Showing posts with label Head Voice. Show all posts
Showing posts with label Head Voice. Show all posts

Diskriminasi Bangsa Sendiri

Tuesday, September 8, 2015
Desclaimer : Postingan ini tidak bermaksud Sara, hanya curhat semata.


Lagi iseng BW , baca tentang Diskriminasi terhadap bangsa sendiri disini. Ih jadi pengen cerita juga. Judulnya ga saya ubah, Iyaaa saya ngga kreatif hahah.

Kalian pernah ngga sih mengalami yang namanya deskriminasi? Tapi bukan oleh orang luar atau orang lain tapi oleh bangsa sendiri. 


Kalau yang tinggal di Medan udah kenyanglah sama perlakuan model begini. FYI aja yah , di kota Medan itu penduduknya terdiri dari berbagai macam suku. Mulai dari Jawa, Melayu, Batak, Karo, Arab, India, sampai warga Tionghoa. Jadi salah banget yah kalau bilang orang Medan mayoritas suku batak. Ngga lho, kalau di daerah Tapanuli, Toba atau tanah Karo iya mayoritas , tapi kalau di kota Medan nya sih udah berbaur semua.

Nah , sialnya yah di Medan itu, penguasa ekonominya mayoritas adalah warga Tionghoa. Sebagian besar para pedagang skala besar adalah mereka. Mulai dari pedagang elektronik, otomotif, gadget, waaah hampir semualah. Coba aja ke Jalan Asia, jalan Sutomo, Jalan Pemuda, semuaaalllah toko-tokonya milik orang Tionghoa. Makanya berbeda dengan di Jawa, Jakarta, Bandung yang mana warga Tionghoanya gape berbahasa daerah setempat, China Medan wah boro-boro, yang ada malah kita yang orang pribumi yang harus belajar bahasa Tionghoa kalau mau melebur bersama. Aneh kan yah. Itulah sankin berkuasanya mereka disini.

Nah ngomongin diskriminasi, itu yang bikin saya sebal. Kadang perlakuan para pelayan toko yang notabene orang pribumi suka sekali membeda-bedakan antar pembeli orang Indonesia asli dengan orang keturunan. Kalau sama orang Tionghoa pasti perlakuannya manis banget, eh giliran kita yang belanja kadang diterge pun ngga. Ngga hanya belanja, kalau sedang bertransaksi di bank aja, customer service suka beda-bedain. Ngga semua sih yah tapi kebanyakn seperti itu. Pokoknya tinggal di Medan itu,, kalau masalah kayak gini, bikin empet deh.

Tapi kalau mau jujur sih ya, ini bukan salah mereka sepenuhnya. Namanya manusia pasti senanglah diperlakukan istimewa. Tapi yang bikin annoying itu ya, orang pribuminya sendiri yang suka beda-bedain orang.

Saya pikir cuma di Medan aja yang seperti itu, ternyata ngga lho. Rata-rata orang Indonesia ya kayak gitu itu. Suka berlaku diskriminatif terhadap bangsa sendiri. Mungkin karena merasa inferior yah . Padahal kita lho yang punya negeri ini. Bukan kita yang numpang

Ada suatu kejadian yang saya inget banget.

Jadi ceritanya pas saya honeymoon di Bali. Saya sudah pesan tiket jauh-jauh hari sebelumnya, biar dapat tiket promo. Semua berjalan lancar saja, sampai tiba saatnya pulang. 

Dan bencana pun datang saat saya check-in.

Begitu saya serahkan print out tiket dan kode booking ke petugas check-in, dengan heran si petugas memandangi saya.

“ Bu, penerbangan ini tidak ada di jadwal kami, sudah dibatalkan”

APAAA, saya kaget bukan kepalang, namun masih tetap bisa tenang.

“ Ngga ada gimana maksudnya mas, itu saya pesan online udah jauh-jauh hari lo”
“ Iya bu,namun beberapa minggu lalu kami telah memberitahukan kepada seluruh penumpang tentang perubahan jadwal yang kami lakukan “

Haduh, makin spanning saya mendengarnya.

