Tentang Reksadana

Wednesday, November 14, 2018


Bahas reksadana yuks, karena di IG ku banyak banget yang request tema ini.

disclaimer dulu yah, aku nulis ini untuk pemula banget. Jadi mungkin akan sangat annoying bagi yang udah expert.

Tapi sebelum ke reksadananya, aku mau check sound dulu pada tau ga bedanya nabung sama investasi?

Kebanyakan dari kita pasti udah pahamlah ya sama kegiatan menabung. Banyak contoh tabungan saat ini yg ditawarkan di bank-bank.

Nah bedanya menabung dengan investasi itu apa?

Sebenarnya mirip aja sih hahahaha. Investasi itu ya proses menabung juga tapi bedanya dia pake perencanaan, ada tujuannya, ada jumlah yang mau dicapai, dan ada target jangka waktunya

Nah selama ini tuh kita-kita  yg taunya Cuma nabung doang, kebanyakan ya udah pokoknya aku sisihin duit sekian perbulan di tabunganku, Tapi ga mikirin hal-hal ini:

1. Tujuannya utk apa

2. Goalnya berapa untuk tujuan itu

3. Kapan tabungan itu mau dipake

Jadi kebiasaan nabung kita selama ini kalo digambarin begini nih.

“ Aku mau nabung utk anakku masuk SMP (saat ini anak masih balita), biaya masuk SMP saat ini 25 juta, punya waktu ngumpulin duitnya 10 tahun. Ya udah bagi aja 25 juta : 10:12. Sebulan berarti harus nyisihin 208 rb,

Pas anaknya usia masuk SMP, diambil deh tabungannya. Dan jeng jeeeeeng, kurang dong yah, hahahah.

Ya kurang karena pas 10 thn ke depan uang masuknya udah berubah jadi 75 jutaan misalnya. Waduh, capek2 nabung kok tetep kurang nih.

Makanya untuk planning-planning tertentu seperti itu, kita ga cukup cuma nabung doang. Tapi bolehlah mulai belajar soal investasi. Ga usah yang susah-susah dan njelimet kayak trading saham dsb itu. Cukup yang gampang-gampang aja sesuai kapasitas kita. Mulai pelan-pelan biar ga kaget.


Instrumen Investasi


Instrumen investasi yang paling sering kita denger tuh sebenernya ada 3 jenis saja :

1. Deposito
2. Obligasi
3. Saham

Deposito :

Kalian udah taulah ya. Ini tabungan dengan jangka waktu tertentu di bank dengan imbalan berupa bunga. Hasil investasinya di kisaran 0-5% - 0.9 % perbulan tergantung nominalnya.

Iya semakin besar nominal depositonya maka bunganya semakin tinggi. Kepemilikannya pake bilyet yg hrs ditunjukkan saat deposito itu mau dicairkan. Jadi masukin depo 100 juta tidak akan sama bunganya dengan masukin depo 1 milyar.

Obligasi

Obligasi ini hampir mirip dengan deposito, tp dia bukan produk bank. Jangan salah ya. Berjangka juga, tapi jangka waktunya menengah, biasanya dari 1 tahun sampai 3 atau 5 tahun. Imbal jasanya bukan bunga, tapi kupon. Dan bisa diperjual belikan di pasar sekunder.

Misal, perusahaan butuh dana untuk membiayai usahanya. Pastilah dia punya modal sendiri kan. Tapi ngga cukup, dia butuh sokongan dana dr pihak luar, biasanya pinjem di bank atau berhutang ke investor langsung. Nah kalo dia mau minjem sama investor, dia harus terbitin surat utang, nama surat utang yang dikeluarkan ini adalah obligasi.

Kenapa ga minjem bank aja?  kok harus nerbitin surat utang?

Karena bunga bank mahal gengs

Misal ya sekarang, bunga bank untuk pinjaman komersil itu di kisaran 9% sd 13 % setahun. Berarti kalo dia pinjem ke bank dia harus bayar ke bank bunga sebesar itu setiap tahunnya, bagilah perbulannya berapa.

