“ Mama, Amela mau payungnya yang warna ungu ya
ma”
Sore itu sehabis latihan menari
di sanggar tari tante Citra, Amela langsung laporan sama mama. Dua bulan lagi
sanggar tari Bina Karya, tempat Amela menghabiskan tiga hari dalam seminggu
setiap sore sepulang ngaji di madrasah ibtidaiyah, akan tampil di salah satu
televisi swasta dalam acara “Pentas Seni Anak Indonesia”.
Mereka akan membawakan tari
payung, jadi setiap anak harus mempunyai payung kecil sebagai property tarian
mereka. Latihan dimulai minggu depan. Amela gembira sekali, dari tadi bibir
mungilnya asik berceloteh kepada mamanya. Mama tersenyum melihat antusias Amela
yang begitu menggebu-gebu.
“ Kata mba Putri, nanti akan
dipilih sepuluh orang ma untuk ikut acara itu” sambil mengunyah nasi yang disuapkan
mama ke mulutnya, Amela masih bercerita.
“ Amela pengen ikut ma”
“ Iya Amel, makan dulu yah, nanti
dilanjutkan ceritanya, ntar kamu keselek lho”
“ Payungnya ungu ya ma, jangan
lupa”
Hihihi walaupun sudah diingatkan
mama, tetep saja Amela melanjutkan ocehannya. Dasar bocah.
***
Tubuh mungil amela meliuk-liuk lincah
mengikuti alunan musik dari soundsystem
di sanggar tari Bina Karya.
Amela memang suka sekali menari.
Setiap mendengar musik di televise ataupun dari tape mobil otomatis dia akan
mengikuti gerak-gerik para penyanyi imut imut itu , apa tuh namanya, hmm ya ya
“ Cherry Belle”.
Pinggul goyang ke kiri, goyang ke
kanan. Berputar-putar. Ah lucu sekali melihatnya.
Diam-diam mama sering memergoki
Amela lagi mematut-matut diri di kaca sambil menari. Terkadang ia menirukan
tarian yang sering diperagakan sinden di Opera Van Java. Selendang mama pun
jadi korban untuk melengkapi aksinya. Selendang diikat di pinggang, kadang ia
mengalungkannya di bahu. Mulailah Amela mengibas-ngibaskan selendang tersebut
persis seperti aksi lempar sampur.
“ Iya jeng, anak saya si Amela
tuh gimana yah…. gak bisa diem di rumah. Bawaannya mau nari aja. Pusing saya
melihatnya"
Mamanya Amela mengeluhkan
kebiasaan Amela yang selalu always, menari dimanapun. Bahkan kemarin waktu mama
minta Amel bantuin nyusun piring di meja makan untuk makan malam, sambil
membawa piring dan gelas kakinya melonjak-lonjak riang. Malang si manis
tiba-tiba muncul, kaki Amela tersandung si Manis,Prang…. Tak ayal piring dan
gelas di tangan Amela mendarat dengan suara krompayangan di lantai. Hihihihi,
“ Ya sudah jeng, Amela dimasukin
ke sanggar tari aja, kayak anak saya.
“ Horeeee, Amela seneng banget
waktu mama mengantarkannya ke Bina Karya, sanggar tarinya Tante Citra, adik
mama.
Dan sekarang, mama sedang
memperhatikan putri bungsunya itu menari. Ah Amela memang berbakat.
Mama menyempatkan diri menjemput
Amela sepulang dari kantor, sekalian mau ngasi kejutan ke Amela. Mama sudah
membawa payung ungu yang diminta Amela. Payung kecil yang sangat cantik.
“ Baik, latihan hari ini cukup.
Minggu depan kita akan mulai berlatih tari payung ya ya. Jangan lupa bawa
payungnya ya,’ kata Mba Putri, guru tari Amela
***
Mama mengelus lembut kening putri
bungsunya itu. Terdengar dengkuran halus Amela. Titik-titik keringat membasahi
dahinya. Secara berkala mama mengganti kompres hangat di kening Amela.
Ya, sudah tiga hari ini Amela
demam,mama langsung izin tidak masuk kantor untuk merawat Amela. Padahal minggu
depan adalah jadwal Amel tampil di televisi. Mudah-mudahan Amela segera sembuh,
kalau tidak ia pasti kecewa sekali tidak dapat ikut di acara tersebut.
Pagi tadi demamnya sudah turun.
Amela sudah kelihatan sehat. Karena sudah tiga hari tidak kerja, pagi ini mama
kembali berangkat ke kantor. Lagian Amela sudah baikan, bisa ditinggal dengan
si mbok.
***
Sudah lebih dari tiga jam, mama
memandangi foto putri bungsunya. Amela tersenyum manis sekali. Perlahan,
airmata merembes kembali di pipinya. Bahunya terguncang-guncang menahan isak
yang berdesakan ingin keluar. Penyesalahan yang menggerogoti hatinya tidak bisa
hilang begitu saja.
“ Maafin mama Amel” lirih suara
mama sambil mengelus foto Amela.
Tadi siang pemakaman Amela telah
selesai dilaksanakan. DBD, penyakit itu yang merenggut nyawa kecil Amela.
Mama tidak tahu kalau demamnya
Amela beberapa hari yang lalu disebabkan virus Dengue penyebab DBD. Maka saat
panas tubuh Amela turun di hari keempat, keesokan harinya mama langsung
memutuskan masuk kantor, meninggalkan Amela dengan si mbok.
Ternyata saat itu
justru fase kritis nya Amela, dimana demam terlihat seolah-olah sembuh, padahal
kenyataannya telah terjadi pembocoran pembuluh darah. Harusnya Amela banyak
minum cairan saat fase ini. Tiap jam ia harus minum dan harus buang air kecil
4-6 jam sekali. Si mbok mana ngerti hal-hal kaya gitu. Apalagi dilihatnya Amela
seperti sudah sehat. Memang masih lemas, tapi suhu badannya normal.
***
“ Amela ini payung kamu sayang,
mama letakin disini ya, biar kamu ga kehujanan”
Mama menancapkan payung itu di atas
makam Amela. Sambil tersenyum sendu , mama meninggalkan TPU tersebut.
“ Mimpi indah Amela, menarilah
bersama bidadari “
Payung ungu itu memayungi nisan
Amela.
Gambar dari sini