Showing posts with label #GesiWindiTalk. Show all posts
Showing posts with label #GesiWindiTalk. Show all posts

Tentang Memposting Foto Anak di Medsos

Wednesday, May 3, 2017



Hmmmm ini sebenarnya topik basi sih, udah banyak banget yang bahas, di status maupun di blog.

Tentang boleh atau tidak boleh memposting foto anak di media sosial.

Sepertinya untuk pertanyaan yang satu ini bisa dipastikan hampir semua orangtua berpendapat sama, bahwa yang namanya memposting foto anak di medsos, entah itu di facebook, di IG, di blog sebisa mungkin dihindari.

Nah kalau pertanyaan itu diajukan ke saya gimana?

Baca punya Gesi :

Kalau saya pribadi sih memperlakukan soal posting memposting foto anak, sama dengan posting memposting foto saya pribadi. Kalau saya rasa ada manfaatnya buat diposting ya diposting, kalau ga ada manfaatnya ya di keep sendiri.

Manfaatnya itu macem-macem, yang dinilai berdasarkan saya sendiri. xixixi iyalah kan bermanfaat menurut saya bisa jadi sampah bagi orang lain begitu pun sebaliknya.



Kadang saya post karena saya anggap mereka lucu banget, dan saya lemah terhadap kelucuan anak sendiri.

Kadang saya post, karena ada yang ingin saya ceritakan dibalik foto itu.

Bahkan kadang saya posting foto hanya karena saya rasa fotonya cakep, dan ini layak untuk dishare.

Selama ini, saya biasa aja dalam memposting foto anak. Tidak memprotect sedemikian rupa namun ya ngga diumbar-umbar sembarangan juga. 

Biasa aja, layaknya foto yang lain.

Karena ya ngakulah, saya ini masih banci sosmed yang belum bisa menahan diri untuk tidak posting-posting foto anak.

Saya ngga punya pembelaan apa-apa dalam hal ini.

Iya saya ibu yang memposting foto anaknya di sosmed. Silahkan Judge saya, saya ngga akan membela diri.

Saya ngga akan bilang bahwa foto anak adalah mood booster saya atau posting foto anak agar menginspirasi orang lain.

Nggaaaa. 

Saya tahu konsekuensinya seperti yang sering ditulis di banyak tulisan parenting. Soal bahaya pedofil, soal bahaya penculikan anak, soal berpotensi mereka malu di kemudian hari. Yup saya tahu dan mengerti konsekuensinya. Makanya hal yang saya lakukan ya meminimalisir risiko saja.

Saya percaya yang namanya kejahatan itu bisa ada dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.

Bagi orang lain mungkin cara terbaik adalah menutup semua akses agar kejahatan terhadap anak tidak akan masuk atau menyentuh anaknya, salah satunya dengan tidak memposting foto anak sama sekali di medsos.

Saya menghargai ibu-ibu yang punya pendirian seperti itu.

Nah, kalau saya mungkin punya pemikiran yang sedikit berbeda.

Mungkin karena pada dasarnya saya ibu bekerja, yang bahkan anak saja saya titipkan ke mba setiap hari, mungkin bagi orang lain ini aja udah horor banget.

(Baca ya : Nitipin Anak Sama ART, Ibu Macam Apa Kamu?)

Artinya, saya tahu segala hal di dunia ini yang kita lakukan pasti ada dua sisi. Ada risiko pastinya dan selain itu ada namanya hmmmm takdir ya.

Hmmm, jadi begini.

Saya berpikiran, saya ngga mungkin memprotect anak saya dari segala hal berbau digital. bahkan saya tidak mungkin memprotect anak saya dari segala ancaman luar. Karena yang namanya kejahatan tidak hanya ada di dunia maya, di dunia nyata juga banyak. Makanya saya katakan, ya saya memperlakukan foto anak biasa saja.

Saya hanya membiarkannya seperti hal lain, namun saya punya mitigasinya.

Karena kalau Gesi tuh suka bilang kan Carpe Diem, Seize The Day.

Yah saya sedikit banyak seperti itu, tidak mau terlalu mengkhawatirkan dunia ini. Karena kekhawatiran berlebih terkadang membuat kita malah tidak bisa menikmati hidup.

Saat anak tertawa, kita jepret dan kita bahagia karena itu, lalu mempostingnya, saya masih menganggap itu wajar saja.



Saya menikmatinya.

Saya menikmati momen itu.

Karena kalau semua saya khawatirkan, percayalah saya ngga akan bisa keluar rumah. Karena memang hidup saya ya udah penuh risiko.

Mikirin kejahatan pembantu
Kejahatan pedofil
Penculikan Anak
Penjualan Organ Tubuh anak

Masih banyak lagi,

Bukan berarti artinya saya tidak melindungi anak saya. Saya hanya melakukan perlindungan dengan cara lain.

Terkait kejahatan pedofil misalnya, yang bisa saya lakukan sebagai orangtua ya memberi pendidikan sex ke anak secara dini sesuai usianya.

Tidak membiarkan anak saya keluar rumah tanpa ditemani saya atau mbanya.

( Baca ya : Sex Education Untuk Anak, Perlukah )

Memberi tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.

Selain itu , karena usia anak saya juga masih kecil, ya saya menerapkan pengawasan melekat pada mereka selama 24 jam penuh. Saya mengontrolnya dengan menggunakan support sistem yang baik tentunya. Dengan mba masing-masing untuk anak, plus CCTV untuk memudahkan saya memantau aktivitas mereka.

Tidak ada satupun proteksi yang benar-benar akan melindungi anak kita dari kejahatan dunia luar.

Maka yang saya lakukan juga adalah berdoa.

Iya, berdoa sebanyak mungkin untuk perlindungan dan keselamatan mereka.

Karena Allah mah sebaik-baik penjaga. Siapa lagi yang bisa saya harapkan lebih dari itu.

( Baca : Hal-Hal Yang Bisa Diajarkan Kepada Anak 3 Tahun )

Namun, walau saya cenderung bebas dalam memposting foto anak, setidaknya ada beberapa aturan yang saya terapkan bagi diri sendiri dalam memposting foto anak .

1. Tidak memposting Saat ia Dalam keadaan tidak semestinya

Seperti dalam kondisi telanjang, atau yang memalukan. Yah saya ngga mau jugalah di kemudain hari anak saya jadi bahan bullyingan temannya gegara fotonya yang memalukan berseliweran di internet.

2. Tidak Mencantumkan Informasi Detail

Ya ini aturan baku ya dalam posting foto anak. Dan saya manaatinya. Saya cek lagi barusan, saya jarang menyertakan tag lokasi saat posting foto anak. Termasuk sekolah anak saya, ngga pernah dicantumkan.

3. Tidak Memposting Foto Real Time

Yup, hampir semua foto Tara dan Divya saya apload setelah sampai rumah kembali, jika fotonya saat kami bepergian.

4. Tidak memposting Foto dengan Anak Lain

Ini hampir tidak pernah dilakukan. Karena saya taulah ngga semua ortu suka anaknya nampang di sosmed. makanya ya biasanya foto mereka hanya sendirian.

5. Minta Ijin Sama Anak

Hahahah iya ini saya lakukan belakangan ini karena saya lihat Tara udah mulai ngerti. Jadi kalau mau posting saya tanya dulu sama Tara, " Ini boleh bunda aplod"

Tara udah ngerti kata aplod.

Dia bakal jawab iya, maka saya posting. Kadang dia jawab ngga boleh lho. Kalau ngga boleh ya udah ga jadi.

( Baca ya : Tentang Kata Jangan Pada Anak )

Udah sih gitu aja.

Kalau kalian ibu yang posting foto anak atau yang keep foto anak?

Postingan ini tidak untuk diperdebatkan ya, karena saya yakin setiap ibu punya proteksi masing-masing untuk anaknya.