Nah kalo perusahaan nerbitin obligasi untuk dapat pinjaman dari investor langsung, dia cukup tawarkan kupon sebesar 8% misalnya. Lebih murah kan dibanding pinjem di bank. Begicu.

Dari sisi masyarakat/investor, kenapa tertarik beli obligasi?

Karena kuponnya lebihh gede dari yang ditawarkan oleh bank.

Wah bank bisa ga laku dong?

Ga juga. Kalo bank, misalnya depo gitu ya dari BRI, kan udah jelas banget reputasinya, jadi walau bunga lebih kecil tapi keamanan lebih terjamin.

Sebaliknya obligasi, kita sebagai investor harus analisa dulu nih perusahaan yang nerbitin obligasi gimana track recordnya. Jadi ada risikonya terkait baik buruk kinerja si perusahaan.

Balik lagi ke high risk high return. Low risk ya low return.


Sekarang Saham

Perusahaan butuh modal nih buat usahanya. Selain modal sendiri dia bisa pinjem ke bank, nerbitin surat utang melalui obligasi, atau dengan menjual sebagian kepemilikannya. Nah kepemilikan inilah yang disebut saham.

Kalau ada perusahaan yang menjual sahamnya, ini artinya perusahaan itu udah Go Public.

Kalau kita membeli saham salah satu perusahaan, misal beli saham BRI, maka ya kita jadi punya andil kepemilikan di situ. Yang namanya pemilik, maka saat untung dia akan dapat untung, saat perusahaan rugi ya dia nanggung ruginya juga. Jadi istilahnya bagi untung dan bagi rugi.

Inilah makanya investasi di saham, risikonya lebih besar dibanding dua jenis instrument investasi sebelumnya tadi (depo dan obligasi).

Jadi kalau mau kita urutkan, risiko investasi dari rendah ke tinggi itu :

Deposito – obligasi – saham.

Apa beda Depo dan Obligasi?

Perbedaan antara depo dengan oblgasi dan saham salah satunya adalah depo tidak diperdagangkan di pasar sedangkan obligasi dan saham diperdagangkan. Makanya harganya bisa berfluktuasi karena sangat tergantung dengan supply and demand di pasaran.

Supplly dan demandnya sendiri dipengaruhi oleh situasi politiklah, isu-isu nasional, nilai tukar uang, edebre-edebre, makanya ga heran ya kalo ada isu-isu yang nyerang pemerintah, maka harga saham dalam negeri bisa turun, sebaliknya kalo wajah pemerintah lagi baguss, saham-saham juga ngikut naik.

Makanya ayo jgn suka bikin isu-isu negatif ke pemerintah. Lhaaaa

Ini ngomongin reksadananya kapaaaaan?

Sabar. Karena kalo ga dijelasin dari awal, ntar pada bingung soal penempatannya.

Naaaaaah, sebagai calon investor nih, kita mau dong yah nempatin duit kita ke satu instrument tadi. Tapi………. Seperti kata pepatah don’t put all eggs in one basket.

Jangan taruh telurmu di satu keranjang. Diversivikasi men, diversifikasi. Biar ga apa kali kalo ada apa-apa sama satu instrument yang kita beli. Begicu.

Jadi missal naruh deposito, ya taruhlah di beberapa bank.
Kalo mau beli obligasi, ya belilah obligasi beberapa perusahaan
Kalo mau beli saham gitu juga, ya belilah beberapa macem saham, jangan ditaruh semua duitnya di satu saham doang.

Lebih jauh lagi, ya taruhlah di beberapa instrument investasi. Sebagian di depo, sebagian di obligasi, sebagian di saham.


Lho banyak amat duitnya kok bisa beli macem-macem gitu wahahaha.

Puyeng ngga ngurus itu semua?

Kalau kayak aku, jelas aku bilang puyeng. Karena ga punya waktu buat mantengin pergerakan nilai saham satu perusahaan. Tapi bagi yang memang udah ngerti dan punya waktu, ya lebih bagus sih urus sendiri segala investasinya ini.

