Showing posts with label #GesiWindiTalk. Show all posts
Showing posts with label #GesiWindiTalk. Show all posts

Sekolah Itu Ada Gunanya Ngga Sih ?

Wednesday, July 19, 2017

Masih nyambung nih dengan tulisan saya kemarin tentang hari pertama sekolah. Kali ini mau bahas soal penting ngga sih masukin anak ke sekolah dan penting ngga ilmu-ilmu yang kita pelajari di sekolah tersebut.

( Baca : Hari Pertama Sekolah dan Perjalanan Mencari Sekolah Idaman )

Alert: ini bakal panjang banget.


Kenapa sampai muncul pertanyaan ini. Saya ambil paragraph terakhir di tulisan saya sebelumnya yah. Karena saya banyak membaca pendapat orang-orang yang mulai meragukan fungsi sekolah.



Kemarin tulisannya udah kepanjangan jadi disambung dimari, xixixi.

Baca punya Gesi :


Ngga bisa kita pungkiri sih, system pendidikan yang disajikan sekolah-sekolah di negara kita ini belum memuaskan. Dimana parameter untuk menilai hasil belajar anak itu dipukul rata, yaitu nilai UN dan angka-angka di raport. Makanya ngga heran banyak orangtua yang mulai mencari alternative lain untuk pendidikan anaknya.

 Home schooling salah satunya. Demi terbebas dari system pendidikan yang pukul rata tadi.

Rata-rata pendapat orangtua yang saya baca nih, bisa saya simpulkan.


⇔ Sekolah hanya mengajarkan anak menghapal tanpa tahu esensi ilmunya


⇔ Capek-capek mempelajari ilmu eksak, fisika, kimia, math, malah ngga ada gunanya sama sekali di kehidupan, ngga terpakai di dunia nyata

⇔ Sekolah rawan bully, anak bukannya aman malah berbahaya di sekolah


⇔ Sekolah sekarang apa-apa duit mulu, biaya banyak, hasilnya ngga ada


⇔ Sekolah hanya menjadikan anak berorientasi ke hasil tanpa peduli proses


⇔ Sekolah tidak mendidik anak siap terjun di dunia nyata, tapi hanya berkutat di teori semata.


Dan sebagainya-sebagainya.

Hmm menarik banget yah .

Saya mau mengutip kalimat Einstein dulu nih “ Jangan menilai ikan dengan kemampuannya dalam memanjat” karena pastilah si ikan akan kelihatan bodoh.

Saya setuju banget. 

Ini masih berhubungan nih dengan 8 type kecerdasan anak. Bahwa setiap anak itu memiliki kecerdasan masing-masing. Ada yang cerdas dalam bermusik, seni, sains, olahraga, intrapersonal, kecerdasan linguistic, alam, dsb. Cari sendiri ya 8 jenis kecerdasan anak.

( Baca : Kenali Potensi Anak Sejak Dini )

Karena perbedaan kecerdasan inilah, makanya system pendidikan di sekolah konvensional itu ngga akan bisa berlaku adil dalam penilaiannya. Ya gimana, yang diuji di UN mah cuma mata pelajaran tertentu. Jadi kesannya untuk anak-anak yang sama sekali ngga tertarik di bidang eksakta, atau bidang bahasa, bisa-bisa nilainya bakal jeblok banget. 

Kembali ke kalimat Einstein tadi , kita ngga mungkin dong mengukur kemampuan anak yang kecerdasannya adalah bermusik dengan menguji matematika misalnya. Karena parameternya jelas berbeda.

Namun, apa ini jadi alasan kita nih mencibir system pendidikan sekolah di Indonesia? Apa langsung jadi bisa kita simpulkan bahwa percuma sekolah bertahun-tahun ngga ada faedahnya sama sekali, ngga ada gunanya semua pelajaran yang kita enyam dari SD sampai kuliahan tersebut?

Disclaimer: saya hanya membatasai dua hal di atas saja, ngga bahas melebar ke hal lain.

Seperti yang saya bilang di tulisan sebelumnya, ada puluhan juta anak sekolah yang harus dipikirkan pemerintah, dengan puluhan juta keinginan yang berbeda-beda pula. Tentu tidak semua keinginan ideal kita sebagai orangtua bisa terealisasi. Saat ini mungkin pendidikan-pendidikan formal tersebut dirasa paling bisa diaplikasikan untuk dana yang ada dan kapasitas sekolah serta guru-gurunya.

Trus gimana dong solusinya untuk anak-anak kita agar usianya ngga sia-sia dihabiskan di sekolah?

Sebenarnya alasan utama para orangtua tersebut berpendapat bahwa sistem pendidikan sekolah kita acakadut dan unfaedah karena kita ini kadang suka berpikir terlalu praktis.

Kita mikirnya ya kalau anakku maunya jadi pelukis ngapain belajar fisika?

Kalau anakku maunya jadi pengusaha real estate kenapa harus pusing dengan ilmu biologi.

Mikirnya pokoknya anak mah diarahkan aja di satu bidang khusus, biar ahli, ilmu yang lain ngga perlu karena seperti pengalaman kita selama ini, sekolah dan belajar lebih dari 5 mata pelajaran, toh malah ngga ada yang kepake.

hahahahahaha


Kurleb seperti itu.

Benarkah?

Bisa jadi benar.

Kayak Valentino Rossi tuh sejak kecil sudah diarahkan jadi pembalap, dilatih balapan dari cimut-cimut ya memang hasilnya jadi pembalap profesional.

Saya ada mengenal beberapa orang yang sudah tau apa yang menjadi minatnya dari kecil. Dia sudah tau dari kecil bahwa dia sukanya menulis misalnya,jadi sedari kecil ya bener-bener diarahin hanya membahas karya-karya sastra saja, diajarin memilih diksi yang bagus. Untuk anak-anak seperti ini tentu orangtua tidak akan mengalami kesulitan untuk mengarahkan minat dan bakat si anak.

Namun, ngga semua orangtua dan ngga semua anak bisa kelihatan bakatnya sejak dini. Banyak banget orang yang tahu apa yang paling disukainya setelah dewasa. Mungkin kamu salah satunya. Dan memang berdasarkan penelitian (saya pernah baca tapi kali ini ngga cantumin sumbernya , ntar kapan kapan saya cari lagi referensinya) bahwa manusia itu banyak yang ngga hanya punya kecerdasan sebiji doang, bisa juga dia punya kecerdasan multitalented, jadi mempelajari banyak hal ini sama sekali ngga ada ruginya.

( Baca : Menemukan passion )

Apalagi jenis-jenis sekolah yang terfokus seperti itu biayanya lumayan mahal yah. Saya nanya temen tuh untuk sekolah musik, biaya daftarnya aja bisa puluhan juta rupiah, belum alatnya, belum kalau mau konser, llalalala bisa-bisa satu tahun sekolah dana yang harus disediakan 300 jutaan sendiri.

Karena biaya mahal tersebutlah, kemungkinan yang bisa disediakan pemerintah ya sekolah-sekolah umum yang ada seperti saat ini.

Makanya menurut saya, bukan saatnya menyalahkan institusi bernama sekolah dalam kegagalan pendidikan di Indonesia, apalagi menganggap bahwa sekolah hanyalah institusi penghasil ijazah semata.

Sebenarnya saat ini sudah banyak pilihan sekolah untuk anak-anak kita. Saya ngomonginnya untuk jenjang TK sampai SD aja ya, karena saya belum nyari tau sampai jenjang SMA.

Bagi anak yang suka kegiatan outdoor ada sekolah alam yang bisa jadi pilihan.

Anak yang suka berkarya macem-macem, utak-atik ina inu, bisa masuk sekolah montessori.

Anak yang sukanya kegiatan mikir kayak nyusun balok, main lego, belajar di kelas, ya banyak sekolah seperti ini.

Untuk anak yang sukanya menghapal (iya ada kok anak yang suka menghapal) dan pengen jadi hafiz Qur'an misalnya ya ada juga sekolahnya.

Bahkan TK sekarang ada yang kurikulumnya internasional, alias pake dua sampai tiga bahasa gitu sebagai pengantarnya.

Itu belum termasuk kursus-kursus yang ada. Kayak kursus masak untuk anak, kursus menggambar, kumon, kegiatan outbond anak, dll.

Mungkin kendala utama ya dibiaya. Makanya pilihan sekolah-sekolah umum yang disediakan pemerintah menurut saya ya masih bisa menjembatani keinginan orangtua.

Caranya, ya dengan si orangtua turut kreatif menambahi apa yang tidak didapat di sekolah tadi.


Yang namanya anak-anak terkadang memang belum tau apa maunya, makanya sebagai orangtua kitalah yang mengarahkan dan memilihkan sekolah yang paling tepat untuk anak-anak kita sesuai bakatnya atau minimal sesuai karakternya.


Namun seperti yang saya bilang di atas, ngga semua orangtua bisa tau apa bakat anaknya sedari kecil. Dan ngga semua anak juga kelihatan apa yang menjadi minatnya sejak dini. Palingan kita hanya menebak berdasarkan kecenderungan yang kita lihat di anak.