5 Cemilan Favorit

Wednesday, April 19, 2017





#GesiWindiTalk kali ini atas request pembaca budiman kami mba Nez Agnez

Ngomongin cemilan, hmmmmm saya harus mikir dulu nih nulisnya, karena walau temanya ringan tapi saya harus merumuskan dulu definisi camilan itu yang gimana, halah. Karena sesungguhnya saya itu ngga benar-benar doyan ngemil, dalam artian orang awam.

Iya ngemilnya orang kebanyakan itu kan sebangsa makanan yang isinya angin doang kan yah. yang kayak keripik-keripik, atau chiki-chiki ringan dan tak mengenyangkan.

Baca Punya Gesi :


Nah masalahnya saya mah ngga suka makanan semacam itu, kalau pengertian ngemil itu adalah makan diantara waktu makan besar, alias coffee break alias makan sambil mengisi waktu luang, levelnya saya tuh bakso, mie ayam, pempek, siomay.

Sungguhlah bukan cemilan yang normal kan yah, LOL.

Makanya saya harus mikir lagi nih, hahahah.

Perkara cemil-cemilan ini sebenarnya punya cerita tersendiri.kenapa saya ngemilnya bakso dan sebangsanya itu. Karena eh karena, sejak jaman kuliah kan uang bulanan dikasih pas-pasan, jadi ngga punya budget terpisah antara ngemil dan makan besar. Jadi biar tetep bisa ngemil tapi tetep kenyang, ya jadilah ngemilnya semi makan serius , meh.

Tapi setelah kerja dan punya penghasilan sendiri, akhirnya saya kalo ngemil ya ngemil dalam arti sesungguhnya, yeaaaay.

And, 5 cemilan favorit saya tuh ini, berdasarkan urutan paling sering saya makan

1. Coklat

Yes, apapun yang ada coklatnya saya suka. Saya pecinta coklat garis radikal. Sebokek-bokeknya saya, tetep akan ada budget untuk beli coklat.

Coklat kesukaan saya adalah Silver Queen.

Iya Silver Queen, murahan banget yak selera saya, LOL, biarinlah, abis dari dulu taunya ya Silver Queen. Bagi saya dulu itu Silver Queen adalah coklat terenak di dunia, sampai saya merasakan coklat-coklat lain yang beneran coklat, bukan gula yang berwarna coklat hahahha.

Coklat beneran itu kan harusnya rasanya ngga semanis silver queen yah. Tapi walau tahu Cadbury atau Delfi lebih enak dari Silver Queen, lebih terasa susunya dan lebih kental coklatnya, ya tetep saja favorit saya ngga berubah. Silver Queen is the best.

Dan harus yang chunky bar, rasa Almond jangan lupa.




Ini saya makan biasanya sambil baca buku, sambil tiduran. Sambil leyeh-leyeh gitu ngga berasa aja 1 kotak habis masuk perut.

Mas Teguh suka banget nih beliin saya Silver Queen. Kalau doi jajan ke indomart atau alfamart pulangnya kadang saya dioleh-olehin Silver Queen, aseeeek.

2. Biskuit Coklat

Ini cemilan saya selama hamil. Baik hamil Tara maupun ahmil Divya dan sampai saat ini masih jadi favorti saya.

Good Times biskuit. Harus yang rasa Double Chocochips



Kalo yang coklat doang ngga ada tulisan doublenya saya ngga terlalu suka.

Suka banget sama biskuit ini ya karena rasa coklatnya terasa banget, dibanding biskuit sejenis yang lain, menurut saya ini paling enaklah.

3. Kopi

Yup, kopi masuk dalam cemilan favorit walaupun dia adalah minuman.

Saya tanpa kopi itu ibarat hape tanpa casing, ringkih.

Sungguhlah perumpamaan yang bagus sekali.

Kemarin-kemarin saya bisa minum kopi dua kali sehari, TIAP HARI. Sekarang karena saya mau diet, konsumsi kopi saya mayan banget berkurang, paling 3 hari sekali saya baru minum kopi.

( Baca : Cut Carbo, Diet Seru Tetap Bisa Ngemil )

Bagi yang follow instagram saya @winditeguh pasti tahu merk kopi favorit saya. xixixi. Merknya sama persis tuh dengan cangkir yang saya pegang di banner Geswin ini, yaitu kopinya Dunkin Donuts. Suka banget terutama Capuccino dan Coffee Latte Tiramishu nya.



Selain Kopi Dunkin, saya suka banget kopi merk Macehat, dan segala jenis kopi sanger.

Ini Kopi Macehat
Menurut saya lebih enak dari kopi Dunkin


Kopi Sanger ini saya juga pernah cerita di IG saya.

Jadi ini adalah jenis kopi yang biasa dijual di kedai kopi Aceh. Di Medan itu banyak banget kedai kopi Aceh. Nah kadang kalau kita mau mesen kopi, kita tuh suka bingung kan mendeskripsikan ke penjualnya. Pengan minum kopi, tapi jangan pahit, tapi jangan manis kali.

" Bang, pesen kopi ya, jangan pait kali, tapi jangan manis kali juga, taroh susu, tapi dikit aja"

Duh kan abang penjual kopi bingung yah. akhirnya si pembeli rese yang banyak mau, ngomong

" Ya udahlah bang, sama-sama ngertilah ya kita"

Dan si abang kopi pun lega . Maka muncullah nama kopi tersebut KOPI SANGER. Kopi hitam yang dikasih susu dengan takaran pas, ngga manis banget, ngga pahit banget, Pas, karena sama-sama ngerti, wahahahah.

Kopi Sanger



4. Kacang Mede

Ini sebenarnya cemilannya Mas Teguh, tapi saya juga suka banget. Saya ngga pernah beli sendiri karena apaaaa?

Yes karena mahal.

Kacang mede yang ini nih hanya ada dijual di supermarket Smarco. Ngga tau sih ya ada ngga si supermarket lain, tapi saya nemunya cuma di sono. Pas belanja bulanan, Mas Teguh pasti masukin si kacang mede ini ke keranjang belanja. Sekali beli dia 3 biji.

Gitu nyampe di kasir, saya tuh suka bengong, kok belanjanya mahal banget yah, padahal kayaknya yang dibeli cuma dikit. Nyampe di rumah saya cek bon belanjaan, Hastagaaaah si biang kerok ternyata adalah kacang ini.



Harganya bangke banget, ngga paslah dengan ukuran dan isinya. Tapi kalau pas udah dimakan, langsung maklum haganya segitu, karena ini enak banget rasanyaaaaa.

Rasa kacang mede asli, dan dimasaknya itu bukan digoreng, tapi dipanggang, jadi enak, kering, dan crunchy. Coba deh sekali-kali. Harganya satu kemasan gini @ Rp 89.000. Bikin sebel.

Saya nyemil ini selalu malam hari, nyemilnya berdua sama masteg di atas kasur, wahahah. Jadi sambil nidurin anak kami sambil celamut-celamut mulutnya ngunyah kacang, sambil Pillow Talk juga. makanya saya bilang walau haganya kadang bikin sakit hati tapi ya udahlah, soalnya kan jarang-jarang masteg suka makanan sampe segitunya, dan bisa bikin tambah mesra, jadi ngga masyalah, eeeaaaa.


5. Cheetos

Hahahaha akhirnya ada juga makanan bermecin hadir disini.

Dari segala jenis chiki-chikian saya memang suka banget sama Cheetos, yang rasa jagung barbeque. Karena memang saya suka jagung. Dan si Cheetos ini rasanya jagung banget. Aaaak saya suka banget nih sama jenis chiki-chikian satu ini, mana harganya mayan murah lagi dibanding Chitato dan kawan-kawannya.

Sekali makan ngga cukup satu bungkus.

I Love Cheetos.



Sebenarnya masih ada beberapa ceilan favorit saya. Tapi 5 jenis cemilan di atas ini yang paling sering saya makan. Karena gampang dapetnya, dimana-mana ada, kecuali si kacang mede .

