Hmmmm ini sebenarnya topik basi sih, udah banyak banget yang bahas, di status maupun di blog.
Tentang boleh atau tidak boleh memposting foto anak di media sosial.
Sepertinya untuk pertanyaan yang satu ini bisa dipastikan hampir semua orangtua berpendapat sama, bahwa yang namanya memposting foto anak di medsos, entah itu di facebook, di IG, di blog sebisa mungkin dihindari.
Nah kalau pertanyaan itu diajukan ke saya gimana?
Baca punya Gesi :
Kalau saya pribadi sih memperlakukan soal posting memposting foto anak, sama dengan posting memposting foto saya pribadi. Kalau saya rasa ada manfaatnya buat diposting ya diposting, kalau ga ada manfaatnya ya di keep sendiri.
Manfaatnya itu macem-macem, yang dinilai berdasarkan saya sendiri. xixixi iyalah kan bermanfaat menurut saya bisa jadi sampah bagi orang lain begitu pun sebaliknya.
Kadang saya post karena saya anggap mereka lucu banget, dan saya lemah terhadap kelucuan anak sendiri.
Kadang saya post, karena ada yang ingin saya ceritakan dibalik foto itu.
Bahkan kadang saya posting foto hanya karena saya rasa fotonya cakep, dan ini layak untuk dishare.
Selama ini, saya biasa aja dalam memposting foto anak. Tidak memprotect sedemikian rupa namun ya ngga diumbar-umbar sembarangan juga.
Biasa aja, layaknya foto yang lain.
Karena ya ngakulah, saya ini masih banci sosmed yang belum bisa menahan diri untuk tidak posting-posting foto anak.
Saya ngga punya pembelaan apa-apa dalam hal ini.
Iya saya ibu yang memposting foto anaknya di sosmed. Silahkan Judge saya, saya ngga akan membela diri.
Saya ngga akan bilang bahwa foto anak adalah mood booster saya atau posting foto anak agar menginspirasi orang lain.
Nggaaaa.
Saya ngga akan bilang bahwa foto anak adalah mood booster saya atau posting foto anak agar menginspirasi orang lain.
Nggaaaa.
Saya tahu konsekuensinya seperti yang sering ditulis di banyak tulisan parenting. Soal bahaya pedofil, soal bahaya penculikan anak, soal berpotensi mereka malu di kemudian hari. Yup saya tahu dan mengerti konsekuensinya. Makanya hal yang saya lakukan ya meminimalisir risiko saja.
Saya percaya yang namanya kejahatan itu bisa ada dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.
Bagi orang lain mungkin cara terbaik adalah menutup semua akses agar kejahatan terhadap anak tidak akan masuk atau menyentuh anaknya, salah satunya dengan tidak memposting foto anak sama sekali di medsos.
Saya menghargai ibu-ibu yang punya pendirian seperti itu.
Nah, kalau saya mungkin punya pemikiran yang sedikit berbeda.
Mungkin karena pada dasarnya saya ibu bekerja, yang bahkan anak saja saya titipkan ke mba setiap hari, mungkin bagi orang lain ini aja udah horor banget.
(Baca ya : Nitipin Anak Sama ART, Ibu Macam Apa Kamu?)
(Baca ya : Nitipin Anak Sama ART, Ibu Macam Apa Kamu?)
Artinya, saya tahu segala hal di dunia ini yang kita lakukan pasti ada dua sisi. Ada risiko pastinya dan selain itu ada namanya hmmmm takdir ya.
Hmmm, jadi begini.
Saya berpikiran, saya ngga mungkin memprotect anak saya dari segala hal berbau digital. bahkan saya tidak mungkin memprotect anak saya dari segala ancaman luar. Karena yang namanya kejahatan tidak hanya ada di dunia maya, di dunia nyata juga banyak. Makanya saya katakan, ya saya memperlakukan foto anak biasa saja.
Saya hanya membiarkannya seperti hal lain, namun saya punya mitigasinya.