Makanya peran sekolah mah yah tetep penting banget. Disamping sebagai sarana bersosialisasi ya sebagai penyaring minat dan bakat tersebut juga.

Keberhasilan pendidikan anak jangan diserahkan sepenuhnya ke sekolah. Kita sebagai ortu yang harus aware kemana arah minat dan bakat anak kita. Kalau kitanya aja sebodo teuing trus malah nyalah-nyalahin pendidikan di sekolahan kan jadi lucu.


Gitu sih menurut saya. Soal kekhawatiran orangtua terhadap sistem pendidikan sekolah yang dirasa terlalu memaku anak di dalam kelas tanpa punya kesempatan bermain, solusinya adalah dengan memilihkan sekolah yang paling sesuai dengan karakter anak.

Jika ngga mampu di biaya, ya masukin saja ke sekolah umu, namun bekali dengan tambahan kegiatan di rumah.

Iya, jadi orangtua memang ngga mudah kok. :)


Pembahasan kedua yang sering dibicarain orang. Benerkah segala ilmu yang ngga ada hubungannya dengan minat dan bakat anak maka jadi tidak berguna?

Sering kan denger orang bilang, ngapain belajar math, fisika, kimia segala macem yang toh ngga akan terpakai di kehidupan nyata.


Iya, mungkin kita ngga bisa mengatakan dengan pasti apa gunanya angka phi yang kita pelajari jaman SD dulu untuk nyari kerja. Atau untuk apa persamaan reaksi kimia yang njelimet itu.

Buat apa tahu 1 mol itu sama dengan berapa gram, toh ngga akan dipakai untuk ngasuh anak misalnya .

Ngapain tahu rumus diferensial, integral segala macem yang sampe lipat tiga itu, buang-buang waktu aja.

Ini terjadi karena kita mikirnya instan, bahwa harusnya kegunaan rumus fisika itu harus kasat mata terpampang nyata di depan kita baru kita rasa itu punya manfaatnya.


Kita merasa ilmu itu ada manfaatnya saat langsung kelihatan hasilnya. Padahal sekolah itu adalah proses belajar.

Di sekolahlah anak diajarkan segala proses tersebut , ngga ujug-ujug ke hasil. Namun yang namanya institusi, ya gimana mau tau hasilnya kalau ngga ada parameter, maka parameternya saat ini mungkin yang bisa dibuat adalah nilai. Termasuklah nilai UN.

( Baca : Proses atau Hasil ? )

Balik lagi ke soal pelajaran eksak yang kelihatan unfaedah.

Saya mau pakai analogi kungfu ajalah.


Pernah lihat film Shaolin?


Kalau lihat film Shaolin dulu ntu ya, padahal tujuan akhirnya tuh untuk bisa kungfu, tapi di awal pendidikan si biksu shaolin itu malah disuruh yang ngangkat air lah, berlatih keseimbangan, berenang, berendam di air, sampai hal-hal yang kelihatannya tidak ada hubungannya dengan kungfu. Makanya ada di salah satu episodenya si murid yang melarikan diri karena menganggap ngga ada faedahnya dia belajar disitu, pengen jadi ahli kungfu kok malah disuruh nimba air.


Nah kayak gitulah saya rasa pendidikan. Mungkin ngga terlihat langsung faedahnya saat ini namun akan bermanfaat saat diaplikasikan di dunia nyata, di kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari. Karena ya memang namanya belajar itu ngga berarti kita ngomongin tentang rumus P = F/A , maka harus ada nih di kehidupan sehari-hari.


Tapi setidaknya kita jadi tau bahwa yang namanya tekanan berbanding lurus dengan gaya. Maka saat hidupmu tekanannya tinggi coba introspeksi siapa tahu gayamu kegedean, eeeeeaaaaa




So, makanya saya kurang setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa sekolah tidak mengajarkan apa-apa selain hanya pelajaran sosialisasi saja. Karena pelajaran bersosialisasi itu tidak sekedar " Hanya" lho.

So kalau ada pertanyaan, buat apa capek-capek belajar segala ilmu eksakta, rumus fisika, kimia, math yang njelimet padahal nyatanya tidak pernah sekalipun dipakai di dunia nyata.

Buat apa belajar fisika kalau mau jadi pemain biola.

Nah disini mungkin perlu kita tanamkan bahwa yang namanya ilmu pengetahuan itu saling kait mengkait, tidak bisa berdiri sendiri. Even kamu pengennya jadi pemain musik aja, kamu tetap perlu ilmu lain.

Saya kasih contoh saat kita mau main musik, main biola deh contohnya.

Saat ingin bermain musik, kamu  ngga cuma butuh belajar not atau tangga nada doang. Kamu juga butuh alat yang bernama biola.

Biola itu dibuat pake apa? pake ilmu padi? pake ilmu fisikalah, tentang gesekan, tentang resonansi, tentang keluar masuk udara maka akan menghasilkan bunyi.

Atau kalau kamu mau jadi dokter, emangnya kamu cuma harus tau soal anatomi tubuh aja, hanya harus gape soal penyakit?

Ya kagak.

Kamu nyuntik pakai apa?, periksa kandungan pake apa? operasi pake apa?

Nah itu semua memangnya yang nyiptain ilmu kedokteran?

Ya kagak.

Disitu ada ilmu tentang gelombang alfa, omega, infrared, laser, you name it, biar tahu panjang gelombang mana nih yang pas buat membasmi kanker. -----> ini ilmu fisika

Untuk nyiptakan alat-alatnya juga mesti diperhatikan bahan mana yang tidak bereaksi dengan obat, tidak bereaksi dengan kulit manusia, mana yang cuma sebagai katalisator, mana yang merupakan zat inert ------> ini ilmu kimia.

So semua ilmu itu saling kait mengkait. Ngga ada ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.

Jadi plis buang jauh-jauh pikiran bahwa sekolah ngga guna karena terlalu banyak ngajarin hal-hal yang ngga guna langsung di kehidupan.



Jadi pointnya apa?


Point yang ingin saya sampaikan adalah:

Bahwa memang pendidikan di sekolah itu ya tujuannya bukan membentuk sim salabim abakadabra, masuk adonan kue dibentuk nastar , masuk oven maka keluarnya nastar. Ya ngga kayak gitu. Sekolah itu adalah bagian dari proses belajar. Ya termasuk belajar social, empati, tenggang rasa, ilmu eksak, sastra, agama, kemanusiaan, kerjasama.



Termasuk juga dapat pengalaman ketemu cowok brengsek yang nantinya bisa dijadiin bahan buat tokoh antagonis di calon novelmu. 

#curhatalert


Kemudian.

Sebagai orangtua kitalah yang paling bertanggung jawab mencarikan sekolah atau sistem pendidikan paling pas untuk buah hati kita. 

Bukan pemerintah bukan pula pihak sekolah.

Mereka menyediakan, kita yang memilih.

Mereka tak menyediakan, kita cari yang menyediakan.

Tidak ada juga?, combinelah pendidikan di sekolah dengan kreativitas ortu.

Kalau menurut kalian sekolah tujuannya biar bisa cari duit, mungkin memang sekolah itu ngga ada faedahnya. Ya mending langsung belajar dari koko-koko di pasar sambu.

Kalau kita masih berfikir bahwa sekolah harusnya menghasilkan produk siap jadi, ya pilihlah sekolah kejuruan.

Saya percaya bahwa apa-apa yang kita lakukan saat ini adalah hasil akumulasi dari pengalaman hidup, pendidikan dan proses berfikir .

Iyes setuju yang namanya belajar ngga harus di sekolah, bisa di rumah, di mesjid, di jalan, dimana saja.

Saya setuju, yang nilainya paling bagus di sekolah ngga menjamin hidupnya bakal sukses ( ini harus dibahas lagi, parameter sukses itu seperti apa?)

Saya juga setuju lulusan S3 ngga menjamin lebih sukses dari lulusan SD misalnya (ada rezeki, nasib, keturunan yang mempengaruhi yes?)

Ya memang ngga ada jaminan 100% apapun di dunia ini. Tapi data kan berbicara, bahwa orang yang well educated kebanyakan lebih bisa bertahan hidup dimana-mana. karena memang sistemnya masih seperti ini.

Kalaupun ada orang yang tanpa sekolah bisa berhasil, coba hitung berapa persen, dan latar belakangnya seperti apa. Namun tetep dah  tidak ada ruginya sekolah.

Dan bahwa kesuksesan itu ya memang faktornya bukan cuma pendidikan di sekolah. Ada IQ, EQ, dan SQ. Intelegent, Emotional, dan Spiritual.

Sekolah hanya salah satu faktor dan sarana di dalamnya.


Jadi ngga ada yang namanya ilmu itu ngga bemanfaat walaupun tidak kita manfaatkan saat ini secara utuh, tapi tanpa sadar sudah menyertai hari-hari kita.

( Baca : Iman dan Ilmu )


So ibu-ibu, sekolah ya , sekolahin anaknya. Sekolah ngga cuma untuk dapat ijazah , sekolah itu sarana untuk memperkaya batin dan menutrisi otak dan belajar dari orang yang sudah lebih tahu sebelumnya.

Coba mindset masukin anaknya ke sekolah itu diubah dulu.