Kalau sekarang saya lagi ganti cmeilan, cemilan saya tuh sekarang yang sehat karena saya lagi sok mau diet. Iya saya sekarang kemana-mana lagi ngantongin soy joy or Fit bar hahahaha. Dan tentu saja tetep yang rasa coklat, karena coklat is my lyfe.

( Baca : 5 Makanan Yang Tidak Mungkin Saya Tolak )

Bagi ciwi-ciwi yang takut ngemil karena takut jadi ndut, ternyata ngemil itu banyak manfaatnya lho.

1. Mendukung program diet

Iya, dengan ngemil di sela-sela waktu makan, maka niat diet malah jadi lebih sukses, jadi makan besarnya dikit, trus diselingi cemilan yang rendah kalori, sehingga ngga kepalaran walau porsi makan berkurang.

2. Mengurangi Stress

Iyalah karena ngemil itu bikin bahagia. Ngga percaya, cobalah ngemil, pasti kalian bahagia.

3. Mengendalikan Emosi

Ini penjelasan ala-ala saya aja sih. Kalau lagi ngemil itu emosi kita memang jadi terkendali, karena misal nih saat mau marah, cepet-cepet deh ambil cemilan, trus makan, pasti marahnya reda karena kan kita sibuk ngunyah, wahahahaha. Sungguh tidak ilmiah.

4. Mengingkatkan Kesehatan

Lho kok bisa?

Iya ini berlaku misalnya bagi orang yang suka merokok. Dengan ngemil bisa jadi untuk pengendalian atau pengalihan dari kebiasaan merokok, untuk mengurangi frekuensinya gitu lho.

Manfaat lain apa lagi yaaaa, hmmm mungkin menambah teman kali yah, karena kalau di kantor saya tuh, ruangan saya jadi favorit ngumpul teman-teman karena mereka selalu cari cemilan ke meja saya. Sambil ngerecokin cemilan saya kan sambil gonrol, jadi ya nambah teman juga tho.

Nah, kalau kalian pada suka ngemil ngga?, Cemilan apa nih favorit kalian semua. Boleh buat blog postnya juga lho, trus tag saya yah.



Parenting Style

Thursday, April 13, 2017
Oke, #GesiWindiTalk udah berapa minggu absen ngomongin Parenting, wahahahaha, jadi minggu ini we came back to the laptop.

Kemarin ada yang request untuk topik parenting style, pengen tahu style parentingnya saya dan Gesi. Setelah kami bicarakan, ternyata kami ngga menemukan rumusan yang tepat, alias memang kami ngga pake style-stylean, mengalir apa adanya. Kalau saya pribadi, bukan karena ngga baca buku parenting atau apa, tapi karena saya yakin yang namanya orangtua itu pasti punya parenting style masing-masing yang biasanya disesuaikan dengan kondisi anak, dan kondisi dirinya sendiri.

Jadi ya bisa saja parenting stylenya itu ngga masuk gaya pengasuhan mana pun yang ada di teori-teori parenting.




Akhirnya kami putuskan ajalah untuk ngisi kuis.

Kuis seru yang lebih aplikatif, kita dikasih suatu kejadian, trus jawaban-jawaban kita tuh bakal nentuin seperti apa parenting style kita. Seru lho kuisnya. Pada ikutan ya disini :



Dan hasilnya, ternyata saya dan Gesi sama, sama-sama freewheeler mom, alias ortu yang bebas, tapi dengan level yang berbeda wahahahahaha. Setidaknya level free Gesi lebih tinggilah dari saya. No wonder sih.

Baca Punya Gesi :



Oke sebelum bahas hasil tes saya, maree kita bahas dulu satu persatu type ibu-ibu yang ada di kuis tersebut.

Menurut kuis tersebut, ada 3 type ibu-ibu dalam menerapkan metode parenting bagi anaknya .

Type Planner

Ini tipe ibu-ibu yang semuanya terplanning dengan rapi. 

You may be new to this parenting thing, but you'll be darned if you're caught unprepared. When you're not feeding, playing, or changing diapers, you're reading-and highlighting the umpteeen baby books on your nightstand. You find comfort in order, so you crave structure and live by a carefully crafted schedule.
Anaknya tidur di jam tertentu, rumah rapi, segala jadwal harus terencana. Ini ibu-ibu yang bakal mentsterilkan botol susu anak sebelum dipakai, bawa makanan bayi kemana-mana dengan jadwal makan yang teratur. 

Ibu-ibu type ini juga yang akan menerapkan segala  ilmu parenting dari para ahli dan menjadikan buku parenting sebagai kitabnya. bahkan soal menyapih anak pun akan dikonsultasikan ke dokter.

Oh sounds good. 

Karena memang hidupnya terencana, makanya saat tiba-tiba ada temen ngajak merayakan ultahnya udah pasti bakal ditolak, karena everything always be scheduled.

Burukkah type ini ? No
Baguskan ? Ya tergantung.



Type FreeWheeler

Ini ibu-ibu yang punya gaya parenting freestyle, alias gaya bebas, LOL.

Yang disebut freewheeler itu didefenisikan seperti ini

You seize every moment, whatever it may bring. You feel that common sense and intuition will serve you better than the latest best-selling parenting author. Some moms admire you for your ability to go with the flow; others wonder how you manage to keep it all together. Hey, it's all good, right?

Pokoke type ibu freewheeler ini yang semuanya pokoke sesuai kondisi ajah. 

Buku parenting ?

Hmm, bolehlah dibaca, tapi tidak jadi acuan.


Type Optimizer

Ibu-ibu type ini kalau saya lihat dari kuisnya, adalah type ibu yang ideal.

You're doing an amazing balancing act. Sure, you read the parenting guides, but you remain calm if you notice your baby starts teething (or crawling or talking) a few weeks later than the book says he should. You seek input from your mommy friends, your pediatrician, and your own mother, but you generally trust yourself to make good decisions. And although you aim to keep a schedule, you know missed naps and blown bedtimes happen. In short, you begin every day with a good plan and even better intentions, and when life gets in the way, you do whatever it takes to make the best of it. Brava, mama!
Di  buku parenting, ia tahu ilmu parenting, namun pada saat mempraktekkan, ya menyesuaikan. Pas sesuai buku dilakukan, ga sesuai kondisinya ya improvisasi.

Type ini punya scheduled tertentu juga untuk anaknya, tapi ngga saklek amat.

Kalau saya type yang mana ?

Seperti yang saya sebut di atas tadi, dari hasil menjawab si kuis itu ternyata saya type yang freewheeler #tutupmuka, hahahahah.

Saya setuju dengan hasilnya, kenapa? karena ya memang seperti itu yang saya lakukan.

Ini nih beberapa contoh pertanyaan di kuis yang menunjukkan saya freewheeler.

Soal Buku dan Teori Parenting


Kalau yang ini ya jelas, saya lebih khatam baca novel Twilight atau Harry Potter, dibanding baca buku parenting.

Oke ralat, sejujurnya saya tidak pernah baca buku parenting. Saya palingan cuma baca-baca artikel parenting yang kebetulan lewat di timeline saya, atau yang memang sengaja saya cari untuk kepentingan bahan tulisan di blog.

Bukan karena ngga percaya teori parenting, tapi karena...... ehmmm entahlah, saya tidak terlalu suka aja bacanya.Ya bacalah secukupnya doang di internet, ngga sampai yang khusus beli bukunya.

Huhuhu sungguhlah bukan ibu panutan.

Soal Hygenitas Peralatan Bayi


Duh ini juga failed bangetlah. 

Dari anak pertama sampai kedua saya ngga pernah punya yang namanya sterilizer. Itu, alat untuk mensterilkan botol biar bebas kuman. Saya tahu dulu banyak temen saya yang sampai beli sterilizer seharga setengah  jutaan lebih, karena takut anaknya terkontaminasi kumanlah, kan masih bayi. Sampai detergen bayi, pencuci botol pun beda dengan yang digunakan anggota keluarga lain.

