memiliki profil risiko yang berbeda pula.

Maksudnya?
Ya contohnya, seorang pilot tentu memiliki risiko yang berbeda dengan seorang dokter.

Penyanyi Rod Steward mengasuransikan suaranya sebesar 6 juta dollar. Nilai yang sangat fantastis. Bahkan Jennifer Lopez pun menganggap bokongnya pantas diasuransikan sebesar 27 juta dollar. Amboooiiii.



Pertanyaannya, kenapa mereka mengasuransikan anggota tubuhnya itu?

Bagi, seorang penyanyi, sumber penghasilannya adalah dari menyanyi. Untuk menyanyi dia butuh suara. Jadi sebenarnya, Rod Steward bukan hanya melindungi suaranya, tapi lebih dari itu, ia melindungi sumber penghasilannya.

Nah, karena untuk memiliki asuransi kita harus mengeluarkan biaya, maka perlu bagi kita untuk menyusun apa yang menjadi prioritas utama untuk kita lindungi. Karena saya bukan penyanyi, atau penari bokong atau pesebak bola seperti David Beckham, tentu saya tidak perlu membeli asuransi anggota tubuh.

Asuransi apa saja yang kita butuhkan ?

Karena risiko bisa terjadi di segala aspek kehidupan, maka asuransi pun dibutuhkan di semua aspek kehidupan.

Prinsip utama asuransi adalah melindungi, makanya logo asuransi sering digambarkan sebagai sebuah payung.

Kita tidak bisa menghentikan hujan, yang bisa kita lakukan adalah berusaha agar saat hujan datang, minimal tidak basah kuyup dan menggigil kedinginan

Melihat cerita-cerita dan kisah kehidupan orang-orang sekitar, atau kisah public figur, saya mengambil kesimpulan bahwa urutan asuransi terpenting adalah

Asuransi penyakit kritis & Cacat
Asuransi Jiwa

Kenapa?

Karena jika kedua risiko di atas terjadi di saat kita tidak memiliki antisipasi, maka berpotensi paling besar membuat hidup berubah 180 derajat, mengguncang finansial. Kematian yang tiba-tiba membuat keluarga yang ditinggalkan mengalami kehilangan. Apalagi jika yang meninggal adalah pencari nafkah, maka bisa membuat peta hidup porak poranda. Demikian juga penyakit kritis, membutuhkan biaya banyak yang bisa membebani dan menyengsarakan orang-orang terkasih. Sebagai orangtua, tentu saya tidak ingin, jika terjadi sesuatu pada saya atau suami, anak kami tidak bisa mencapai impiannya, lebih parah lagi kalau kami harus menyusahkannya. Semoga tidak pernah terjadi.

Berikutnya, asuransi yang dibutuhkan adalah asuransi kesehatan yang mencover biaya rawat inap.

Bagi pekerja kantoran seperti saya dan suami, walapun kesehatan kami telah dilindungi oleh perusahaan. Namun, kami tetap membeli asuransi kesehatan dengan tujuan untuk mengupgrade pelayanan kesehatan yang kami dapatkan dari kantor, sehingga kami bisa mendapat yang terbaik.

Menurut saya, ketiga asuransi di atas adalah kebutuhan dasar yang harus diprioritaskan saat ingin membeli asuransi.

Setelah itu, barulah kita fikirkan untuk memiliki asuransi-asuransi lain.

Asuransi Rumah dan Mobil

Untuk asuransi rumah dan mobil, jika kita membelinya secara kredit melalui bank atau dealer mobil sebenarnya sudah langsung dipasang oleh si pemberi kredit sesuai jangka waktu kredit kita. Setelah masa kredit habis barulah kita harus membayar kembali premi asuransinya.

Asuransi rumah dibutuhkan, karena jika terjadi risiko pada tempat tinggal kita, yang menyebabkan kerusakan parah atau malah tempat tinggal kita musnah, tentu akan sangat besar biaya yang harus kita keluarkan untuk menggantinya. Kasus kebakaran pada rumah Umi Pipik istinya almarhum Uje, menjadi satu contoh. Bagaimana dampak kejadian itu pada keluarga Umi Pipik.

Asuransi mobil pun demikian. Risiko kecelakaan dan kehilangan tentu akan mengguncang keuangan kita. Saat peristiwa banjir melanda ibukota, berapa banyak mobil yang mengalami kerusakan parah. Saat-saat demikian, orang-orang yang memiliki asuransi mobil bisa tersenyum lega, tidak perlu dipusingkan dengan masalah biaya untuk memperbaiki mobil, karena masih banyak masalah lain yang butuh diselesaikan.

Asuransi Perjalanan

Bagi orang yang sering berpergian dengan menggunakan moda umum, seperti kereta api, kapal laut atau pesawat terbang, asuransi perjalanan mungkin bisa menjadi prioritas berikutnya. Sebenarnya setiap menggunakan transportasi umum tersebut, kita sudah dicover oleh Jasa Raharja, namun tak ada salahnya menambahkan asuransi perjalanan yang jumlahnya tidak seberapa, paling berkisar 25 ribu sampai dengan 50 ribu, namun sudah melindungi ornag-orang yang kita sayangi.

Pilih-pilih Perusahaan Asuransi

Setelah saya baca-baca mengenai  asuransi, sebenarnya semua perusahaan asuransi mengeluarkan produk yang hampir sama. Bedanya tidak terlalu signifikan. Pada dasarnya premi dipengaruhi oleh usia, profil risiko , objek yang dicover dan uang pertanggungan yang diiinginkan.

Karena itu, saya pribadi lebih menekankan kepada reputasi perusahaan asuransinya untuk  melayani kebutuhan asuransi saya.

Kalau dianalogikan seperti ini
Kalau pilih penerbangan, kita pasti pilih Garuda Indonesia
Kalau beli hape,  pilih merk Samsung
Mau ngirim barang pilih JNE
Kalau beli air mineral kita pilih Aqua

Nah untuk asuransi pun saya pilih yang terbaik.

Berdasarkan info yang saya dapatkan, ternyata perusahaan asuransi yang memiliki reputasi terbaik , salah satunya adalah Allianz, yang pada tahun 2013 masuk 4 besar perusahaan asuransi terbaik versi majalah Infobank  (http://www.infobanknews.com/2013/07/jawara-rating-123-asuransi-versi-infobank/).

Allianz juga pernah mendapat penghargaan sebagai " Best Global Primary Insurance Company" dan " Best European Primary Insurance Company" versi majalah Globe. (http://konsultanasuransi.com/read/Allianz-Raih-PRESTASI-Global-Award1/)

Allianz juga merupakan perusahaan asuransi berskala dunia terbaik di Indonesia versi majalah Forbes (http://www.asuransi-id.com/agen-asuransi-jiwa/asuransi-allianz/prestasi-asuransi-jiwa-allianz.html)

Cara melihat reputasi perusahaan juga bisa dicari melalui internet. Berapa banyak berita negatif terkait perusahaan tersebut. ternyata saya tidak menemukan berita negatif dari Allianz Indonesia. Makin yakin dong.

Di samping reputasi Allianz, ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan dalam memilihnya

Allianz, sudah berdiri sejak tahun 1917 di kawasan Asia Pasifik dan sudah ada di Indonesia sejak tahun 1981. Kurun waktu yang sangat cukup bagi suatu perusahaan untuk mengokohkan posisinya dan memastikan pengalaman di bidangnya.

Selain itu, kinerja perusahaan asuransi pun perlu kita ketahui untuk melihat bonafiditas perusahaan itu. Pada semester pertama tahun 2014, Allianz Indonesia telah mencapai kinerja dengan pendapatan Premi Bruto keseluruhan sebesar Rp 5.43 Trilyun untuk lebih dari 4 juta tertanggung. Jumlah yang membuat kita yakin bahwa ada jutaan orang yang mempercayakan proteksinya pada Allianz.


Di samping hal-hal di atas, yang perlu menjadi pertimbangan saya juga adalah agen asuransi yang akan melayani saya. Saat ini agen/tenaga penjual Allianz Indonesia telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Nah mengenai agen asuransi ini, saya memiliki tips dalam memilihnya :

1. Pilih agen asuransi yang muda

    Kenapa?, agar bisa melayani kita dalam jangka waktu lama ( jika dia sehat-sehat saja tentunya)

2. Pilih yang pintar dan menguasai produk

    Ya, alasan simple, kalau dia aja ngga tahu, apalagi kita. Kalau dia pintar dan menguasai produk, dia bisa memberi saran kepada kita asuransi apa yang tepat untuk profil kita.

3. Pilih yang berpengalaman namun belum terlalu lama menjadi agen

    Yang baru, belum lihai, yang terlalu lama kliennya sudah banyak, sehingga dikhawatirkan terlalu banyak yang dihandlenya

4. Pilih yang menyenangkan

    Orang yang supel, cenderung kekeluargaan tentu lebih membuat kita nyaman. Kita pun lebih gampang menghubungi dan berkomunikasi dengannya bila perlu, seperti pengklaiman misalnya.

Nah itu beberapa tips dari saya. Selanjutnya terserah anda.

Pengelolaan Keuangan yang baik bukan ditentukan dari seberapa besar pendapatan kita, tapi bagaimana kita mengelola yang ada agar bisa memberi manfaat lebih. Sisihkan penghasilan untuk Asuransi, bukan untuk mencari untung besar atau untuk mendahului takdir, tapi semata untuk melindungi yang kita cintai dan menjadikan diri kita bermanfaat walau jasmani sudah menjadi tanah.

Karena hidup banyak rasa, Bersiaplah untuk menghadapi kemungkinan terburuk




Sumber Ref:
1. http://www.allianz.co.id/
2.http://myallisya.com/2013/05/28/prioritas-asuransi/












Custom Post Signature