Sekolah itu sistem terkecil pertama tempat kita mengenalkan kehidupan bermasyarakat ke anak.

Apapun sekolah yang menjadi pilihanmu teruslah belajar, dan berkarya, karena ngga ada ilmu yang sia-sia.

Selamat belajar semuanyaaaa.

Gambar dari FB Maghfirare.









Menemukan Passion

Thursday, June 22, 2017
Kalian kenal Panji Pragiwaksono? Itu lho tim suksesnya pak Anies.

Saya ngga lagi bahas soal cerita tim suksesnya. Tapi saya mau cerita soal bagaimana ia menemukan passionnya sebagai komika stand up comedy. Saya kemarin baca di blog kopikini.com

Ternyata ya, semuanya berawal dari perceraian ortunya. Jadi si Panji ini tinggal berdua bersama ibunya di sebuah rumah kecil. Nah karena rumahnya sering kosong, jadi teman-temannya banyak yang main kesitu. Di rumahnya itu ngga ada apa-apa. Tapi ya masa orang udah main ngga disuguhin apa-apa. Panji yang saat itu kesepian merasa punya kewajiban untuk menyenangkan teman-temannya saat kongkow di rumah. Ia ingin genknya itu betah dan mau balik terus ke rumah, biar dia selalu punya teman. Makanya setiap mereka ngumpul, dia selalu punya cerita lucu yang lama-kelamaan malah orang selalu menanti cerita-ceritanya.

Sebenernya melucu adalah sebuah self defense mechanism di dirinya untuk menghindari pembullyan

Long story short, akhirnya Panji berfikir bahwa ia memiliki bakat untuk menghibur orang ya kenapa ngga dijadiin pekerjaan sekalian. Lalu dia upload tuh video dia ngelawak stand up di youtube sampai akhirnya ia ditemukan oleh Kompas Tivi.

Wow.

Saya selalu suka cerita orang-orang yang menemukan passionnya. Membuat saya semangat dan ketularan energi positifnya.

Panji beruntung yah, tau passionnya di usia yang masih terbilang muda. Ngga semua orang lho tau apa passionnya.



Baca tentang passion lainnya ya.

Gesi:


Icha :

Nahla :


Banyak banget orang yang bahkan sampe usia lanjut baru ngeh apa passion diri dia.

Kolonel Sanderslah contohnya. Setelah meniti karir dari Sales manlah, tukang parkir, pom bensin, sampai akhirnya ia memulai bisnis rumah makan hanya karena seorang gelandangan mengatakan bahwa di Kentucky tidak ada rumah makan enak yang membuat orang bisa makan dengan nyaman di dalamnya.

Karena ia suka ayam goreng, maka ayam gorenglah yang jadi menu andalannya. Karena kecintaannya dengan ayam goreng tersebut, sampe nyobain ratusan resep agar ketemu cita rasa ayam goreng sesuai yang diinginkannya. 11 bumbu rahasia Sanders, jadi temuan penting abad ini

Wow, keren ya....

Pasti bahagia sekali. Bekerja dan menghasilkan uang dari passion yang kita miliki seperti Panji dan Kolonel Sanders.

Iyalah, makanya ada pepatah yang mengatakan, pekerjaan paling menyenangkan di dunia ini adalah pekerjaan yang sesuai dengan passion. Karena ngga dibayar aja kita mau mengerjakannya, eh ini udah kitanya hepi, dibayar pulak, double combo.

Sebenernya passion itu apa sih?

Kalau menurut saya passion itu adalah sesuatu yang amat kita senangi saat mengerjakannya. Pokoknya ngga bosen melakukannya, senang saat mengerjakannya. Ya kalaupun bosen udah lama gitu menggelutinya, semangat untuk selalu mencari tahu dan belajar tentang hal tersebut. Kasarnya, dibayar ngga dibayar kita hepi melakukannya.

Maka itulah passion.

Kalau dipikir-pikir, saya termasuk salah seorang manusia yang agak telat menemukan passionnya.

Passion saya adalah menulis dan bekerja tentu saja.

Nah saya sadar kalau saya suka banget nulis baru beberapa tahun belakangan ini, sejak tahun 2008 tepatnya, namun semakin menguat di tahun 2011.

Sebelas dua belas sama Panji, saya menemukan passion menulis ya saat saya lagi mellow yellow LDR-an bersama suami.

Saat itu saya lagi pendidikan di BRI di Jakarta dan Mas Teguh di Medan. Hwoaaa bawaannya udah kayak pujangga 45 aja.

Saat sedih nulis
Marah nulis
Kangen nulis
Berantem nulis

Halah, pokoke semua mua ditulis.

Saat itulah saya tau ternyata menulis itu sungguh melegakan. Berawal dari notes-notes singkat di FB, lama-lama jadi tulisan panjang di blog ini, dan beberapa buku antologi yang sungguhlah sebenernya ngga bisa dibanggakan tapi cukup bikin koprol saat bukunya nangkring di rak Gramed. hahahaha.

Perkara menemukan passion ini, ngga semua orang bisa mak ndudul kayak saya dan Panji yang langsung tahu bahwa apa yang kami sukai ini adalah passion kami.

Kalau dalam kasus saya, saya langsung ngeh bahwa menulis itu bukan sekedar hobi tapi passion. Karena saya bener-bener mencintai dunia ini. Makanya mau kondisi gimanapun saya masih bisaaa aja nulis satu dua post di blog ini.

Kadang banyak yang nanya ke saya, " Kok bisa sih saya siang seharian kerja, balik ke rumah ada dua balita, dan blognya masih tetep update"

Nah itulah rahasianya. Ya passion itu.

Karena mau secapek dan sesempit apapun waktu yang dimiliki, untuk hal yang satu ini saya selalu bisa menemukan cara untuk mengatasinya. Mau di mobil, di kasur, pake laptop, pake hape, pake tab, saya selalu bisa menemukan cara untuk ngeblog.

Malah kadang ya, saat lagi kerja gitu, saya udah gregetan banget mau buka laptop dan nulis satu postingan gitu. Kalau udah gitu, biasanya saya langsung nulis di notes untuk mendiamkan ide yang lagi caper.

Sankin cintanya lagi sama tulis menulis, bahkan sampe kebawa ke pekerjaan. Saya mah kalau ngonsep surat, kata-katanya bisa kayak nulis blog hahaa, panjang dan penuh diksi. Lha ngasih instruksi ke bawahan aja bisa 2000 kata lho, LOL.

Maka berbahagialah saya, yang bisa menggabungkan pekerjaan dengan passion saya wahahaha.

Cause kata teman saya Arul yah "Work without Passion is Poison "

Makanya pentinglah menemukan passion untuk membuat hidup lebih bersemangat.


Gimana dengan orang-orang yang belum menemukan passionnya?

Ya ngga gimana-gimana.

Ngga ada batasan waktu kok untuk kita bisa menemukan apa yang paling bikin kita bahagia dalam hidup. Siapa tau kamu kayak Colonel Sanders, nemu passion di masa tua

But

Cara termudah menemukan passion itu ya dengan mencoba banyak hal baru.

Kalau kita masih bingung nih, apa ya passion kita, masak ngga bisa, menjahit kaku, nulis bingung, kerja kantoran ogah, ya coba atuhlah jualan tupperware. Siapa tau passion kita adalah berdagang.

Banyak main dan banyak mencoba hal baru adalah kunci. #sikap.

Gimana cara mengetahui bahwa sesuatu itu adalah passion kita?

Gampang banget, cukup lihat aja seberapa antusias kita kalau ada yang membicarakan hal tersebut.

Kalau ngga nemu juga?

Ya ngga apa-apa genks

Daripada sibuk mencari si passion, mending dalami saja apa yang sedang dikerjakan saat ini. Siapa tau kamu punya passion kayak saya. Bekerja.

Iya selain menulis saya suka banget kerja. bagi saya berada di kantor itu sungguh menyenangkan. Kalau ngga inget punya anak, mungkin saya bakal ngendon di kantor terus.

Nah dalami, dalami dan kuasai. Karena sebenarnya kita bisa hepi melakukan sesuatu salah satunya ya karena kita menguasainya. Setelah menguasai, enjoy, dan tadaaa lama-lama jadi passion kita deh.

Saat kamu akhirnya menemukan passion itu, percaya deh kamu akan bangun pagi lebih semangat dua kalinya dibanding sebelumnya.

Kemudian jangan lupa apa yang dikatakan Benjamin Franklyn:

“Jika passion sudah mengambil alih dirimu, lantas biarkan ‘ia’ tetap memegang kendali”. 
Jadi,sudahkah kamu menemukan passionmu? Siapa tau kamu menemukannua saat lagi patah hati? siapa tau kamu menemukannya saat kondisi kepepet.



Vaksin dan Cinta Ibu

Thursday, June 15, 2017
Tampaknya minggu-minggu ini bahasan soal vaksin masih menjadi trending topik sosial media.

Setelah peristiwa Jupe, orang langsung aware terhadap pentingnya vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks. Saya juga langsung berencana nih mau divaksin HPV, tapi belum bisa dilaksanakan saat ini karena kata dokter sebaiknya sebelum vaksin HPV, kita lakukan pap smear dulu. Dan pap smear bisa dilakukann setelah mens. Dan saya belum mens, jadi ya nunggulah beberapa hari ke depan. 