Karena kalau Gesi tuh suka bilang kan Carpe Diem, Seize The Day.
Yah saya sedikit banyak seperti itu, tidak mau terlalu mengkhawatirkan dunia ini. Karena kekhawatiran berlebih terkadang membuat kita malah tidak bisa menikmati hidup.
Saat anak tertawa, kita jepret dan kita bahagia karena itu, lalu mempostingnya, saya masih menganggap itu wajar saja.
Saya menikmatinya.
Saya menikmati momen itu.
Karena kalau semua saya khawatirkan, percayalah saya ngga akan bisa keluar rumah. Karena memang hidup saya ya udah penuh risiko.
Mikirin kejahatan pembantu
Kejahatan pedofil
Penculikan Anak
Penjualan Organ Tubuh anak
Masih banyak lagi,
Bukan berarti artinya saya tidak melindungi anak saya. Saya hanya melakukan perlindungan dengan cara lain.
Terkait kejahatan pedofil misalnya, yang bisa saya lakukan sebagai orangtua ya memberi pendidikan sex ke anak secara dini sesuai usianya.
Tidak membiarkan anak saya keluar rumah tanpa ditemani saya atau mbanya.
( Baca ya : Sex Education Untuk Anak, Perlukah )
Memberi tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.
Selain itu , karena usia anak saya juga masih kecil, ya saya menerapkan pengawasan melekat pada mereka selama 24 jam penuh. Saya mengontrolnya dengan menggunakan support sistem yang baik tentunya. Dengan mba masing-masing untuk anak, plus CCTV untuk memudahkan saya memantau aktivitas mereka.
Tidak ada satupun proteksi yang benar-benar akan melindungi anak kita dari kejahatan dunia luar.
Maka yang saya lakukan juga adalah berdoa.
Iya, berdoa sebanyak mungkin untuk perlindungan dan keselamatan mereka.
Karena Allah mah sebaik-baik penjaga. Siapa lagi yang bisa saya harapkan lebih dari itu.
( Baca : Hal-Hal Yang Bisa Diajarkan Kepada Anak 3 Tahun )
Namun, walau saya cenderung bebas dalam memposting foto anak, setidaknya ada beberapa aturan yang saya terapkan bagi diri sendiri dalam memposting foto anak .
1. Tidak memposting Saat ia Dalam keadaan tidak semestinya
Seperti dalam kondisi telanjang, atau yang memalukan. Yah saya ngga mau jugalah di kemudain hari anak saya jadi bahan bullyingan temannya gegara fotonya yang memalukan berseliweran di internet.
2. Tidak Mencantumkan Informasi Detail
Ya ini aturan baku ya dalam posting foto anak. Dan saya manaatinya. Saya cek lagi barusan, saya jarang menyertakan tag lokasi saat posting foto anak. Termasuk sekolah anak saya, ngga pernah dicantumkan.
3. Tidak Memposting Foto Real Time
Yup, hampir semua foto Tara dan Divya saya apload setelah sampai rumah kembali, jika fotonya saat kami bepergian.
4. Tidak memposting Foto dengan Anak Lain
Ini hampir tidak pernah dilakukan. Karena saya taulah ngga semua ortu suka anaknya nampang di sosmed. makanya ya biasanya foto mereka hanya sendirian.
5. Minta Ijin Sama Anak
Hahahah iya ini saya lakukan belakangan ini karena saya lihat Tara udah mulai ngerti. Jadi kalau mau posting saya tanya dulu sama Tara, " Ini boleh bunda aplod"
Tara udah ngerti kata aplod.
Dia bakal jawab iya, maka saya posting. Kadang dia jawab ngga boleh lho. Kalau ngga boleh ya udah ga jadi.
( Baca ya : Tentang Kata Jangan Pada Anak )
Udah sih gitu aja.
Kalau kalian ibu yang posting foto anak atau yang keep foto anak?
Postingan ini tidak untuk diperdebatkan ya, karena saya yakin setiap ibu punya proteksi masing-masing untuk anaknya.