Pokoke semua harus produk bayi., xixixi

Awal-awal iya banget sih gitu. Saya beli detergent yang khusus bayi, yang mild, yang anti bacteria. Trus pencuci botol juga wajib pencuci botol khusus bayi. Eh tapi lama-lama kok mahal ya, hahah makanya gitu abis satu kemasan, berikutnya ya udahlah, detergentnya ga apalah disamain, asal dikasi pelembut biar ga keras aja. 

Nyuci botol?

Ah elah pakai Sunlight aja napa, kok harus pake Sleek. Jangan lupa, Sunlightnya diencerin dulu, xixixi.

Jadinya malah ringkes dan hemat.

Makanya di pertanyaan kuis itu, ada soal apa yang saya lakukan kalau dot bayi saya jatuh?

Jawabnya, ya ambil, trus lap aja pake ujung baju, trus kasihkan ke anaknya lagi. 

Ngga dicuci dulu?

Ngga, kelamaan keburu anaknya nangis.


Soal Makanan Bayi

Ini sudah pernah dibahas. Saya penganut, yay untuk makanan instan anak. Yay bukan berarti anaknya dijejelin makanan instant terus lho, tapi ya ngga anti gitu sama makanan instant.


Kalau pergi makan ke luar gitu, saya bukan tipe ibu-ibu yang ngebekel makanan khusus untuk anaknya. anaknya ya dipilihin dari menu yang ada. Entah soup, entah kentang goreng, yang bisa dimakan anak-anaklah. Free

Soal Menyapih

Nah ini, persoalan ibu-ibu sedunia.

Kapan waktu yang tepat untuk menyapih anak. Kalau ngikutin teori parenting sih sampai 2 tahun, ada juga yang lebih lama dari itu. 

Kalau saya sih lebih percaya intuisi (((INTUISI))) untuk soal penyapihan.

Pokoke saya tahulah, kapan waktu yang pas untuk menyapih. Makanya Tara tuh ngga pakai WWL, ya bisa juga lepas nenen dengan aman sentosa. Tara saya susui itu sampai usia 2.5 tahun.

Eh giliran adeknya, ngga selama itu, 1 tahun 2 bulan udah ngga nenen lagi.

Kenapa?

I dun no, tiba-tiba Divya ngga mau aja nenen. Yo wislah, malah ngga ada drama.


Soal Jam Tidur Anak

Sungguhlah ini sampai sekarang masih menjadi peer maha besar bagi saya.

Sampai detik ini Tara dan Divya, bobonya selalu di atas jam 11.



Malam banget, sampai saya kadang ketiduran nungguin mereka tidur. Udahlah saya ngga mau atur-atur yang gimana, karena saya merasa mereka memang sengaja ngga mau bobo cepet, karena pengen main lama dengan saya.

Yo wislah, palingan saya yang ngantuk banget tuh besok paginya, karena kadang saya juga seneng sih mereka bobo lama, jadi lama juga nguyel-nguyelnya.


Soal Hang Out Bareng Sohib


Sejak menikah, apalagi setelah punya anak, saya memang jaraaaang banget kongkow-kongkow sama sohib saya. ya soalnya waktunya ngga pas sih, kebetulan sohib-sohib saya itu ibu bekerja semua, jadi ya mau ketemuan pasti harus jam pulang kantor. 

Perkara acara apapun di luar weekday pastilah susah banget dilakukan.

Namun, kalau untuk momen-momen spesial, saya pasti rela bangetlah ngabisin waktu sama mereka, pergi sendiri. Iyalah kan mau ocip-ocip sama sohib, bolehlah sekali-kali single-an dulu.

Di kuis ada tuh pertanyaan : 

It's your best friend's birthday, and she scored last-minute reservations at that new Italian restaurant. What do you do?


Off course saya bakal jawab : I tell her I wouldn't miss it for the world. Then I scramble for a babysitter.

Dan ini memang kejadian, pernah sohib saya yang tinggal di Sulawesi datang ke Medan. Kami udah ngga ketemuan selama ehhhhm 15 tahunan kali. Ya udah saya titipin anak ke ART, dan saya main sama sohib saya itu seharian. Ajak makan dia sampe puyeng plus ocip-ocip , lol.

Lho kok ngga bawa anak?

Anaknya mau kongkow sama temennya bukan sama tante-tante , hahahha.


Saya pikir, bolehlah sekali-kali nitipin anak ke ART dan hepi-hepi sama teman.
Iyes. 



Nah itu dia style parenting saya, freewheeler.

Tapi sebenarnya saya rasa sih ngga bebas-bebas amat, kalau mau jawaban lebih konkrit sepertinya saya masuk type kombinasi, antara optimizer dan freewheeler, halah belibet.

Iya soalnya, ada beberapa pertanyaan di kuis yang jawaban saya tuh menggambarkan i have plan.

Kayak pertanyaan ini nih soal nonton di bioskop. Saya mah pakai pilihan juga, ngga main masuk aja ke bioskopnya. Minimal lihat artisnyalah atau nanya referensi teman dulu.


Parenting style itu memang berbeda-beda bagi setiap ibu. Ngga ada yang benar ngga ada yang salah menurut saya. Karena namanya gaya pengasuhan itu banyak hal yang mempengaruhi.

Kita sih ngga usah susah-susah mencari tahu, "apa nih styleku", ngga perlulah. Pakai aja mana yang paling pas untuk kita, sesuaikan dengan kondisi anak dan kondisi kita juga tentunya.Yang utama anak bahagia  dan ibu bahagia.

So, ibu-ibu sekalian, mana nih dari 3 style di atas yang paling menggambarkan dirimu. Cobain tesnya yuk, biar ketauan , hahahahaha.

Salam freewheeler



Pentingkah Istri Memiliki Penghasilan Sendiri?

Thursday, March 30, 2017


Yang namanya berkeluarga itu rezekinya sudah diatur sebesar 100 %
Saat suami istri bekerja, maka rezekinya 100 %
Dan saat istri berhenti kerja, ya rezekinya tetap 100 %

Kalimat itu sering banget saya baca, yang menegaskan bahwa sebenarnya mau suami istri bekerja, atau hanya suami saja yang bekerja, yang namanya rezeki keluarga itu ngga akan berkurang.

Bener sih ya, saya setuju.

Nah, kalau demikian, banyak orang yang beranggapan, ya ngapain kalau begitu istri harus bekerja?

Bahkan ada juga yang berpendapat sebaiknya seorang istri itu ya di rumah saja, biarkan suami yang memenuhi segala kebutuhan rumah tangga, karena suami istri itu punya tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Trus muncul pertanyaan, sebenarnya perlu ngga sih wanita atau istri itu memiliki penghasilan sendiri?

GesiWindiTalk hari ini mau ngomongin itu



Sebelum kesana saya mau cerita dulu sedikit mengenai keluarga saya.

Saya lahir dan dibesarkan di keluarga yang ayah dan ibunya bekerja. Ayah saya kerja di perkebunan sedangkan ibu saya guru. Dari kecil terbiasa melihat ibu saya bekerja dan menghasilkan uang sendiri membuat saya ya cara berfikirnya bahwa perempuan itu normalnya bekerja.

Makanya ngga heran, anak ortu saya, tiga orang perempuan, semua jadi ibu bekerja. Walau pada akhirnya adik saya yang paling kecil memutuskan resign saat harus ikut suami pindah tugas.

Suatu saat di masa kami anak-anak ,ortu saya sedang butuh-butuhnya biaya sekolah, eh ndilalah saat itu ayah saya terkena PHK dari perusahannya. Yang mengakibatkan kami sempat yang mendadak jatuh miskin.

Jatuh miskinnya ngga ngenes banget sih, masih bisa makan, punya tempat tinggal, tapi biaya sekolah sempat yang terengah-engah banget memenuhinya.

Nah saat itulah saya merasakan betapa peran ibu saya yang notabene bekerja menjadi penyelamat bagi kelangsungan hidup keluarga kami. Dan syukurnya, ayah saya ngga lama langsung dapat pekerjaan baru, sehingga roda ekonomi kembali on the track.

But, di masa-masa itu kami sekeluarga sempat bener merasakan yang namanya ngga punya duit itu gimana. Itu pulalah yang menyebabkan saya akhirnya dikirim ke sekolah gratisan (yang juga keren pastinya) di Sibolga sana. Sesuatu yang mungkin ngga akan terjadi kalau keluarga saya ekonominya baik-baik saja.

( Baca : Warna Warni Sekolah Kenangan )

Memang ini bukan semata soal karena ayah saya kehilangan pekerjaan, tapi juga karena perencanaan keuangan keluarga yang buruk.

Iyes, keluarga kami tidak punya tabungan sama sekali, sehingga saat terjadi sesuatu di luar kendali, maka ekonomi keluarga langsung oleng.

So, jika ada pertanyaan, pentingkah seorang istri punya penghasilan sendiri?

Saya akan jawab Penting Banget

Kenapa?

Ada banyak alasan,
  1. Bisa membantu keuangan keluarga
  2. Bisa membeli apapun keinginan kita tanpa harus menunggu pemberian suami
  3. Tidak tergantung ke suami
  4. Bisa berjaga-jaga jika kondisi darurat terjadi
  5. Bisa membantu keluarga tanpa mengganggu uang keluarga
  6. Untuk kualitas hidup yang lebih baik
  7. Rencana keuangan keluarga lebih cepat tercapai
  8. Biar lebih dihargai
  9. Agar lebih percaya diri
  10. dst...dst
Silahkan diteruskan sendiri. Seribu alasan bakal ketemu.

Namun jika pertanyaan diteruskan, haruskan seorang istri memiliki penghasilan sendiri?

Jawaban saya :Tidak Harus.

Kenapa?

Karena ini sangat tergantung dengan kondisi keluarga masing-masing.

Ada keluarga yang peran istri malah akan lebih terasa saat istrinya sama sekali tidak bekerja atau tidak memiliki penghasilan.

Contohnya presiden, gubernur, bupati, istri para pejabat, istri ustazah, istri guru, istri pegawai kantoran, istri siapapun yang memang perannya sebagai pure pendamping suami malah akan lebih optimal untuk keluarga mereka.

Namun ada juga keluarga yang peranan istri tidak hanya sebagai pendamping suami tapi juga partner pencai nafkah.

Ngga bisa dipukul rata.

Soal kepercayaan diri, bisa beli barang sendiri,dll .

Yang kayak gini mah alasan- alasan bisa terpenuhi tanpa harus memiliki penghasilan sendiri.


Makanya walau saya bilang istri memiliki penghasilan sendiri itu penting tapi, istri tidak harus memiliki penghasilan sendiri.

Wah kok bisa gitu?

Ya bisa aja.

Ini mungkin bisa dianalogikan dengan, pertanyaan: penting ngga pakai pensil alis untuk menunjang penampilan?

Jawabannya penting. Tapi kalau diterusian, harus ngga seorang wanita pake pensil alis untuk menunjang penampilan?

Ya ngga harus. Tergantung alisnya udah bagus ngga, perlu ngga dipensil alisin.

Sungguhlah analogi yang luar bisa cerdas, wahahahaha.

Nah, makanya soal alasan kenapa seorang istri itu penting memiliki penghasilan sendiri sebenarnya hanyalah point plus saja dari imbas memiliki penghasilan sendiri.

Lebih dari itu, ada yang urgensinya lebih lagi bagi seorang istri atau siapapun di dunia ini yaitu,

Bahwa kita harus bisa hidup tanpa ketergantungan berlebih kepada orang lain.

Makanya alasan yang paling sering mendasari pendapat bahwa istri harus punya penghasilan sendiri adalah alasan ketiga dan keempat.

Yup, berjaga-jaga dari kondisi darurat merupakan alasan nomor wahid dari urgensi istri memiliki penghasilan sendiri.

Namun apakah itu sepenuhnya benar?

Ngga juga

Di contoh keluarga saya, saat terjadi kondisi darurat, even ibu saya bekerja dan memiliki penghasilan sendiri ternyata kondisi keluarga tetap morat marit.

Dan di keluarga lain, saat suami duluan pergi, ternyata masih banyak istri tak memiliki penghasilan yang bisa survive.

Nah lho bingung kan?

Berkaca dari hal tersebut, saya mengambil satu kesimpulan, bahwa sebenarnya di luar soal pentingnya istri memiliki penghasilan sendiri, ada setidaknya dua hal mendasar yang harus dimiliki seorang istri yang lebih dari pentingnya memiliki penghasilan sendiri,yaitu


" MENJADI ISTRI YANG MANDIRI DAN MEMILIKI PERENCANAAN KEUANGAN YANG BAIK"

That's it.

Kenapa?

Seperti quote di pembuka tulisan ini, saya percaya bahwa yang namanya rezeki itu sudah ada yang atur. Sejelek-jeleknya nasib, tiba-tiba ditinggal suami pada saat kita tidak memiliki sumber penghasilan sendiri, sepanjang punya perencanaan keuangan yang baik, maka sebenarnya semua bisa banget aman terkendali.

Karena mau seberapa besar pun gaji suami ditambah gaji istri, jika tidak memiliki perencanaan keuangan yang baik, ya hasilnya nul putul.

Sebaliknya seberapa pas-pasan nya pun penghasilan suami, kalau dikelola dengan baik, maka ya keuangan keluarga juga akan baik-baik saja saat misal suami duluan pergi. Ini kan sunatullah ya, usia manusia pasti berakhir.

Nah, masalahnya, perencanaan keuangan keluarga yang baik, walaupun teorinya itu kata om Safir Senduk ataupun kata mba Ligwina Hananto " Tidak penting berapa penghasilanmu yang penting berapa yang bisa kau sisihkan", tapi pada kenyataannya jauh lebih gampang merencanakan keuangan keluarga saat duitnya memiliki jumlah yang secara kasat mata ada di angka tidak mefet.

Sederhananya, tentu lebih gampang mengatur uang 10 juta untuk kehidupan rumah tangga dengan 2 orang anak dibanding mengatur uang 3 juta misalnya.

Ya kaan ya kaaan?

Untuk memiliki keuangan yang lebih lega itulah, peran istri yang memiliki penghasilan sendiri jadi penting.



Memiliki penghasilan sendiri bukan berarti harus bekerja keluar rumah.

Untuk hal ini, saya ngga mau membuka perdebatan.

Perempuan punya pilihan mau bekerja di luar atau menjadi stay at home mom.

Pendapat pribadi saya, sepanjang suami masih mampu membiayai keuangan keluarga, jika istri memang tidak perlu untuk mencari nafkah, dan si istri serta suami juga merasa baik-baik saja, ya ngga perlu juga maksa untuk memiliki penghasilan sendiri.

Karena salah satu tujuan berkeluarga itu kan biar mencapai kesejahteraan bersama.

Isri memiliki penghasilan sendiri adalah salah satu tools.

Kalau tools itu ngga dibutuhkan ya ngga perlu dipaksa dipakai.

Ya ngga?


Makanya saya bilang disini bukan masalah bekerja di luarnya, atau memiliki penghasilan sendirinya, tapi kemandirian si istrilah yang menjadi pointnya, sehingga jika suatu saat amit-amit terjadi sesuatu yang mengharuskan seorang istri menjadi si pencari nafkah, maka dia ngga akan gagap terhadap perubahan yang terjadi.

Yup, itu Pointnya MANDIRI dan PERENCANAAN KEUANGAN YANG BAIK

Kita bahas satu-satu ya


MANDIRI

Mandiri itu maksudnya bukan tidak perlu bantuan suami, atau bisa apa-apa dikerjakan sendiri. Atau bisa beli barang apa-apa sendiri ngga minta suami. Ngga seperti itu.

Mandiri yang saya maksud adalah seorang perempuan harus memiliki sesuatu yang bisa diandalkan buat bertahan hidup. Life Skill lah istilahnya.

Makanya saya bolak-balik tulis di blog saya ini, saat seorang perempuan berubah status menjadi istri jangan pernah, saya bilang JANGAN PERNAH mengubur mimpi-mimpi kita.

Jangan pernah berhenti untuk mengasah kemampuan diri sendiri, jangan berhenti untuk menggali potensi yang ada. lakukan apa yang menjadi passion kita, jangan berhenti belajar.

( Baca : Wanita dan Cita-Cita Yang Meredup )

Saya mengagumi istri-istri yang tidak pernah merasa bahwa dinding rumah adalah pembatas dirinya dengan dunia luar.

Ada seorang teman saya yang dulunya bekerja , sama seperti saya seorang banker. Saat menikah ia resign. Namun ia tidak pernah berhenti mengasah diri. Saat ada waktu luang yang dilakukannya adalah kursus menjahit. Selesai kursus menjahit, ada waktu lagi ia gunakan untuk kursus memasak.

Selalu ada hal yang bisa dilakukan, dan saat ini bahkan ia sudah bisa mendapat penghasilan dari hobi menjahit dan memasaknya itu.

Saya juga punya seorang teman yang dulunya saat kuliah lulus dengan IPK Cum laude. Begitu menikah, ia menjadi Stay At Home Mom. Tapi bukan sembarangan Stay At Home Mom, dia yang dulu gape meramu berbagai bahan kimia di laboratorium, kini ahli meracik berbagai macam bumbu menjadi aneka hidangan lezat.

Dan ngga, suami mereka ngga yang kekurangan, hidup mereka malah jauh dari kata cukup alias berlebih. Saya yakin jika amit-amit terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka mereka tidak akan gagap, minimal dalam hal ekonomi keluarga.

So jadilah perempuan yang mandiri, jadilah istri yang memiliki sesuatu yang bisa diandalkan untuk bertahan hidup.




PERENCANAAN KEUANGAN YANG BAIK

Point kedua yang terpenting adalah perencanaan keuangan keluarga.

Berkaca di kasus keluarga saya.walau ibu saya bekerja, namun saat ayah kehilangan pekerjaan bisa dibilang kami cukup kocar-kacir menghadapinya. Padahal ibu saya punya penghasilan sendiri.

Iya kami selamat melewatinya, namun sungguh masa-masa yang kalau diinget bisa bikin mbrebes mili lah.



Dan itu semua terjadi karena tidak adanya perencanaan keuangan yang baik.

Maka, seorang istri , apapun kondisinya, mau bekerja mau tidak bekerja, mau punya penghasilan atau tidak punya penghasilan saat ini, mau punya suami kaya atau suami pas-pasan, penting banget bisa mengelola keuangan keluarga dengan baik.

Rencanakan... Apapun selalu rencanakan.

Buat target-target yang masuk akal.

Misal : gaji suami 5 juta, ya targetnya pengeluaran maksimal Rp 3,5 juta. Sisanya untuk tabungan, untuk investasi, untuk asuransi, untuk dana pendidikan anak, terserahlah, sesuaikan dengan tujuan keuangan keluarga masing-masing.

( Baca : Perencaaan Keluarga Ala Ibu Bekerja )

Setiap keluarga tentu memiliki formula yang berbeda-beda. Temukan dengan trial and error. Yang pasti jangan besar pasak dari pada tiang.



Saya amat mempercayai bahwa rezeki itu sudah diatur yang maha Kuasa. Tugas kitalah menjemput rezeki itu dan mengelolanya dengan baik.

Namun bukan berarti kita pasrah aja terhadap apapun kondisi kita. yang namanya manusia itu tugasnya adalah berusaha termasuk berusaha mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang bisa menimpa.

Memiliki penghasilan atau tidak memiliki penghasilan bukan issue utama bagi seorang istri (menurut hemat saya), apalagi soal bekerja atau tidak bekerja. Karena memang ada perempuan yang suka bekerja, hobinya bekerja, passionnya bekerja (seperti saya), ada pula perempuan yang memang hobinya ya mengerjakan segala urusan rumah tangga.



Yang pasti, mau punya penghasilan atau tidak, mau bekerja atau tidak, seorang istri (menurut saya) penting untuk memiliki sebuah keahlian dan Penting pake banget bisa mengatur keuangan keluarga dengan baik

Jadi bu ibu yang sekarang bekerja, dimanapun, mau kerja kantoran, mau kerja MLM, ga perlu ya setiap hari ngajak orang untuk harus punya penghasilan sendiri dan menganggap istri yang ngga punya penghasilan itu afalah istri yang ngga produktif.

Ngga semua istri harus punya penghasilan sendiri.

Dan bu ibu yang saat ini ngga punya penghasilan sendiri juga ga perlu stress,merasa kok kurang keren nih, kok aku ga bisa punya uang sendiri.

Ngga perlu gitu juga.

Yang penting, selalu prepare diri. Kalau memang punya keahlian dagang silahkan diasah dengan berlatih jualan. Punya keahlian masak,ya masak aja terus sampe jadi ahli, punya keahlian nulis, ya terus berlatih nulis.

Karena yang namanya manusia, mau seorang istri atau bukan, mau laki atau perempuan memang selayaknya memiliki keahlian untuk bertahan hidup dan tidak melulu tergantung pada orang lain.


Kalau menurut kalian nih, seberapa penting seorang istri memiliki penghasilan sendiri?


  • Penting Banget
  • Penting Aja
  • Ngga Penting
  • Biasa Aja
  • Ngga peduli
  • Tergantung (tergantung apa?)


Plis ikutan sumbang pendapat dong, pengen tau pendapat kalian. Atau buat post sendiri dan tag saya yah.

Belanja Impulsif

Wednesday, March 22, 2017
Belanja Impulsif




Katanya  wanita dan belanja itu kayak saudara kembar satu mamak satu bapak. Dimana ada wanita hepi-hepi bareng, biasanya ujung-ujungnya belanja.

Bagi sebagian wanita belanja itu kayak sebuah terapy, makanya setelah belanja biasanya dia hepi. Stress di pekerjaan, lari ke mall, belanja ina inu, balik-balik bahagia. Besoknya stress maning, xixixi.

Ada juga yang melakukan kegiatan belanja sebagai me time. Iya me timenya itu belanja, hahaha mahal ya bok.

Ada juga yang menjadikan belanja sebagai sarana piknik, sarana hiburan. Jadi tiap weekend, pikniknya ke mall, ujung-ujungnya belanja.

Ada juga. yang memposisikan belanja ya cuma sebagai kegiatan biasa kayak kegiatan rutin lainnya.

Kalau belanjanya sesuai kebutuhan sih sebenarnya ngga apa-apa.

Nah, sialnya banyak wanita yang belanja atau membeli sesuatu karena alasan ngga logis. kayak ih karena lucu, atau ngga karena warnanya pink, pokoknya pink is a must. Bahkan ada yang belanja karena ya pengen aja, masa pengen dilarang sih T____T.




Nah, model-model belanja yang tanpa perencanaan ini nih yang disebut belanja impulsif.


Jalan-jalan ke mall, niatnya cuma jalan doang, eh mampir ke counter kosmetik, tiba-tiba udah segambreng masuk ke kasir.

Atau lihat-lihat ol shop, trus, tung tung tung, masuk aja ke chart.

Belanja yang semena-mena ini, bener-bener bikin bahagia sesaat, udah gitu pusing sampai migren, LOL.

Dua hari yang lalu, saya abis ngambek dengan suami.

Ngambek yang sampai ngga mau ngomong seharian. Ngambek level ngga mau ada di satu ruangan sama masteg. kalau Mas Teguh di dapur, saya ke kamar. Doi ke kamar, saya ke ruang tamu, doi ke ruang tamu saya ke dapur. Duh rumah seuprit, tempat ngumpet jadi ngga variatif, xixixi.

Apa sebab?

Soalnya saya lagi bete. Saya bete karena duit saya kok cepet banget abisnya bulan ini. Jadi saya ngadu ke suami, dengan harapan bakal ditambahin uang jajannya, eh malah dinasehatin panjang lebar. Tentang berhemat, tentang lalalalalala, yang membuat saya bete beratlah pokoknya. Udah tau orang lagi masygul , bingung entah kemana larinya duit gaji, eh malah diomelin, kan bikin pengen mamam sawi pait ya,LOL

Usut-punya usut ternyata memang di sebulanan kemarin, saya melakukan yang namanya belanja impulsif.


Belanja yang ngga pake mikir, trus main beli-beli aja.

Baca punya Gesi :


Abis itu pas lihat saldo di rekening, langsung berurai air mata, huhuhu. Entah hapa-hapa yang saya beli bulan lalu, sampe malu lihat saldo sendiri .



Padahal kalau pakai skala 1 sampai 10, level kegemaran belanja saya itu sebenarnya berada di angka 5, alias sedang-sedang saja. Saya ngga hobi banget belanja, tapi ya kalau diajak belanja hepi. Tapi bukan type orang yang stress trus belanja. 

Bukan ngga mau, tapi dana ngga mendukung cuy.

Dulu aja pas mau lahiran anak pertama, yang kebanyakan orang excited buat belanja macem-macem keperluan bayinya, eh saya malah lebih milih nitip ke kakak ipar dan adek saya. 

Kebanyakan barang-barang yang saya punya, kayak baju, tas gitu, yang beliin adek atau kaka ipar saya, sangkin malesnya saya belanja. jadi mereka biasanya saat jalan-jalan kemana trus nemu barang bagus yang kira-kira saya bakal suka, langsung dibeli, besoknya saya suruh ganti uangnya, huuuu.

Nah, tapi dalam sebulanan ini, saya bener-bener yang lost control sampe berasa boroooos banget.

Hasil bongkar-bongkar struck belanja, ini nih 3 pengeluaran saya di bulan kemarin dan sebenernya di bulan-bulan sebelumnya juga jadi pos terbesar pengeluaran saya yang sukses bikin saya bokek mendadak.

1. Skincare

Yup, saya pernah cerita di blog ini, kalau saya suka banget nyoba-nyobain skincare. Dan kalau beli tuh, langsung sepaket-sepaketan gitu. Pokoke kalau udah di counter kosmetik, saya lemah bangetlah. Ditawar-tawarin mba SPG, iman langsung lemah, tiba-tiba udah nenteng aja kantong belanjaan isi skincare.

( Baca : My Daily Make Up )

Jadi kebetulan kemarin pas bulan Januari kan saya ultah. Ditawarin kado sama suami. Karena ngga tau mau beli apa, saya jadinya jajan skincare, sepaket, yang harganya bikin nangis. Huhuhuhu saya bahagia tapi sedih, sedih tapi bahagia.

Sedih, karena sekarang mikir, kalau dibeliin emas kan mayan tuh dapat beberapa gram. Tapi bahagia karena dikasi kado yang saya pengen T____T

Padahal kado yah, tapi tetep aja bikin nyesek. Ah elah hidupku ribet amat sik.

Perkara skincare ini, saya pernah juga belanja yang ngga masuk akal.

Saat itu saya lagi ke bogor, nginep di hotel Santika. Bawahnya hotel Santika itu kan Mall Botani Square. Jadi malam-malam saya makan di mall, abis makan jalan-jalanlah lihat-lihat mall, trus mampir ke counter bodyshop. Eh ada payung unyu banget, warna putih, tapi kalau kena hujan ntar dia berubah warna jadi pink. Kyaaa kyaaa saya langsung mupeng.

Tapi, untuk dapetin payung itu harus belanja dulu sejuumlah tertentu. Demi payung saya belanja skincare segambreng, Iyes seimpulsif itu, aaaaaaak. Saya ngga ngerti gimana cara ngeremnya.

Payung yang bikin saya belanja skincare segambreng



2. Sepatu

Ini juga ngga ngerti, kok sebulanan kemarin, dalam waktu sebulan ternyata saya beli sepatu sebanyak...........4 buah, oh my God. Padahal ya kakinya cuma sebiji, tapi bisa-bisanya beli sepatu 4 biji dalam waktu singkat.

Jadi ceritanya, kemarin tuh dapat job, yang bayarannya voucher belanja marketplace gitu.

Buka webnya, pilih-pilih eh naksir sepatunya, beli deh.



Trus ada job yang dilakukan kemarin-kemarin udah selesai, eh bayarannya voucher belanja maning. Lihat-lihat , naksirnya ke sepatu lagi. 

Cuuus, si sepatu baru nyampe ke rumah.



Ini nih sepatunya, yang minat beli silahkan lho. Masih gres,belum saya pakai.

Trus, pas jalan-jalan sama suami ke mall, ditawarin mau beli apa. Karena saya istri yang baik hati dan tidak sombong, saya minta........SEPATU... again.


Trus dua hari kemudian jalan-jalan sama ade saya, nemu sepatu ini. Aaaaargh.


Dan yang dipake, cuma itu lagi itu lagi.

Mungkin saya punya penyakit, syndrom sepatu. I hate it.


3. Spa, Pijet, Salon, dan Kawan-kawannya.

Iyaaaa saya hobi banget ke salon. Bukan buat permak wajah atau apa, tapi buat dipijet-pijet sama mbanya.

Ternyata yah di dua bulan ini ampun banget pengeluaran saya untuk dipijet-pijet. Sampe ..... pokoknya kalian ngga bisa membayangkan berapa yang saya habiskan di salon, yang akhirnya kemarin bikin Mas teguh ceramahin saya panjang lebar.

Karena apa?

Karena Me time saya itu SALON.

SALON is my life

I Love SALON so much.

( Baca : Me Time )

Aaaargh, saya suka banget beli voucher-voucher salon or spa sekali beli 10 biji, biar dapet diskon. Dan itu habisnya cepet banget.

Dalam sebulan mungkin saya empat kali pijet. 

Ditotal-total, pengeluaran karena belanja impulsif ini mencapai sekian sekian juta, aaaaargh. Pantesan suami marah kemarin .



Belum pernah terjadi dalam sejarah, saya seboros ini. Kayaknya memang karena kurang piknik nih, jadi pikniknya ke mall. Jadi pikniknya ke salon, jadi pikniknya cuci mata di olshop.

Pokoke saya kapok deh, ga lagi-lagi belanja tanpa perhitungan gini.

( Baca : Biar kere Yang Penting kece )

Kalian, pernah ga melakukan belanja impulsif. Trus gimana cara ngatasinya, kasih tau saya dong.



Film Paling Bikin Baper

Wednesday, March 8, 2017

Hai haaaaai, hari ini GesiWindiTalk ganti banner. Wuwuwuwuwuwu excited banget, hahaha.

Sangkin excitednya , kita sampai ngga bisa mikir tema yang serius, ya udahlah bahas yang ringan-ringan tapi bikin baper. Lol



Ngomongin film memang ngga ada matinya. Karena film itu kalau dihayati dan diresapi ceritanya pasti banyak banget yang bisa diambil hikmahnya.

Baca Punya Gesi:


Saya sebenarnya bukan orang yang hobi banget nonton film. Nonton film itu bagi saya cuma sebagai hiburan doang, bukan hobi atau kegemaran. Jadi kalau pas senggang , ngga tau ngapain mungkin saya bakal nonton film. kalau ngga penegn ya ngga nonton.

Jadi saya bukan penikmat film kayak orang-orang, yang setiap ada film baru bakal nonton, atau merencanakan nonton film anu jauh-jauh hari. Nggaaaa, .

Tapi, walau demikian, ada beberapa film yang berkesan banget bagi saya dan sempet bikin baper berat. Huhuhu, bapernya ini bisa baper hepi, bisa juga baper sedih. Emak baperan, apa-apa bisa jadi baperlah, lol.

Ini berdasar tingkat kebaperan, makin ke bawah bapernya makin maksimal.


1. UP

Aaargh film ini bikin baper parah. Saya nontonnya sampe nangis (tapi ngga yang nangis bombay sih). abis nonton langsung mellow, nelfon suami, trus nangis lagi.

Film ini menceritakan tentang dua anak kecil carl and Ellie yang memiliki mimpi untuk berpetualang. Mereka sahabatan dari imut-imut sampai akhirnya menikah. Mereka menabung setiap hari demi perjalanan impian ke air terjun surga.



Seiring berjalannya waktu, si istri Ellie divonis dokter ngga bakal bisa punya anak . Duh pas bagian ini, hati saya mencelos, langsung keinget diri sendiri. Iya waktu nonton ini, saya udah beberapa tahun menikah dan belum ada tanda-tanda punya anak. jadi sambil nonton, berasa melihat diri sendiri.

Mereka menua bersama, sampai Ellie meninggal, dan Carl menjadi ya duda tua pada umumnya. yang suka marah-marah, ngga semangat, dan murung.

Hingga suatu hari, ia teringat akan mimpi-mimpinya bersama Ellie saat kecil dulu. Dengan berbekal sisa tenang tuanya, dan balon yang udah dipasangnya di atas rumah, maka Ellie terbang menuju air terjun surga.




Huhuhu ni film bikin sedih, bikin terharu, tapi bikin seneng, bikin kita merasa " Wah ternyata impina itu memang harus dikejar, jangan dibiarkan teronggok di sudut angan saja"

Meijing, betapa film animasi gini yang kelihatan ringan ternyata isinya berat boook. Yang belum nonton, tontonlah, rekomended banget.

Laaf



2. AADC 

Terbaper berikutnya adalah AADC. Huhuiiii iyalah, siapa sih yang ngga baper.

Nonton AADC itu saat kuliah. Lagi pacaran sama someone yang udah jadi mantan.

Kenapa baper?

Karena pas nonton, saya merasa seolah-olah jadi Cinta. Why oh why hahahaha.

Pokoke Cinta is me. I am Cinta.

Bagian paling baper adalah saat Cinta mutusin ngga berhubungan sama Rangga karena teman-temannya ngga suka Rangga.

Oh Shit, ini pernah banget saya alamin. Suka sama orang tapi teman-teman rese ngga setuju. Cuma satu kata yang bisa mendeskripsikannya

NELANGSA.

Pengen kelihatan pura-pura ngga butuh, padahal hati keinget terus. Kalau ketemu doi, pengen kelihatan " Aku ngga suka kamu, jangan dekati aku" , karena di sekeliling ada teman-teman kita, padahal dalam hati pengen teriak " I Miss You", huhuhu.



I feel You Cinta, i feel you , Lol

Iya ni film pokoke bikin baper.

Tapi yang pertama doang yah, AADC yang kedua saya nontonnya biasa aja. Nonton sama suami, dan yah saya pikir saya udah cukup dewasa untuk ngga melakukan apa yang dilakukan si Cinta di AADC 2, wahahahaha

( Baca : Alumni Hati )


3. Kuch Kuch Ho Ta Hai


Hwaaa, fansnya Sahrul Khan mana suaranyaaaa.

Film yang kalau diitung-itung entah sudah berapa kali saya tonton.  Pertama nonton pas SMA, di ruangan Audio Visual Asrama . Iya saya anak asraman, asrama saya keren, ada ruangan bioskopnya hahahha.

( Baca : Warna-Warni Sekolah Kenangan )

Kenapa fil ini masuk film terbaper saya?

Karena, lagi-lagi pas nonton ini keadaan saya pas banget kayak si Anjali, wahahahaahha. yee ngaku-ngaku aja buuu.

Kan ada tuh adegan si Anjali mau nikah, udah pakai baju pengantin, Trus bimbang, gundah gulana, menentukan apakah dia akan menikahi Amman atau kembali ke pelukan Rahul, ooooooouch.

Adegan terbaper, gundah gulana,
Merasa inilah takdirku
aku akan merana setelah itu
Oh Tuhan beri keajaiban

Thanks God, ga jadi nikah sama dia ;)


Ngga sih, kondisi saya bukan sama persis mau nikah gitu, tapi di saat yang sama, saat itu hati saya sedang mendua. Lagi sama seseorang tapi pikiran ke orang lain.

Trus saat akhirnya, Amman menyerahkan Anjali ke Rahul, huhuhu saya nangis, terharu sampe baper kepikiran gimana kalau itu terjadi padaku. Gimana kalau pas aku mutusin nikah sama seseorang ternyata aku meragu. Meragu trus melihat si pujaan hati ada di depan mata, available, bisa dimiliki saat itu, tapi harus menyakiti hati seseorang yang udah pakai baju pengantin.

Ouch, baperlah.

Syukurnya itu ngga pernah terjadi di saya, hanya sekedar pertanyaan gimana-gimana.


4. Personal Taste

Maaf pemirsah, ternyata ngga banyak film yang membuat saya baper. Hanya tiga film itu doang.

Yang keempat ini, bukan film, tapi serial Korea. Yang main Lee Min Ho.

Aaak, nonton ini saat saya LDR an sama suami. Saya di Jakarta suami di Medan.

Ngga ada hubungan sih dengan LDR-annya, tapi karena nontonnya pasti pas malam, di kost-an , jadi bapernya lebih berasa.

Karena nontonnya udah lama, saya udah agak lupa ceritanya.

Adegan terbaper, saat si Cewek datang ke acara nikahan temannya, sahabatnya banget, yang tinggal serumah sama dia, yang ngerti segala-galanya tentang dia. Eh ternyata, pasangan si teman cewek adalah PACARNYA dia, huhuhu sedih banget.



Baper parah pengen nangis gila. bayangin kalau saya di posisi dia, udah saya cabik-cabik tuh sohib kayak gitu. And yes she did it. Di pesta pernikahan itu, si cewek ngamuk  hahaha.

Trus terbaper lagi, ya kelanjutannya. Saat si Lee Min Ho yang pura-pura gay, akhirnya jatuh cinta sama si cewek ini. Adegan-adegannya so sweet. Apalagi di bagian ehm ehm nya, so sweeeeet. Laaaf.


Ini adegan si cewek lagi kecewa gimana gitu sama pacarnya,
 trus min Ho datang dan langsung kiss si cewek, DISAKSIKAN sang mantan pacar, aaaaak.

Gara-gara nonton ini saya sempet bikin tulisan fiksi, hahahahaha, duh malu.

( Baca : Segores Rindu Untukmu )


Duh kayaknya cuma 4 film itu aja deh yang bisa bikin saya baper, sampai yang kepikiran, sampai yang kebawa ke hati. Sampe yang pas inget adegannya, saya bisa nangis, saya bisa nyesek, dan bisa ketawa bahagia seolah-olah saya yang ngalamin.

Cih, ternyata selera film saya ya begitu itu yah, hahahaha.

Kalau kalian, ada ngga film yang bikin kalian baper banget. Baper yang sampe ikut merasa kalian adalah si pemeran di film itu., Lol.

And kalau ada yang punya rekomendasi film yang bisa bikin saya mendalami sampai menusuk ke hati, tolong kasih tau akuuuuuuh.




Custom Post Signature