Nah kemarin, seorang anak artis dikabarkan terkena penyakit campak. Tak hanya seorang bahkan anak yang lainnya dari si artis itu juga tertular campak dari adiknya. Sontak kabar ini memunculkan kembali pro kontra soal vaksin.

Uuu yeah bahasan kesekian soal pro kontra mengasuh anak nih, pro vaksin dan anti vaksin.

Baca punya Gesi :




Sudah sejak lama saya membaca soal pro kontra vaksin ini. Entah sejak kapan tepatnya saya tidak tau, tapi konon katanya memang gerakan anti vaksin ini sudah ada bahkan sejak vaksin pertama kali ditemukan. Karena kan vaksin itu berasal dari kuman yang dilemahkan, jadi pihak anti vaksin khawatir malah vaksin bisa memicu datangnya penyakit.

Alasan kedua yang saya tahu adalah karena golongan anti vaksin menganggap bahwa manusia memiliki daya tahan tubuh alami sendiri, sehingga dengan pola hidup sehat dan makanan bergizi, seharusnya berbagai penyakit bisa dicegah.

Dan alasan ketiga yang mana merupakan alasan yang paling keras adalah karena proses pembuatan vaksin  mengandung zat yang berasal dari babi seperti enzim babi, pankreas babi hingga ginjal babi. Makanya sifatnya haram karena mengandung sesuatu yang haram.

Alasan berikutnya, berkaitan dengan isu-isu soal bawa vaksin malah bisa menyebabkan autis dan bahwa anak yang divaksin juga tidak dijamin bakal bebas dari penyakit.

Alasan selanjutnya ya konspirasilah, dan teori-teori lain yang yah sudahlah.

Yah namanya orang kan memang pemikirannya bisa banget berbeda, jadi saya positif thinking ajalah bahwa alasan-alasan ibu-ibu yang anti vaksin sebenernya ya sama juga seperti golongan ibu-ibu pro vaksin. Semua ujung-ujungnya berpendapat bahwa itu demi kebaikan anaknya.

Kebaikan anak versi orang bisa beda-beda lho, jangan salah.

Kalau saya pribadi?

Saya sendiri sangat pro dengan vaksin.

Dua anak saya, semuanya imunisasi full paket komplit. Tidak hanya 5 imunisasi yang diwajibkan pemerintah, bahkan imunisasi tambahan yang disarankan dokter anak saya juga saya berikan.

Alasannya?

Saya ngga punya alasan macem-macem, tapi saya ngga nemu alasan kenapa kok tidak memberi vaksin?

Ya why why why?

Padahal dengan memberi vaksin ke anak berarti kita sudah memberi hak hidup yang lebih baik padanya.

Gimana? Gimana maksudnya?

Dengan memberikannya hak kesehatan yang lebih baik melalui imunisasi berarti saya sudah melindungi sebagian dari masa depannya.

Memang benar bahwa yang namanya kesehatan itu faktor pendukungnya banyak banget. Ngga hanya karena sudah diimunisasi maka anak kita bakal pasti terhindar dari berbagai penyakit. Ada juga kok anak yang diimunisasi campak misalnya ya tetap terkena campak, diimunisasi influenza ya juga kena influenza. Ada faktor makanan, genetik, gaya hidup, lingkungan, daya tahan tubuh sebagai pendukungnya.

Namun, bagi saya setidaknya dengan memberikan imunisasi kita sudah melakukan pencegahan secara dini.

Bayangkan berapa banyak hal positif yang sudah kita lakukan hanya karena memberi kekebalan tambahan bagi anak kita.

Pertama, kita sudah memberinya kesempatan tumbuh dan berkembang dengan risiko penyakit yang diminimalkan. Jadi di saat-saat ia memang seharusnya menikmati masa kecilnya untuk bermain, dan belajar bersama teman, ya dia bisa menikmatinya.



Pernah lihat anak yang terkena polio kan?

Polio itu adalah penyakit yang menyebabkan kelumpuhan yang biasanya menyerang anak-anak di usia 3-5 tahun.

Bayangkan yah kalau amit-amit ada anak yang terkena polio. Tentu hidupnya tidak akan dilalui seperti kebanyakan anak-anak lain. Dia ngga bisa berlari, ngga bisa main, ngga bisa lompat, guling, dan apalah seperti anak lainnya.


Nah polio ini merupakan salah satu penyakit yang sampai saat ini tidak dapat disembuhkan. Ngeri kan?

Namun walau tidak dapat disembuhkan tapi bisa dicegah dengan pemberian imunisasi , pakai vaksin polio (OPV ). Dengan pemberian berulang kali, maka vaksin ini akan melindungi anak seumur hidup.

Itu baru polio, belum penyakit seperti campak, meningitis, tetanus.

Tuh , percaya kan bahwa dengan pemberian vaksin , kita sebagai orangtua sudah memberi hak hidup yang lebih baik untuk anak.


Alasan kedua, dengan memberi vaksin, kita juga turut memberi kesempatan hidup yang lebih baik untuk anak lain.

Hampir semua penyakit yang ada vaksinnya itu adalah penyakit yang bisa menular dan ditularkan. 

Saya mau ambil contoh virus Rubella aja deh. 

Virus Rubella itu bisa menular melalui butiran liur di udara yang dibawa bersin atau batuk. 

Nah virus ini kalau terkena ibu hamil terutama di semester awal kehamilan bisa menyebabkan anak yang dilahirkan mengalami syndrom rubella kongenital yang menyebabkan cacat lahir pada bayi, seperti tuli, penyakit jantung kongenital, kerusakan otak, organ hati dan paru-paru.

Nah FYI, saya dikasih tau Gesi nih, yang pernah terserang virus Rubella, bahwa anak-anak penting banget divaksin rubella, karena apa?

Karena, misalnya nih ya, seorang anak tidak divaksin rubella, trus dia tertular virus rubella, lalu di sekolah dia main nih sama anak-anak dan guru. Eh ndilalah si guru lagi hamil, dan belum pernah imunisasi Rubella, akhirnya di ibu guru tertular. Akhirnya anak yang dikandungnya pun bisa tertular virus Rubella.

Hiii, gimana coba, perasaan kita kalau ternyata gara-gara anak kita yang tidak kita imunisasi rubella, malah membuat anak ibu guru tertular virus Rubella dan anaknya lair tidak seperti anak-anak lain.

Sedih kan?



Jadi, ngga hanya tentang kesehatan anak kita ini mah. Dengan vaksin juga kita turut serta menyelamatkan hidup anak orang lain.

Ngga tau deh ibu-ibu lain gimana. Kalau saya ya, saya paling menjagaaa banget gimana caranya supaya anak saya itu ngga menyebabkan sesuatu hal buruk ke anak orang lain, semampu saya.

Dulu pas Tara masih di daycare, setiap anak saya sakit flu, Tara pasti ngga saya masukkan ke daycare, dia tinggal di rumah sampai sembuh. Demikian juga pas Tara udah sekolah, saat dia flu atau batuk, saya minta ijin ke bu guru agar dia ngga masuk.

Bukan karena saya manjain anak, tapi semata karena saya ngga mau anak saya nularin flu dan batuk ke anak orang lain. Saya ngga ngejudge ibu lain yang tetap membiarkan anaknya sekolah walau kondisinya lagi sakit. Mungkin ngga ada yang jaga di rumah. Yang pasti, dari diri pribadi saya ngge pengen aja anak-anak lain sakit gara-gara anak saya.

Walau yang katanya anak sakit flu-flu atau batuk mah biasa, ya monggo. Tapi bagi saya, kalau memungkinkan ya sebaiknya di rumah saja sampai sembuh.Kasihan anak lain kalau ketularan.

Saya ngga tau ini berlaku ngga sampai Tara sekolah SD ntar.

Masih banyaklah contoh lain.

Misal ada anak-anak yang mengidap alergi tertentu atau tengah menjalani pengobatan. Nah anak-anak yang lagi sakit ini ngga bisa diimunisasi. Jadi penting bagi anak-anak kita yang sehat untuk diimunisasi, agar anak kita tidak sakit atau terpapar virus, sehingga tidak  menularkan virus tersebut ke anak lain yang sakit dan tidak bisa diimunisasi.

Duh belibet ya.

Ini kayak mata rantai gitu. 

Jadi kita mengimunisasi anak kita untuk menyelamatkan anak yang tidak bisa diimunisasi juga.

Makanya, saya bilang dengan tindakan kecil kita mengimunisasi anak, kita sebenarnya sudah berkontribusi banget untuk kehidupan yang lebih baik, untuk kesehatan anak-anak kita dan anak-anak orang lain.

Makanya saya berpendapat, bahwa imunisasi adalah  salah satu bentuk cinta dan kasih sayang saya kepada anak, ahsek.

Apalah artinya duit yang dikeluarkan untuk imunisasi komplit, dibanding efek jangka panjang yang bisa dicegah dan bisa dihindari.