Nah, untuk melayani orang-orang yang ga punya waktu dan males ribet maka keluarlah suatu produk bernama reksadana. Hasek, mashoook dia





Reksadana

Reksadana itu adalah satu cara untuk berinvestasi.

Ada banyak banget cara berinvestasi lain.

Kalau mau investasi secara langsung, kamu bisa langsung buka depo ke bank (kalau mau depo), beli obligasi ke bank (kalo mau beli obligasi), atau nabung saham sendiri ke perusahaan sekuritas.

Kalau kamu ga mau langsung nangani itu semua karena sibuk, ga ngertilah, lalalala alasan lain, ada cara investasi lain yaitu reksadana.

Jadi reksadana itu apa?


Wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk kemudian diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi.

Sebelum masuk ke penjabarannya, kamu perlu tahu siapa saja pihak yang terlibat dalam reksadana ini.

Nah di reksadana itu ada beberapa pihak yg terlibat :

Investor : Kita nih yg mau beli reksadana

Manajer Investasi : Ini org yg akan mengolah duitny kita, diinvestasikan ke instrument keuangan mana aja gitu. MI ini hrs buat kontrak dulu bersama bank custodian, ntar dia daftar ke bapepam untuk dpt ijin menjual reksadana.

Agen Penjual : Untuk beli reksadana kita bisa langsung ke Manajer investasi, atau melalui agent penjual. Ibaratnya kalo MI ini pabrik, maka agen penjual ini kayak distributornya. Agent penjual ini bisa bank, bisa perusahaan sekuritas (Danareksa, Trimegah,MNC)

Bank Kustodian :
Nah bank custodian ini tempat urusan administratifnyalah pokoke Ya pencatatannya, ngitung NAB nya, edebre edebre.


Di mana beli reksadana?

Reksadana bisa dibeli di bank, atau di perusahaan sekuritas kayak Bareksa, Danareksa, MNC, apalagi ya. Pokoke semua agent penjual yang udah dikasi ijin.

Kalo kalian ga tau di mana perusahaan sekuritasnya, ya udin ke bank aja biar gampang. #teteup yah.

Caranya mirip kayak nabung.

Kalian datang ke bank, kalo di BRI, kalian bisa datang ke kantor cabang yg ada Sentra Layanan Prioritasnya. Di Medan ada di Cabang Medan Iskandar Muda, di Medan Putri Hijau, dan di Medan SM Raja.

Ntar ada petugas yang melayani. Kalian akan dikasih form untuk diisi. Sebelum mengisi kalian akan dijelaskan dulu tentang reksadana, jenis-jenisnya, trus dikasi tau pilihan Manajer Investasinya, ditanyain untuk kebutuhan apa, baru deh pilih mau beli reksadana apa.

Isi form, ntar selanjutnya didaftarkan oleh si petugas. Tapi reksadana ngga ada bilyet atau buku tabungan gitu ya, dia cuma dicatatkan aja ntar di sistem.


Jenis-Jenis Reksadana



Reksadana itu ada brbrp jenis :

1. RD Pasar Uang : Deposito, SBI. Obligasi jk < 1 thn.

2. RD Pendapatan Tetap : SUKUK (obligasi Syariah)
SBN (Surat Berharga Negara), Obligasi pada perusahaan BUMN dan perusahaan Swasta.

3. Reksadana Saham : Saham

4. RD Campuran


Reksa Dana Pasar Uang

Ini RD yg risiko paling kecil. Biasanya ditempatkan di depo bank atau obligasi jk pendek. Keuntungan ya paling kecil dibanding reksadana lain, tp tetep lbh tinggi dr kalo km depo langsung sendiri. Hasilnya mayan cepet kelihatan, makanya RD ini cocok utk kebutuhan investasi Jk pendek. Misal utk rencana nikah, rencana liburan.

Bagi yg baru mulai dan masih takut2 dg risiko investasi, boleh nyoba RD jenis ini dulu


Reksa Dana Pendapatan Tetap

Ini risikonya sedenganlah. Penempatan RD jenis ini di obligasi atau ke surat2 utang negara. Nilainya tergantung naik turun BI rate. Cocok utk investasi jangka menengah. sampe 3 tahunan gitulah bisa. Hasilnya biasanya lbh tinggi dr RD pasar uang.