“ Ibu silahkan ke bagian ticketing disana untuk memastikannya” kata si petugas sambil menunjuk kantor perwakilan maskapai tersebut.

Bergegas saya menuju ke tempat yang ditunjuk.

Di kantor maskapai berinisial M itu,petugas menegaskan kembali bahwa jadwal penerbangan yang tertera di tiket saya itu sudah dibatalkan. Oh my God, bukan dicancel atau di delay tapi DIBATALKAN, yang artinya kami tidak bisa terbang ke jogja hari itu. Padahal saya sudah pesan tiket lanjutan Jogja-Jakarta untuk keesokan harinya. Ya kami memang hanya merencanakan sehari saja di Jogja karena hari cuti yang terbatas.Itu artinya lagi kalau kami tidak bisa sampai di Jogja hari ini,berarti tiket lanjutan kami bakal hangus juga,Pun tiket Jakarta-Medan berikutnya. Wooow panik tingkat brahmana.

Sambil berfikir saya tetap mendengarkan penjelasan si petugas.

“Jadi bu,kami akan mengembalikan uang tiket ibu 100 %” katanya sambil menyerahkan tujuh lembar uang seratus ribuan.

Tentu saja saya tidak terima

“ Maaf ya mas kenapa tidak ada pemberitahuan kepada saya”
“Ada bu,semua penumpang telah kami beritahu melalui SMS”
“Tapi saya tidak mendapat SMS nya” saya mulai emosi.

Capek berdebat dengan si petugas, akhirnya saya minta dipertemukan dengan kepala perwakilan maskapai tersebut. Awalnya mereka tidak mau, dengan alasan si manajer sedang tidak berada di tempat. Namun karena saya ngotot ( sampai adu urat syaraf) kira-kira 2 jam kemudian datanglah si Manajer. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 siang.

Lagi-lagi penjelasan si manager sama, mereka hanya mau mengganti tiket saya dengan uang tunai 100 persen dan saya dipersilahkan untuk membeli tiket di maskapai lain secepatnya karena hanya tinggal dua penerbangan lagi ke Jogja untuk hari itu.

“ Saya ngga mau uang, saya mau diganti tiket, jadi kalian saja yang beli tiketnya, karena kesalahan bukan pada saya” ujar saya bersikeras

Si Manajer tetep ngotot bahwa semua penumpang telah diberitahu. Duuuh rasanya saya sudah pengen mengobrak-abrik itu kantor. Saya minta ditunjukkan bukti bahwa mereka sudah mengirim pemberitahuan ke saya. Saya juga minta disambungkan ke kantor pusat maskapai tersebut di Jakarta.

Saat itulah, setelah dilakukan pengecekan ke system mereka, terbukti bahwa hanya saya penumpang yang tidak diSMS untuk pemberitahuan pembatalan penerbangan. Namun demikian mereka tetap tidak mau mengganti tiket saya. Waktu semakin berjalan, jam menunjukkan pukul 5 sore, satu pesawat telah tinggal landas menuju Jogja, berarti tinggal satu penerbangan lagi.

“ Bu, percuma ibu berdebat dengan saya, nanti ibu juga yang rugi, karena kalau ibu tidak segera membeli tiket, ibu tidak bisa ke Jogja hari ini”

Sebenarnya dalam hati saya mulai ragu, terfikir untuk mengalah saja. Penerbangan yang tersisa tinggal satu itupun hanya tersisa dua kursi di kelas bisnis. Yang memberatkan saya tentu saja harga tiket yang akan diganti oleh si maskapai M tidak sebanding dengan tiket yang akan saya beli, karena dulu saya belinya saat promo, bahkan pengembalian dua tiket pun tak bisa membeli satu tiket di maskapai GI.

Tak terasa air mata saya menitik membayangkan tiket-tiket berikutnya yang bakal hangus juga. Apalagi tujuan kami ke Jogja untuk menemui orangtua suami yang tidak dapat menghadiri pernikahan kami karena factor usia dan kesehatan. Saya tahu kalau saya bersikap lemah, saya akan kalah. Padahal sekali lagi bukan saya yang melakukan kesalahan. Maka saya pun mulai mengeluarkan sisi keras diri saya.

“ Kalau kalian tidak menerbangkan kami ke Jogja malam ini saya akan kirim surat pembaca ke Kompas” ancam saya

“ Silahkan saja bu” jawab si manajer yang membuat amarah saya makin naik ke ubun-ubun.

Si manajer tidak bergeming. Ia tetap bersikeras dengan pedoman perusahaan tentang peraturan penggantian tiket.

Waktu semakin berjalan. Jam menunjukkan pukul 6 sore, hanya tersisa satu jam sebelum penerbangan terakhir ke Jogja untuk hari itu. Kalau saya tidak segera membeli tiket maka pupuslah sudah. Artinya saya tidak akan ke Jogja hari itu dan tiket Jogja-Jakarta-Medan hari berikutnya juga akan hangus.

Setengah putus asa,sedih,kecewa bercampur amarah saya pun berkata dengan ketus

" Kalian memperlakukan saya seperti ini karena saya orang pribumi, coba kalau kejadian ini terjadi pada bule-bule itu, saya yakin 100 % perlakuan kalian akan sangat berbeda. Saya yakin kalian akan langsung mengganti tiketnya dengan penerbangan lain. Tapi sayang, bagi kalian bangsa sendiri itu tidak ada harganya. ".

Setelah berkata demikian, saya segera berdiri bersiap untuk pergi.

Tiba-tiba si manajer menyuruh saya duduk kembali. ENtah apa yang dikatakannya kepada pegawainya yang pasti tak lama kemudian, dua lembar tiket sudah ada di tangan saya, tertera disana nomor kursi 2A dan 2 B kelas bisnis. Satu jam kemudian kami telah menjejakkan kaki di Bandara Adi Sucipto Jogjakarta.

Tuh lihat kan, apa yang saya katakan benar. Mungkin karena malu saya skak mat langsung beitu, makanya si Manajer langsung mengganti tiket kami. Tapi memang demikian adanya.

Oya, cerita tentang pembatalan penerbangan ini pernah saya tulis di blog ini,, tapi di postingan sebelumnya saya ngga mengutarakan percakapan terakhir itu. Tapi saya pikir-pikir ngga ada salahnya juga saya posting, biar nih ya siapa saja dari kita entah itu pegawai bank, penjual, pedagang, siapa aja deh, jangan lah sampai membeda-bedakan perilaku gitu, apalagi sampai mendiskriminasikan bangsa sendiri, ngga malu apa. Dan lagian kalau kita yang ngalaminya, percayalah itu sangat menyakitkan da mengecewakan.

Saran dari saya kalau mengalami atau melihat perlakuan diskriminatif seperti itu :

1. Jangan diam saja. Tegur tuh pelayan. pegawai bank, tukang parkir, pedagangnya. Bilang kita juga konsumen yang harus dilayani.

2. Jangan mau ngalah. Enak saja. Sekali-kali biar mereka sadar kalau apa yang mereka lakukan itu tidak benar.

3. Langsung saja skak mat dengan kalimat langsung kayak saya itu, biar merasa tertampol. Tapi kalau orangnya ndableg yah sudahlah.

Pokoknya jangan terima kalau diperlakukan diskriminatif, enak saja, di mata Allah aja kita semua sama kok,, masa di mata manusia kita terima aja.

Kalau kalian, pernah ngga ngalamin perbuatan diskriminasi?

Sahabat itu.....

Wednesday, March 11, 2015

Ada pepatah yang mengatakan, Teman itu adalah orang yang selalu memberi apa yang kita minta. Tapi sahabat, tahu apa yang dibutuhkan sahabatnya.

Dan saya bisa membuktikan pepatah itu. Bulan Januari lalu saya menulis tentang kado yang aku mau di blog ini. Waktu nulis itu sih memang agak sedikit pakai kode-kode hahaha siapa tahu ada yang mau ngasih kado ke saya , kan baru ultah ceritanya.

Tentang Panitia Lomba Yang Ingkar Janji

Monday, March 2, 2015
Sebagai banci kontes yang sudah putus urat malu perkontesannya ( banyakan kalahnya daripada menangnya), beberapa kali saya mengalami yang namanya di PHP-in sama penyelenggara lomba. 

Macem-macem deh tabiat penyelenggara yang tidak bertanggung jawab. Dari mengundurkan jadwal pengumuman, sampai malah ngga ada pemenang sama sekali. Dari hadiah yang di down grade sampai yang tak kunjung diterima. Haduh, kenyang deh.

Yang paling membekas di hati  itu, saat saya mengikuti lomba berhadiah jalan-jalan dari sebuah merk kopi ternama. Waduh, semangatnya epic banget deh. Mulai dari membuat video, share ke semua sosial media sampai yang nulis rencana-rencana liburan gitu. Bagaimana tidak, hadiah yang ditawarkan begitu menggiurkan. Pemenang utama bisa jalan-jalan ke tempat wisata yang diiginkannya bersama brand ambassador produk itu, yang mana kita juga bisa pilih mau pergi dengan siapa. Trus finalis yang tidak menjadi pemenang utama, akan diundang gathering bersama para brand ambassador dan nantinya diberi hadiah berupa jalan-jalan yang dilakukan sediri ( tidak bersama artisnya). Wiiih, bikin mupeng kan, secara kesempatannya menangnya lumayan besar.

Detik Tidak Pernah Melangkah Mundur

Wednesday, January 7, 2015
Detik tidak pernah melangkah mundur
Dan hari akan selalu berganti
Namun pagi selalu menawarkan cerita baru

Eeeeaaaa. Xixixi keliatan banget yah saya ngga bisa move on dari film paling ngehits di jaman masih muda dulu. 2014 telah berakhir, dan seperti puisi di atas, detik tak pernah melangkah mundur, dan 2014 pun berlalulah dari pandangan mata. Membuka mata di pagi ini, mentari 2015 menyambut, membuka harapan baru kembali.

Tahun 2014 kemarin begitu banyak hal yang terjadi di negara ini. Dari bencana alam, kecelakaan pesawat, pemilihan presiden, pemilu, BBM naik, kasus Dinda, Florence, Pernikahan Raffi-Ahmad, Maju-Mundur Syahrini, Live kelahiran Ashanti-Anang, sampai pembullyuan Mulan jameela yang kayaknya abadi sepanjang tahun.

Sebagai satu titik noktah dari banyaknya penduduk di dunia ini, dimanakah peran kita di tahun 2014?

Apakah kita sudah menjadi pemeran utama di panggung sandiwara ini atau cuma cukup menjadi figuran bahkan hanya penonton?

Sejujurnya tahun 2014 ini saya merasa bukan tahunnya saya, dalam arti tidak banyak hal berarti yang saya lakukan untuk orang lain. Kebanyakan hanya berkutat di kehidupan pribadi dan keluarga. Sepertinya ghirah untuk aktualisasi diri, unjuk gigi, dan tampil di depan umum agak minim saya lakukan.

Cara paling gampang mengetahuinya? Lihat saja dari postingan di sosial media kita. Atau lihat postingan di blog ini. Sepi banget dari hal-hal yang membawa manfaat untuk orang lain. 

Melongok ke facebook, isinya setengah foto-foto Tara dan selfie-selfie ngga jelas. Sebagian lagi nyinyiran soal pilpres, dan sebagian yang lain nyinyirin berita yang membuat orang salah faham dan sempat berujung blokir dan unfriend, tsaaaah.

Bertandang ke blog ini pun, sebelas dua belas lah. Postingan hanya ikut beberapa lomba, dan yang lain cerita menye-menye ngga guna.

Ngga ngerti juga sih, sepertinya saya dalam fase " selalu mencari-cari alasan" untuk setiap hal yang di luar kendali. Namun saya akui, saya menjadi begitu bebas dalam mengemukakan pendapat, bebas dari pencitraan lah. Ada yang suka, banyak yang males. Yah begitulah hidup, selalu ada yang tidak pas, karena yang selalu pas hanya Pertamina pasti pas.

Anyway, apapun yang terjadi, di tahun ini saya merasakan kebahagiaan berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Semua berjalan sesuai rencana, selalu sehat wal afiat, bisa melihat Tara tumbuh dari hari ke hari, merupakan anugerah yang sangat saya syukuri. Mungkin tak banyak prestasi dalam hal duniawi saya raih, namun tahun ini merupakan tahun kemapanan bagi saya dan keluarga, baik dari jiwa, raga, ekonomi, tempat tinggal yang ternyata semuanya berawal dari kehadiran seorang anak.

Dari segi pekerjaan saya juga cukup puas dengan apa yang saya peroleh. Sepertinya apa yang saya lakukan di kantor memuaskan bagi saya, dalam arti sampai saat ini tidak ada komplain yang berarti dari atasan atas kinerja saya. Namun untuk lebih pastinya, mari kita lihat nanti saat penilaian kinerja, berapakan nilai saya di mata manajemen ?.

Nah, di tahun 2015 ini, saya punya 2 resolusi yang saya pengen banget menepatinya


1. Lebih Ikhlas Lebih ikhlas

Ini berkaitan dengan pekerjaan. Selama ini saya merasa di kantor itu, saya diberi pekerjaan yang lebih banyak dibanding rekan kerja lain. Pokoknya hal-hal penting, yang  berat, yang butuh effort lebih dikasih ke saya, sementara teman saya dengan jabatan yang sama dengan saya, tidak. Kemarin-kemarin sih saya suka ngeluh, ngerasa ngga adil. Walau saya bersyukur , berarti saya lebih dipercaya, namun sebagai manusia biasa terselip juga rasa ngga terima, " Lah gaji sama, kok gw harus mikir lebih berat, enak aja dia ".

Tahun 2015 ini saya mau berubah. Dulu-dulu juga saya ngga pernah itung-itungan kerja, kenapa sekarang harus pakai berhitung?. Sudahlah, saya yakin apa yang kita tanam itu yang kita tuai. Maka, mulai detik ini saya ngga mau mikirin siapa lebih banyak dikasih kerjaan, atau siapa lebih santai, pokoknya saya niatin kerja itu ibadah, bukan tergantung penilaian manusia. Lebih ikhlas lagi lebih ikhlas lagi.


2. Mengurangi aktifitas di sosial Media

Kemarin saya dapat link video gitu dari seorang teman, yang isinya begitu menyentak saya, begitu dahsyatnya sosial media bisa menjauhkan kita dari kehidupan nyata, dari orang-orang sekitar. Saya juga menyadari, media sosial yang saya ikuti, paling aktif sih di facebook, sedikit banyak telah membuat saya sedikit sok sebagai manusia, dalam arti terkadang suka pamer ngga penting, kayak pamer-pamer kelucuan anak saya, ngeshare-ngeshare foto Tara. Padahal ada beberapa teman facebook saya yang mungkin belum memiliki anak, dan siapa tau mereka tersakiti dengan postingan-postingan saya. Soalnya dulu waktu belum punya anak juga saya suka sensi kalo ngeliat temen yang hobi posting foto anaknya. Laah sekarang saya malah kayak gitu.

Jadi, untuk postingan-postingan yang menyakitkan hati siapa saja, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya yaaaaaa friend.

Ditambah lagi , waktu angot-angotnya pilpres, bisa jadi ada juga yang ngga suka  atau tersinggung dengan apa-apa yang saya tulis. Walau saya sadar, kita ngga mungkin bisa menyenangkan semua orang tapi tentu saja seharusnya kita bisa menghindar untuk menyakiti orang. Nah sepertinya tahun kemarin tuh, saya banyak tersilap jari, menulis apa yang saya anggap benar, padahal belum tentu juga benar, dan apa yang saya anggap wajar padahal bisa jadi ngga wajar bagi orang lain. Maka, untuk segala status dan tulisan saya di medsos yang menyinggung hati teman-teman, saya mohon dimaafkan yaahhh.#sungkem satu-satu.

Nah, berkaca dari itu semua, dan karena menyadari bahwa EQ saya sepertinya tak setinggi IQ saya, maka saya beresolusi di tahun 2015 ini ingin menjadi pribadi yang lebih baik, salah satunya dengan fokus di dunia nyata saja lah, keseringan tenggelam di dunia maya ngga terlalu bagus untuk saya. Ini pendapat pribadi ya, bagi yang punya pendapat lain ya monggo saja. Jadi kalau ada teman yang kangen sama saya, tsaaah, rajin-rajin saja tengok blog ini, karena Inshaa Allah kalau kegiatan ngeblog sih saya ngga mau ninggalin, lha soale ngeblog ini panggilan jiwa. Boleh juga kirim-kirim inbox, pasti saya bales, xixixixi perasaan ada yang ngangenin, biarin ah.

Udah itu saja resolusi saya. Doakan semoga saya bisa menepatinya ya. Kalau kalian, apa resolusi di tahun 2015 ini?








Ngeblog Panggilan Jiwa, bukan Panggilan Kantong :)

Monday, October 27, 2014
Hari ini hari blogger nasional. Wih, makin banyak aja ya hari-hari yang harus diperingati. Tapi seneng banget, ternyata blogger juga disedian harinya cuy,udah kayak hari jurnalis atau hari wartawan gitu :)

Sebagai blogger yang udah lama vakum, ngga eksis lagi,  tenggelam dalam dunia " jadi emak-emak-an", rasanya hari ini ngga susah-susah amat lah meluangkan waktu sejenak untuk mengisi kembali catatan di blog kesayangan saya ini. Soalnya masih pengen diaggap blogger xixixi.

Tentang Sudut Pandang

Saturday, September 27, 2014
Peribahasa tak kenal maka tak sayang itu memang sungguh-sungguh benar adanya. 

Paling sebel sama orang yang ga kenal sama kita terus dengan seenaknya menilai diri kita dari apa yang dilihatnya. Apalagi di dunia maya, dimana diri kita hanya dinilai dari status dan tulisan beberapa karakter yang kita share. 

Belakangan banyak banget yang lagi happening di sosmed yang sampai saat ini masih saya gandrungi, facebook. Mulai dari polemik perkalian, larangan tayang kartun oleh KPAI, sampai yang tergress adalah tentang Pilkada langsung.

Cuma di Indonesia

Tuesday, July 1, 2014

Masih ingat ga jamannya heboh X-factor. Kala itu fb ini pun ramenya luar biasa.apalagi menjelang final.tinggal 2 finalis,Fatin dan Novita Dewi. Dua penyanyi yg memiliki kelebihan masing2.Fatin dg kemudaan, suara yg khas dan tampang imut2nya serta novita dg kekuatan suara, dan kehebatan serta kematangan vocalnya. Keduanya merupakan penyanyi yg baik bahkan terbaik untuk ajang tersebut terbukti dg polling sms (entah itu murni atau ada tipu2) yg mengabtar mrkmengungguli peserta lain. 


Adu fans pun trjd di sosmed, fb maupun twitter. Alih2 menjagokan salah satunya, yg ada malah saling caci maki. Saat Fatin lupa lirik Lagu Lenka yg dinyanyikannya,tak pelak fans Novita bersorak gembira." Fatin huuuuu sana ikut idola cilik aja". Bahkan sampai menghina2 fisik segala.Ada yg bilang Fatin cebool,pakaiannya enggak banget.

Seperti ingin membalas dendam,fans Fatin pun tak mau kalah."Novita tua,suaranya macem mak lampir teriak2 ga menentu". Ngeri lah pokoke.

Padahal walau terdapat kekurangan disana-sini,penampilan mereka sungguh sgt menghibur (sy pribadi).dan dibandingkan ajang2 lain yg serupa tp tak sama,mereka berdua memang juaranya. 

Setahun berlalu. Lihatkah di layar kaca,mereka berdua bersinar.Tak sedikit acara bergengsi yg menghadirkan Novita sbg penyanyinya.Dan Fatin baru saja menerima 3 penghargaan sekaligus. Para fans apa kabarnya yaaa. Hidupnya lbh baik atau gitu2 aja?.

Dan kejadian yg sama berulang kembali,dg skala nasional. Dua kubu kembali berseteru.

"Seorang nenek mengaku bhw cucunya mendapat beasiswa penuh dr Prabowo"

Berita yg menggembirakan sejatinya kalau tdk dirusak oleh komen negatif "Ini nih pemimpin sejati berbuat baik ngga perlu diekspos ngga kyk sebelah".tsaah 

"Seorang pekerja di perusahaan meubel Jkw bercerita bhw beliau adl pribadi yg sederhana, dan memperhatikan pekerjanya"

"Alaaah pencitraan lg,paling dibayar buat ngomong gitu"

Yg akan dibalas dg " Pemimpin tuh hrs merakyat bkn petantang petenteng di atas kuda" dst dst

Kebaikan mrk saja bisa menjadi perselisihan apalah lagi keburukannya.Padahal kalau sm2 waras hrsnya bersyukur kalau ternyata kedua capres yg salah satunya pasti mnjd presiden kita adalah org2 yg baik dg segala kekurangannya.

Cuma di Indonesia kebaikan seseorang mnjd musibah bagi org lain. Tdk boleh ada 2 org baik.Harus satu jelek satu bersinar. Ga heran gule otak makin nge hits di warung padang.

Cuma di Indonesia segumpal daging busuk dg sukacita dibagi2 oleh org yg mengaku intelek, dimakan beramai2 dan disoraki gegap gempita

Hari Pendidikan Vs Hari Buruh

Friday, May 3, 2013
Kemarin baru saja diperingati sebagai hari pendidikan nasional di negeri ini. Hari yang ditujukan untuk menghormati salah seorang pahlawan bernama Ki hajar Dewantara. 

Setelah satu hari sebelumnya diperingati sebagai hari buruh.

Pendidikan dan buruh, seperti dua mata uang yang bertolak belakang. Pendidikan identik dengan kesempatan untuk belajar, memperoleh ilmu yang tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Istilah orang terdidik, orang berpendidikan identik dengan seseorang dengan sopan santun dan budi pekerti luhur. Yang memiliki tindak tanduk ala ningrat dan tentu saja dengan tutur kata dan penampilan yang bersahaja.

Sementara buruh. Apa yang terpikir saat mendengar kata buruh?. Pekerja pabrik?. orang yang digaji, orang yang bisa setiap saat dipecat jika sang majikan selesai keperluan dengannya. Buruh, di bully dan disuruh.

Kenyataannya orang berpendidikan pun sejatinya adalah seorang buruh, sepanjang ia masih bergantung pada pihak lain dan menunggu satu tanggal di tiap bulan untuk mengasapi dapur. Jadi masihkah kita bangga dengan segala titel dan embel-embel pendidikan yang berderet panjang di belakang nama kita?

Pantaslah hari pendidikan disandingkan dengan hari buruh, untuk lebih mengingatkan kita bahwa setinggi apapun pendidikan yang kita kenyam, pada akhirnya kita tetaplah buruh jika masih saja mau di bully dan disuruh.

Hari pendidikan, momentum untuk membebaskan diri dari sifat ke-buruh-an dalam diri kita. Menjadi diri yang merdeka. tanpa menggantungkan nasib pada pihak lain. Ah entah kapan itu bisa terwujud.

Custom Post Signature