Karena sebenernya dengan mengeluarkan biaya imunisasi , kita justru sedang berhemat. Hemat uang untuk pengobatan jika dia terkena penyakit seperti yang saya sebut di atas, dan hemat waktu juga. Coba itung aja berapa banyak waktu yang kita harus sediakan saat anak sakit, ngapa-ngapain jadi ngga bisa.

Lagian ada kok imunisasi gratis yang disediakan pemerintah.

Mengenai Keharaman bahannya

Kalau masalah soal keharaman bahan-bahannya, menurut yang saya baca, bagian dari babi itu hanya sebagai katalisator . Dan yang namanya katalisator itu tidak ikut bereeaksi, dia tuh hanya sebagai bahan untuk membantu reaksi terjadi, entah untuk memisahkan zat yang dibutuhkan, atau tujuan lain. Pada hasil akhirnya, enzim yang berasal dari bagian babi tidak akan terdeteksi lagi, karena akan mengalami proses pencucian, pemurian, hingga penyaringan. Wallahu alam.

Ini Kata MUI

“Namun, dalam kondisi tertentu ketika tidak ada bahan atau enzim (halal) lain maka dimungkinkan pembolehan vaksin dari bahan najis atau haram. Ini sama seperti yang dilakukan nabi dalam menggunakan air kencing yang jelas-jelas najis dan haram untuk pengobatan,” katanya, di Jakarta, Senin (20/4). Jika belum ada materi zat vaksin yang tersertifikasi halal maka boleh digunakan semata-mata untuk melindungi jiwa. 
Mengenai imunisasi bisa menyebabkan autisme?

Sampai sekarang belum ada buktinya.Ya kalau ada anak yang diimunisasi terus terkena penyakit autis, mungkin itu hanya satu dari sekian kejadian yang ada. Memang imunisasi kan tidak menjamin bahwa anak kita bakal terbebas penyakit seratus persen. Namun imunisasi mencegah itu terjadi dan kalaupun terkena penyakit terntentu, dengan sudah divaksin maka akibatnya jauh lebih ringan dibanding tidak imunisasi sama sekali.

Mengenai manusia punya daya tahan tubuh sendiri?

Iya, tapi penyakit juga berkembang terus menerus. Lagian apa kita bisa menjamin bahwa gaya hidup kita sehat banget. Mencegah tentu lebih baik dari mengobati.

Makanya saya pikir, tidak ada alasan untuk tidak imunisasi., karena manfaat yang didapat itu jauuuuh lebih banyak dari mudharatnya.

Semoga anak kita sehat-sehat semua yah baik yang diimunisasi maupun yang tidak diimunisasi.

Karena saya percaya semua ibu pastilah akan sedih kalau anaknya sakit.

Buat ibu-ibu yang anti vaksin, coba kita pikirkan ulang setiap keputusan kita. Pikirkan bahwa apa yang terjadi di anak kita, bisa jadi akan berpengaruh kepada anak lain. Iyes kita punya tanggung jawab untuk masa depan anak kita dan masa depan anak orang lho.

Jangan sampai karena keputusan kita yang salah,maka wabab penyakit yang sudah hilang malah bisa muncul lagi. 

Jadi, anak kalian sudah diimunisasi belum?

Ayo imunisasi, karena imunisasi itu bentuk kasih sayang dan cinta kita untuk anak dan untuk generasi mendatang.

Kita punya tanggung jawab bersama terhadap kesehatan anak-anak kita.

Share ya biar ibu-ibu lain baca, siapa tau bisa menggugah untuk segera imunisasi anaknya.




The Best Things After Turning 30

Wednesday, June 7, 2017
Life Begin After 30

Kata orang hidup itu baru dimulai di usai 30 tahun.

Benarkah?



Dulu saat saya masih usia 20an lah ya, setiap melihat orang-orang usia 30 itu seperti melihat sosok dewasanya manusia. Di usia tersebut sepertinya orang terlihat lebih mature, tenang, dan..... tua.

Iya, kelihatan tua, rasanya kayak udah ibu-ibu bangetlah kalau udah 30 tahun.

Makanya saat ultah ke 30, tiga tahun yang lalu, saya panik. Oh, shit i turned to 30 years old, damn, what should i do.

Hwaaa aku dah 30 tahun, apa yang sudah kulakukan sepanjang 30 tahun ini, dan aku TUAAAAAAAAAAAAAA, AAAAAAAAk.

Baca Punya Gesi :


Iyes, hal yang paling menakutkan bagi saya adalah menjadi tua dan tidak berfaedah. Alias tua-tua sendiri ngga ada manfaat dan pencapaian.

Setelah 3 tahun melewati usia yang bisa dibilang mendebarkan ini, banyak hal yang bisa saya pelajari.

Saya lebih dewasa

Ciyeee ciyeee

Iyalah lebih dewasa. usia 30 itu seperti garis start menapaki hidup ke tingkat lebih tinggi. Kalau main games, kita tuh udah naik level. Ini pembandingnya diri sendiri, bukan orang lain.

Hal yang paling saya sadari perubahannya adalah, cara saya memandang orang lain.

Iya, dulu tuh kalau melihat orang yang entah gaya hidupnya, cara berpakaiannya, cara fikirnya berbeda dari saya, atau berbeda dari orang pada umumnya, saya pasti bakal ngedumel dalam hati, dan sibuk menilai si orang tersebut.

Misal ya saat melihat teman kantor selingkuh, saya pasti yang sok mau jadi penasehat gitu, dan sok mau jadi penyelamat hidupnya. Merasa dia salah dan harus diluruskan, lalalalalala. Pokoknya merasa dia salah, dan harus diingatkan. Tanpa sadar saya ngejudge dia dalam hati., " Jadi orang kok ngga bisa setia sih"

Biasanya dulu saya akan otomatis menjauhinya. Maleslah deket-deket sama orang selingkuh, ya masa orang ngga setia ditemani sih.


Kalau sekarang, udah beda banget saya memandangnya.

Saya tetap berpendapat selingkuh itu salah, tapi saya udah ngga ngejudge lagi. Dalam pikiran saya yang ada malah, " Hmmm mungkin dia punya masalah yang aku ngga tahu", Saya jadi bersikap bahwa itu adalah urusan pribadinya, who i am to judge her or him.Biarkan ia menyelesaikan masalahnya, toh ia sudah dewasa.  Sebagai teman , ya saya tetap berteman seperti biasa. Alih-alih menyudutkan dia, saya malah memilih untuk lebih sering jalan bareng mungkin dengan dia. Ya kali dengan begitu dia jadi males selingkuh, kan udah ada teman ngobrol dan main, lol.


Keusilan Berkurang

Ini masih berkaitan dengan soal dewasa.

Mungkin karena udah makin banyak orang-orang yang ditemui, makin banyak mikir dan makin banyak pengalaman, membuat keusilan saya untuk ngurusin hidup orang lain jauh berkurang.

Dulu kalau lihat teman yang gajinya sama dengan saya kok gaya hidupnya mewah sekali, nongkrong di cafe keren tiap weekend, beli barang always bermerk, tapi kok pas jam makan siang kantor irit bener, pasti dalam hati udah ribut sendiri, nyinyir.


" Ih kalo aku ngga akan mau gitu, ngapain demi gaya, gaji kok malah abis gitu"

Iya seusil itu.

Kalau sekarang mah woles. 

Sekarang tuh mikirnya lebih ke, ya setiap orang pasti udah taulah konsekuensi apapun yang dilakukannya. Dan menyadari bahwa setiap orang punya standard hidup yang diyakininya, lha ngapain saya rese.

Teman beli tas bermerk misalnya walau kita tau gajinya sama, ya ngapain diusilin, biarin aja mah, duit-duit dia, ngga ganggu hidup gue juga. 

Dia mau sok nggaya nongkrong di cafe keren demi update di path or Instagram, ya apa jadi  masyalah buat gw. Kalau memang itu membuat hidupnya bahagia, so what?, kok saya harus rese.

Beneran, usia 30 tahun ternyata membuat saya suka yang mikir " Ah elah hidup udah ribet, ngapa gw harus diribetin dengan meribetkan hidup orang, dengan pilihan orang"

Cenderung selfish sih, tapi versi dewasa, bahwa setiap orang punya cara hidup masing-masing.

Kalau saya nyaman dengan gaya hidup biasa-biasa aja, ya ngga berarti orang lain harus begitu.


Gambar dari Sini


Ngga Terlalu Peduli Dengan Omongan Orang

Gambar dari Sini


Jujur aja, point ini adalah hal yang paling saya syukuri dari usia 30 tahunan. 

Ternyata waktu hidup berbanding lurus dengan space otak dan perasaan, lol.

Iya, semakin tua, ternyata kapasitas otak dan hati kita dalam merespon lingkungan semakin luas sekaligus semakin sempit.

Iya, jadi cara pandang kita makin luas, sekaligus kita mikirin space otak yang terbatas, ngga boleh disia-siain untuk mikirin hal ngga penting.

Jadi, kalau dulu, mau melakukan apa-apa, yang terfikir duluan itu, apa ya pendapat orang.

" Ih kalau aku ngga ikut karakoen bareng teman, apa ya kata mereka, jangan-jangan mereka nganggap aku sombong"

" Kalau ntar ada yang bertamu ke rumah, trus lihat rumahku ngga punya perabot, apa ya kata mereka, masa percuma suami istri kerja, rumahnya ngga ada isinya"

Sekarang boro-boro mikirin isi rumah, yang lebih dipikirin malah gimana biar di rumah bisa istirahat dengan tenag aja, hahaha




Lebih Simpel

Percaya ngga percaya, after turning thirty hidup itu kok malah jadi lebih simpel.

Berpakaian jadi lebih simpel. beneran, dulu saya ribet banget lho soal pakaian. Ribetnya bukan berarti pakai baju macem-macem yang gimana gitu. Tapi ribet mikirin, eh kalau aku pakai baju ini, ngga cocok ah sama acaranya, pakai baju itu ngga pas sama udaranya, sama cuacanya. Pokoke ribet. Karena ini masih ada hubungannya dengan point di atas, masih mikirin omongan orang.

Kalau sekarang ya pakaiannya simpel. Yang mana yang buat saya nyaman ya saya pakai, ngga mikirin orang ntar mikirnya saya sok abege, atau ih udah tua kok sok masih pake jeans, kok jilbabnya ngga syar'i.

Bukan berarti hidup mengalami kemunduran, tapi ya itu, udah males ribet sama hal begituan. Kalau kata kasarnya, " Serah deh orang mau lihatnya gimana, yang tau gimana-gimananya mah guwe"

Jadi lebih mikir ke esensinya. Misal darpada ngeribetin pakaian, gimana kalu berusaha lebih ramah sama orang lain aja. Daripada ribet mikirin panjang pendek jilbab, gimana kalau lebih banyak melakukan hal yang berfaedah aja.



Lebih Woles

Dalam berhubungan dengan orang lain atau bereaksi dengan hal-hal di luar diri saya, saya merasa juga jadi lebih woles.

Kayak misalnya lagi pergi sama suami recananya mau memperbaiki laptop yang rusak, eh sampai di tempat reparasi ternyata ....laptopnya ngga dibawa. Lol.

Kalau dulu, wah udah pasti perang badar lah ini, bisa ngamuk saya. Sekarang mah woles, dibawa ketawa aja, trus lanjut ngadem ke mall.

( Baca : Suami Nyebelin )

Imbasnya juga kebawa di pekerjaan. Dulu mah sama rekan kerja aja, kalau ada kerjan yang ngga beres, saya bisa berapi-api marahnya.

Ia saya kan defaultnya sebenernya pemarah ya. Jadi dulu misal, dikasih kerjaan yang sama sama atasan, trus saya selesai ngerjain, sementara rekan kerja ngga selesai. Waaah bisa terjadi perang dingin, bisa saya diemin tuh orang sampe beberapa hari.

Sekarang mah woles. 

Saya kasih kerjaan ke bawahan, suruh sediain data untuk periode akhir Mei, doi kasih data Juni, karena mungkin dia mikirnya mending ngasih data terakhir aja biar update, padahal memang ada yang mau saya lihat di data bulan Mei. Mungkin kalau ini kejadiannya beberapa tahun yang lalu, udah pasti say bakal langsung ngomel sambil bersungut-sungut bilang " Gimana sih, tadi kan ibu minta data Mei, kok kamu improvisasi sendiri kasih data Juni ", pasti ini mah, saya udah bayangin.

Kalau sekarang, palingan lihat datanya trus bergumam " Yah kok salah sih", udah gitu saya bakal melakukan opsi, cari data sendiri kalau memang butuh banget saat itu juga, atau nunggu besok, minta dia kerjain lagi.

Ternyata woles itu bikin hidup tenang yah dan ngga kemrungsung.

Carpe Diem Seize The Day

Naini.

Sebenernya kesimpulan dari turning thirty itu ya ini

Di usia segini, masa-masa pencaian jati diri udah lewat. karir udah lumayan, rencana masa depan mau ngapain-mau ngapain udah terlihat titik terangnya, walau tentu masih diwarnai sedikit kekhawatiran, bisa ngga ya mencapai goals dana pendidkan anak, dan haji, dana pensiun, namun minimal udah on the track ke arah situ.

Karena less worries, jadinya menimati hidup saat ini itu lebih terasa penting.

Alih-alih sedih mikirin ngga bisa datang ke ultah anak yang sudah direncakan, saya memilih lebih fokus ke apa yang saya kerjakan saat itu biar cepat selesai, kemudian memikirkan ulang tahun susulan.


Alih-alih mikirin kok bisa bulan ini pengeluaran gila banget, saya lebih mikirin ya udah nikmati aja sisa duit yang ada.

Alih-alih mikirin gimana kalau suami macem-macem di masa datang, mending nikmati kebersamaan saat ini.

Live the moment




Wah masih banyaklah perubahan positif yang saya rasakan setelah usia 30 tahun, mungkin ada pengaruhnya juga dengan tingkat kemapanan hidup kali yah.

Kalau dulu mungkin pikiran banyak bercabang. ya mikirin gaji yang belum sesuai keinginan, mikirin kerjaan, mikirin anak yang masih butuh banget perhatian, mikirin eksistensi, lalalala.

Sekarang di kerjaan juga udah mayan settle dan mapan, meski konversinya adalah tanggung jawab lebih gede, tapi jadi lebih tenang aja jalani hidup.




Lihat orang beda pendapat, " Ah biasa itu, namanya manusia, kalau seragam semua apa enaknya"

Lihat orang berbuat salah, " Ah, aku juga dulu pernah salah, mungkin dia lagi diuji biar lebih baik lagi "

Lihat orang norak di sosmed "Ah mungkin itu yang membuatnya bahagia, happy for you juga yah"

Lihat mantan?. " Mantan? Siapa ya, sudah lupa tuh? " wahahahahah




Jadi kalian yang mau memasuki usia 30, jangan khawatir dan jangan panik. 30 memang angka yang mengerikan. It's old, it's scary, remember 10 years from now, YOU WILL BE 40. OMG. but it's chalenging.

Life begins at 30 and you will become a better human being. Trust Me.



Btw kalian tau ngga sih usia saya berapa, wahahahahah

Suami Nyebelin

Thursday, June 1, 2017



Halo ibu-ibu dimanapun kalian berada.

Kalian pernah sebel ngga sama kelakuan suami. Sebel level males ngomong sama blio sampe level sebel dan pengen nyanyi lagu Betharia Sonata " Pulangkan saajaaaa aku pada ibuku atau ayahku, uwo uwo uwo "

Kalau saya?

Pernah banget 

Adaaa aja gitu hal yang menyebalkan dari suami yang pas saat kejadian bikin pengen teriak di kuping dia, tapi ya sebel-sebel gitu tetep cinta sih, aku lemah.

Mungkin kalian juga mengalaminya. apa sajakah itu?

Baca Punya Mereka Juga Ya :

Gesi



TIDAK PEKA

Ada satu hal yang saya sadari tentang kenyataan dalam pernikahan dan mungkin kalian juga menyadarinya. 

Ternyata, segala hal yang terjadi , prinsip atau kondisi apapun yang berlaku umum saat sebelum menikah, maka setelah menikah menjadi kebalikannya, literally, bukan cuma slogan, tapi nyata dan terjadi hampir di seluruh pernikahan.


Dulu sebelum menikah, posisi perempuan itu ada di atas angin. Okelah bukan di atas angin tapi di atas pria. Mau ngambek ya ngambek aja, mau marah ya marah aja, males nerima telfon ya tinggal matiin, males ketemu ya tinggal bilang ngga ada saat didatengin, pokoke bargaining positionnya setingkat lebih tinggilah dibanding si pria.

Karena ntar pasti ujung-ujungnya si pria minta maaf, kalau masih cinta ya.

Karena pasti toh ntar tetep nyoba nelfon balik sejam kemudian.

Ini saya ngomong yang berlaku umum, bukan untuk special case. 

Yang pasti saat sebelum menikah, pria itu bisa menekan egonya sampai ke titik dasar, sekali lagi if he loves her . 

Namun setelah menikah, sedikit banyak keadaan berbalik. Pokoke mereka tuh ya kadang jadi makhluk yang paling menyebalkan.

Entahlah, setelah menikah kok rasanya perempuan itu lebih banyak ngalahnya, lebih besar pengertiannya, lebih mudah memaafkan. Ngga bisa lagi ngambek-ngambek ngga penting, karena suami kadang ya ngga seheboh dulu mau minta maaf. Boro-boro, kadang merasa salah aja ngga. Kita udah sewot seharian, eh dia lempeng kayak ngga terjadi apa-apa, kitanya malah jadi gondok setengah mati.


Pernah dengar kan kalimat ini.

 " Setelah menikah, perempuan selalu berharap suaminya berubah, sebaliknya laki-laki berharap istrinya tidak pernah berubah"

Ini maksudnya, perempuan tuh selalu berharap setelah menikah, suaminya itu yang dulu kekanak-kanakan bisa berubah lebih wise, lebih mature, lebih segalanya lah, Sedangkan laki-laki pengen istrinya ga berubah, tetap langsing, awet muda, singset selalu, wahahahah, maumu.

Nah, menurut saya kalimat itu justru terbalik. 

Harusnya " Setelah menikah, perempuan selalu berharap suaminya ngga berubah, tetep aja kayak jaman sebelum nikah dulu, suka manjain, salah ngga salah pokoknya minta maaf, penyabar, dan mau melakukan everything untuk kita". 

Kan gitu kan ya sebelum menikah. Makanya kita ((KITA)), saya sih maksudnya suka kan mengulang-ngulang kata " KAMU BERUBAH UDAH NGGA KAYAK DULU LAGI"

Huhuhu bagian ini sungguh paling sering bikin saya dan suami diem-dieman seharian. 


Kadang saya heran, muka udah nyureng-nyureng, nada suara udah ketus, tetap aja ngga peka kalau saya lagi marah, lagi ngambek, pengennya disayang-sayang, dibujuk-bujuk, eh dia lempeng tetep nonton bola kayak biasa, lempeng tetep sok ngajak kita ngomong, ngajak becanda. Bikin sebel.

Masa ya mereka ini para suami ngga ngerti, bahwa kalau udah level istri cerewet tiba-tiba jadi pendiem, maka itu alarm bahwa ada yang salah, ada yang bikin dia kesal, maka harusnya ya hai para suami, " TANYA DONG, TANYA ISTRINYA KENAPA", bukannya malah dicuekin.

( Baca : Istri Cerewet )

Aduh sungguhlah saya tak mengerti otak pria, kok bisa ngga sensitif sama sekali, huuuft. Aku kesel kalau diginiin.


SOLUSI :

Akhirnya berdasar pengalaman bertahun-tahun, saya jadi mengerti memang yang namanya pria itu sepertinya ngga bisa menagkap hal-hal berupa kode, atau isyarat. Mereka adalah makhluk yang tidak bisa membaca tanda-tanda, mereka makhluk permukaan, alias harus terang benderang jelas terpampang dilihat dan jelas clear dikatakan baru ngeh.

Makanya ya, kalau saya lagi bete sama suami, sekarang saya ngga main kode-kode, langsung aja ngomong " Mas aku tuh lagi marah sama kamu karena lalalalalala"

Kadang walau udah dibilangin begini masih aja ngga peka, tetep merasa mungkin " Ah paling ntar baik sendiri", maka saya akan tetap mengingatkan dia " Mas aku masih marah lo sama kamu, kenapa kamu ngga minta maaf sama aku" kemudian nangis , LOL.

Apakah ini berhasil?

Biasanya berhasil.

Tau ngga sih, kenapa perlu mengkomunikasikan perasaan kita ke pasangan?

Mungkin kelihatan lebay, " Ih apaan sih, masa aku minta-minta supaya suami minta maaf, gengsi dong"

Perasaan negatif yang ditumpuk terus menerus akan membuat bibit-bibit ketidaksukaan dengan pasangan. Kalau ngga dikomunikasikan dan kita merasa bahwa perasaan kita diabaikan, maka jangan heran suatu saat akan meledak berupa pengungkitan-pengungkitan kesalahan di masa lampau.

Makanya ya perempuan itu butuh apology yang tersurat, permintaan maaf yang dikatakan, bukan sekedar gestur.

Jadi, para suami, tolong yah tolong, kalau istrinya lagi marah, ngambek, even karena hal yang mungkin di mata kalian terlihat remeh, tolong kembali menjadi sosok seperti sebelum menikah dulu, yang suka meminta maaf, karena saat kamu minta maaf, istri tuh merasa kalau perasaannya dihargai, merasa bahwa suaminya sayang sama dia.


LUPA

Hal menyebalkan kedua yang paling sering dilakukan suami adalah, mereka sering lupa.

Iya, pria itu makhluk yang paling pelupa di dunia.

Mereka lupa kalau istrinya ini adalah dulu putri kesayangan di keluarga, mereka lupa kalau istrinya ini sebelum menikah dulu adalah gadis yang suka dipuji.



Iya, jadi terkadang suami tuh mikirnya istri itu adalah ibu dari anak-anaknya sekaligus merangkap jadi ibunya dia juga.

Makanya mereka tuh mikirnya kalau kita ingin pastilah wanita yang dewasa, yang bisa menyelesaikan segalanya sendiri. Masalah anak, masalah keuangan, masalah urusan rumah, semuanya dikira kita bisa handle.

Walaupun kita bisa melakukannya, alangkah senangnya kalau suami ikut turun tangan, ikut andil.


Suami-suami seperti ini memang bukan suami yang tidak pengertian, mungkin saja ia malah suami yang sangat mempercayai istrinya. Tapi mungkin mereka perlu disadarkan bahwa istri itu pengennya dia itu care. Ikut peduli atas apapun yang terjadi di rumah, minimal nanyalah.

Pulang ke rumah, kan ga ada salahnya nanya istri 

" Dek tadi anak-anak gimana"

Ini sungguhlah pertanyaan basa-basi tapi bisa bikin istri bahagia.

" Dek, uang belanja yang mas kasih, cukup ngga"

" Dek, rencana uang sekolah anak gimana yah, kita bikin planning apa?'

Pertanyaan seperti ini membuat istri tahu, bahwa dia ngga sendiri mikirin semua.


Kalau ada yang bilang istri adalah manager keluarga, maka harus diingat bahwa suami adalah kepalanya. ya masak semua diserahin ke istri.

Jadi para suami, tolong yah tolong jangan sampai lupa kalau istrimu itu di depan anak mungkin ia bersikap sebagai wonder woman, super mom, tapi di depanmu, dia tetap ingin diperlakukan ya seperti gadis yang dulu kau lamar bertahun-tahun yang lalu.

Yang buka botol aqua aja kadang minta tolong dirimu, walau di rumah emaknya ngangkat galon aja sanggup.




Iya, dia masih perempuan yang sama yang masih ingin diperlakukan seperti kala gadis dulu.

Jangan lupa puji dia saat pakai baju merah dan wajahnya terlihat cerah, atau saat pakai baju hitam dan ia terlihat langsing. Puji...puji... puji kami.



SOLUSI :

Jika suamimu lupa, jangan segan ingatkan dia. Mungkin dia memang lupa atau pura-pura lupa, Bilang ke doi, kalau kita pengen dipuji, kalau kita pengen dia nanya kondisi kita, nanya perasaan kita, kalau kita pengen dikasi kado, lol




Hmm apa lagi yaa.

Kalau bagi saya, dua hal itu sih yang paling bikin saya sebel sama mas Teguh. Dua hal yang kelihatan sepele tapi beneran kalau pas doi melakukannya saya tuh sebel banget, sebel level maleslah lihat dia. 

Saya sadar sih sebenernya yang namanya karakter orang itu ga bisa diubah. Kayak saya yang memang karakternya suka ngomong blak-blakan ketemu sama Mas Teguh yang karakternya tertutup, maka memang harus ada usaha dari kedua belah pihak biar bisa ketemu.


Usaha itu ngga bisa tunggu-tungguan. Harus ada yang mau dengan sukarela memulai.

Sebenernya di dalam hati pengen sih sebodo amat " Enak aja masa aku terus yang usaha buat buka percakapan, masa aku terus yang harus mikirin gimana biar tetap mesra", tapi kemudian saya mikir, lha kan yang karakternya suka ngomong memang saya, yang karakternya blak-blakan kan saya, bagi saya mungkin ngomong " Mas aku mau disayang dong" itu biasa aja, bagi masteg mungkin mau mengungkapkan sayang dengan kata-kata butuh waktu sampai Roro Jonggrang nikah sama Jaka Tarub dulu kali (plis ini ga usah ditelusuri ceritanya, saya asal nulis aja kok), makanya di banyak kesempatan, ya udah saya ngalah, ngomel-ngomel dah, sambil mengungkapkan apa yang saya mau, apa yang saya rasakan.

Menikah memang ngga mudah ya bu ibu. Saya merasakan benar bahwa menyatukan dua karakter yang sama aja masih akan banyak terjadi perselisihan, apalagi yang jelas-jelas beda. makanya KOMUNIKASI dan PENGERTIAN mutlak harus dibangun tanpa pernah merasa bosan.

Gagal, coba lagi, gagal coba lagi.

Dia nyebelin, kesel sih, tapi jangan lupa bahwa kalau kita sebelnya kelamaan tanpa berusaha mengkomunikasikan apa yang kita rasakan, maka kita sendiri yang rugi. 

Dia nyebelin sih,tapi jangan lupa juga akan kebaikan-kebaikannya.

Dia mungkin ga pintar bilang i love you dengan gamblang tapi dengan dia selalu menjaga kesetiaan dan kepercayanmu, mungkin itu cara ia mengungkapkan kata i love you.

Kembali lagi, saat suami lagi nyebelin, komunikasikan dan tetap ingat kebaikan-kebaikannya #ngomongsamacermin

Karena menikah itu memang harus diperjuangkan.

Kalian apa nih yang paling bisa bikin kalian sebel ke pasangan, sama ngga kayak saya?


Mau baca soal pernikahan lainnya, klik label Marriage ya 







8 Persiapan Menjelang Puasa dan Lebaran

Thursday, May 25, 2017



Waaa waaaaa lebaran sebentar lagi....

Yaelah sis, puasa aja belum, udah mikirin lebaran ajah, xixixi.

#GesiWindiTalk minggu ini kita mau bahas hal-hal apa aja nih yang udah rame dibicarain menjelang puasa dan lebaran.

Baca punya Gesi :


Ngga cuma temlen fesbuk lho, di Tivi juga udah mulai rame iklan sirup, biskuit, sampai iklan sarung. Pokoke menjelang ramadhan rasanya semua orang jadi banyak persiapan, dan banyak yang direncanain.

Kalau saya pribadi , ada beberapa hal yang memang selalu jadi rutinitas yang saya pikirin dan persiapkan menjelang ramadhan.

1. Waktu

Ah elaaaah, sok iye banget. kok persiapan waktu sih menjelang ramadhan?

Iyaaa, soalnya saat ramadhan semua jadwal itu harus disesuaikan. Karena waktu ngantor aja berubah lho. Yang biasanya masuk jam 07.30 sekarang dipercepat jadi 07.15, trus waktu istirahat juga dipercepat setengah jam, karena kan ngga ada makan siang, dengan adanya pemotongan waktu tersebut, maka jam pulang kantor jadi lebih cepat, yang biasanya 16.30 sudah boleh pulang sekarang maju jadi 15.45 wib, Yippiiiiie.

Btw tau ngga sih, itu penyesuaian waktu kerja menurut pengalaman saya bertahun-tahun, cuma di seminggu pertama doang berlaku. Setelah itu ritme kerja jadi biasa, eh pulangnya jadi tetep ke jam kantor biasa T__________T.

( Baca : Puasa Dari Masa Ke Masa )

Jadi, karena ada perubahan jam kerja, dan harus memikirkan waktu sahur, jadwal berbuka dan waktu tarawih makanya saya harus ngeset jadwal harian menyesuaikan itu semua.

2. Persiapan Isi Kulkas

Yoi, sebagai ibu bekerja yang hidupnya sangatlah bergantung pada si emba di rumah, maka saya harus mempermudah segalanya biar roda kehidupan di keluarga tetap berjalan stabil.

Salah satunya dengan persiapan makanan selama puasa ntar.

Jadi saya bakal belanja banyak dan nyetok makanan di kulkas yang bisa diolah secara gampang buat sahur.

Misalnya, ayam goreng lengkuas, bikin bakso (beli ding bukan bikin xixixi), minta bikinin rendang sama oma, trus nyetok aneka bumbu giling, segala sayur mayur,daging, buah, biar ngga rempong kalo masak untuk sahur.

( Baca : 7 Makanan Yang Harus Ada Di Kulkas )


3. Tiket Mudik

Yup, walau puasa aja belum dijalani, tapi tiket mudik udah harus di tangan. Lebaran itu salah satu waktu yang paling kami tunggu, karena itu adalah saatnya pulang kampung ke rumah mas teguh di Kutoarjo. jarak Kutoarjo-Jogja itu cuma sekitar 1,5 jam-an , jadi pulkam ke Kutoarjo sama aja dengan jalan-jalan ke Jogja, yipppieeeee.

Kemarin udah beli tiketnya, udah aman. Rencana mau berangkat hari Jumat sebelum sebelum lebaran, biar bisa sholat idul fitri disana.

Kalau tahun lalu, pulkamnya bareng oma, tahun ini kami sekeluarga doang. Masih deg-degan nih mikirin sanggup ngga ya saya bawa dua bocah pulkam. Bukan soal takut rewel sih, tapi takut saya ngga bisa nikmati liburan tanpa mba, hahahahahaha. Haish. Makanya dari sekarang udah buat perjanjian dengan suami, bagi tugas ntar siapa menghandle siapa selama di sana. Penting.

( Baca : Tips Mudik dengan bayi dan Todler Menggunakan Pesawat )


4. Pesen Kue

Ini nih , dari sekarang udah ada ditelfonin tukang kue. Ditanya-tanya mau pesen kue berapa. Lhaaa padahal saya mah jarang banget pesen kue, soalnya abis pulang dari Jojga biasanya lebarannya juga udah basi, dan biasanya juga jarang ada tamu, yo wis, palingan beli ajalah, ngga usah pesen-pesen segala.


5. Baju Baru

Hahaha ini kebiasaan dari dulu. Prinsip saya dan adek-adek, kalau mau puasa beli baju baru dulu.

Kenapa?

Biar ibadahnya khusuk, halah.

Tapi sampai detik saya nulis ini saya belum ada sih beli baju baru untuk saya ataupun untuk anak-anak. Jadi yah ntarlah nunggu mood saya bagus buat belanja. kalau moodnya ngga datang ya udah belanjanya di Jogja aja, biar kopernya ringan, xixi.

Apakah lebaran harus selalu baju baru?

Ya ngga harus sih. Tapi kalau ada rezeki ya kenapa ngga beli?

Selalu ada alasan untuk belanja ya sis.

( Baca : Merk Baju Bayi Berkualitas dan Terjangkau )

Tapi, walau baju baru belum beli, saya udah beli mukena kembaran sama Tara, yeyeyeyeye, biar ntar tarawihnya semangat anak sama bundanya.


6. Jadwal Buka Puasa Bareng

Jujur aja, in deep deep my heart saya ngga terlalu suka dengan berbuka puasa bersama saat ramadhan. Banyak alasannya. Diantaranya jadi ngga bisa bukber di rumah sama keluarga, trus karena kalau buka bareng di luar itu ntar rempong banget pas waktu sholat. Kalau dipikir-pikir banyakan susahnya, makanya mikirinnya aja males.

Tapi yah namanya juga hidup, apalagi saya bekerja, pasti ada aja tawaran bukber yang ngga bisa dihindari, misalnya buka sama teman satu bagian, sama atasan, atau malah sama nasabah?

Jadi, kalaupun ada acara buka bareng gitu, saya sebisa mungkin milih tempat yang ngga bikin riweh lah. Hotel, rumah teman atau resto yang lumayan gede bisa jadi pilihan. Karena ketiga tempat di atas pasti menyediakan mushola yang nyaman, dan ngga berebut dengan pengunjung lain saat mau sholat.

Ya kan ngga lucu, gara-gara buka puasa bareng malah sholat maghribnya lewat.

( Baca : Buka Puasa Bareng Yuuks )


7. Nyiapin Parcel Lebaran

Wah bagian ini saya suka banget nih. Tiap tahun kegiatan nyiapin parcel itu selalu bikin hepi. Biasanya saya bikin parcel ala-ala gitu, bukan yang dibikin cantik-cantik gitu sih, cuma parcel yang dikotakin buat handai tolan yang berhak mendapat sedekah dan zakat.

Isinya juga ngga macem-macem, sembako doang, beras, minyak, gula, teh, sirup, kue.

Percaya ngga percaya, kita yang ngasih aja bahagia banget lho, bayangkan yang nerima gimana bahagianya.

Makanya bagian ini saya suka banget, karena membuat saya bahagia dengan membahagiakan orang.



8. Persiapan Ibadah

Uwuwuwuwuw. The last but not the least, ini yang paling penting. Menjelang puasa harus persiapan dulu nih ibadahnya. Iyalah ya kita mau ujian aja persiapan dulu, apalagi mau ramadhan. Kan puasa ini termasuk ujian dari menahan hawa nafsu.

Jadi yang saya lakukan, bersihin hati dulu, caranya dengan memaafkan semua orang tanpa terkecuali baik yang minta maaf maupun yang tidak, pokoknya dimaafin semua.

Kemudian, searching lagi di internet tentang amalan-amalan penambah pahala di bulan ramadhan. Sebenarnya udah tau sih, tarawih, tadarus, banyak baca qur'an, banyakin sholat sunah, banyakin sedekah, banyakin berbuat baiklah pokoknya.

Wadaw memanglah ya bulan ramadhan itu bulan penuh berkah, semua orang mau berlomba-lomba berbuat kebaikan di bulan itu.

Trus persiapan lain, ya mengkondisikan diri supaya lebih adem hatinya, ngga mudah terpancing emosi. Mungkin saya bakal mengurangi bersosmed kali yah, ntar mau ngurangi bikin-bikin status ngga penting, palingan banyakin share-share blogpostnya aja, eeeaaaaa. Selain biar nambah PV juga ngurangi kepeleset sama dosa tak penting karena sosmed.

Semoga penghuni dunia maya juga berhenti perang-perangannya, aamiin.

(Baca : Afi, Iman dan Ilmu )

Oya persiapan ibadah ini termasuk juga udah nyiapin alokasi buat zakat fitrah, jangan lupa ini, biar ngga kelupaan.


Hmmm, aduh baru ngomongin aja saya udah semangat banget nih, hahahaha. Pokoknya setiap tahun, menjelang puasa gini bawaannya hepi banget, apalagi di tahun ini saya udah ngga nyusui jadi puasanya semoga lebih mudah, aamiin.

( Baca : Tips Puasa Bagi Ibu Menyusui )


Kalau kalian persiapannya apa aja nih atau udah mikirin apaaaaaa untuk puasa dan lebaran?


Custom Post Signature