Ini kalo misal mau invest utk dana pendidikan anak, atau naik haji, atau invest utk rehab rumah. bolelebo.


Reksa Dana Saham

Naini, penempatannya ya ke saham2 yg bagus2lah. Dari segi hasil, RD ini paling gede keuntungannya. Tapi ya risikonya jg paling gede, krn pengaruh byk hal yg aku bilang td di depan.

Makanya RD saham cocok utk tujuan investasi jangka panjang, lebih dari 5 tahun. Krn kalo mau diambil 3 thn doag misalnya, pas harga saham lagi turun, ntar panik sendiri hahaha.

Wah kok pusing. Pengen hasil gede, tp risiko kecil aja kakaaaa

Ya sud dimix aja

Reksa Dana Campuran

Reksa dana campuran ini risiko lebih tinggi dari RD pasar uang dan Pendapatan Tetap, tp lebih rendah dr RD saham.  Keuntungan juga di tengah-tengah.

Oleh Manager Investasi ntar dia bakal pilih-pilih penempatannya biar keuntungan bisa gede tapi risiko bisa seimbang.

Jadi ntra komposisinya ya terdiri dari Dua atau mix tiga jenis di atas.
Bisa PU+PT
Bisa PU+PT+Saham.

Jadi di reksadana itu yang sangat berperan adalah si Manajer Investasi.

Cara Kerjanya gimana sih? masih bingung nih  

Bayanginnya gini, Kamu punya duit 250 ribu.

Kebanyakan instrumen investasi itu dana awalnya harus gede baru bisa mulai. Contohnya nih mau buka deposito di bank. Ada nominal minimalnya. Saat ini sekitar 5 jutaanlah. Maka dengan duit 250 rb kamu belum bisa buka deposito.

Kalian mau beli obligasi juga ga bisa, karena min beli obligasi biasanya jutaan. Kalo obligasi pemerintah bisalah Rp 1 juta.

Kalau mau beli saham langsung? Bisa dengan uang 250 ribu, tapi harus urus sendiri semuanya..

Nah gimana caranya biar dengan 250 ribu kamu sdh bisa investasi?

Reksadana ini mewadahinya.

Karena ntar kita setor duit 250 ribu ini ke Manajer Investasi,  duit kita akan digabung rame-rame sama duit-duit org lain, diolahlah sama si Manajer Investasi.

Kayak yang aku bilang tadi, depo 100 juta akan berbeda hasilnya dengan depo 1 M. jadi karena rame-rame tadi duitnya, jadi banyak, maka kalo seandainya si MI, mau nempatin ke depo, ya hasilnya jelas  lebihh tinggi daripada kamu buka depo sendiri.

NAB 


NAB itu nilai aktiva bersih.
Satuan unit yg kamu dapat saat kamu beli reksadana.



Misal kita buka reksadana pertama kali di BRI. setor duit Rp 250 rb.
Kita pilih dulu Manajer Investasinya (ntar dikasi daftarnya).

Trus kita tentuin mau penempatan di mana?. Pasar Uang, Pendapatan Tetap, Saham, Atau Campuran.

Nah, disitu ada dikasi tau, brp nilai perunit reksadana yg mau kita beli.
Misal RD Campuran saat itu 1 unit Rp 1000.

Maka dr duitmu yg 250.000 itu, kamu dpt 250.000/1000 = 250 unit.

Bulan depan km tambahin lagi reksadanamu, 250.000 lagi. Saat itu NABnya ternyata naik, jd 1100.
Maka dg 250 rb, km ga dpt lg 250 unit tp 250.000/1100 = 227 unit

(blm memperhitungkan biaya ya cuy semuanya)

Gitu trs. Jd km sekarang punya 250+227 unit = 477
Nilainya brp? = 477 x 1100= 524.700


Lanjut di Post Berikutnya yah : Beda Investasi Langsung Dengan Reksadana
Be First to Post Comment !
Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature