Kalimat Bijak Yang Ngga Bijak-Bijak Amat

Friday, November 16, 2018
Jadi, gimana kalo sesorean ini, kita bahas tentang kata-kata bijak yang ternyata ga bijak-bijak amat kalo kita pikirkan lebih dalam.
Iya, aku kan kebanyakan waktu luang, sampe sempet-sempetnya mikirin hal-hal unfaedah dalam hidupku. Yang sabar ya kalian.





“ Keluar dari zona nyaman”

Uwuwuwuwuw, siapa yang sering denger kalimat itu?

Sungguh sebuah kalimat maha dahsyat ya. Didengung-dengungkan para motivator. Ayo jangan mau ada di zona nyaman, keluar, bergerak, move move.

Ini ya opo sih rek. Aku dulu juga kayak yg kepecut gitu dengan kalimat di atas. Tapi setelah kupikir-pikir, kenapa kok udah nyaman-nyaman malah sutuh keluar sih.

Emangnya siapa manusia di dunia ini yang ngga suka berada di tempat yang nyaman?.
Kalo kerja emangnya suka di tempat yang penuh konflik?. Kalau di keluarga emangnya suka di rumah yang sempit, yang ekonomi sulit, yang apa-apa harus irit. Ya ngga tho?

Karena ini biasanya sering disebut-sebut untuk memotivasi para pekerja, maka kita ambil sajalah contohnya ya di kantoran.

Awal-awal masuk kerja atau pindah ke tempat baru, pastilah kita belum nyaman, masih kagok, masih meraba-raba, masih belum ada yang dipercaya, mau ketawa masih malu, apalagi ngakak (ntar dianggap bukan wanita solehah dan kurang berbudi pekerti luhur). Seiring waktu udah mulai adaptasi, udah enjoy, udah enaken, udah nyaman, ealah malah disuruh keluar “ Keluar dari zona nyaman”

Iki siopo siiiih .
Mungkin maksudnya bukan zona nyaman kali yah. Tapi jangan berhenti bertumbuh, jangan berhenti mengembangkan diri.

Karena konotasi zona nyamannya ini ibarat katak yang direndem di dalam air, dimasukin panci, trus ditengkrengin di atas kompor. Saat api dinyalakan, di katak dieeem aja, lama-lama anget-anget, eh makin enak dia, makin diem ga mau bergerak. Pas si air udah mencapai titik didihnya, baru deh dia panik, mau lompat udah ga bisa, akhirnya si katak terebus dalam kenyamanannya. Hiks syedih.

Itu kali yah maksudnya.

Baiklah kita anggap saja maksudnya seperti itu.

Tapi ya teutep mungkin kalimat keluar dari zona nyaman itu perlu sedikit diperbaharui. Karena aku suka kenyamanan, aku mau hidup nyaman, siapa yang ngga mau?

Cinta Tak Harus Memiliki

Kalo pas denger kalimat di atas, keliatan romantis banget kan yah.

“ Aku mencintaimu Sergio”

“ Tyda bisa Marimar, kita beda kasta, followerku udah makro, kamu masih remah-remah debu Instagram”

Kemudian Marimar menangis. “ Ya sudah, aku akan tetap mencintaimu selamanya, karena cinta sejatinya tak harus saling memiliki Sergio, aku akan pergi”

“ Jangan Marimar, kita TTM-an aja, atau gimana kalo kita FWB”

Muncungmu itu Sergio

Gini ya Marimar. Kalo kamu suka banget, cinta banget sama Kani mentayaki, masa iya kamu cuma mau liat-liat doang, ngga pengen memasukkannya ke mulutmu apa?. Padahal kamu tau itu enak banget. Apa kenyang cuma diliatin doang, ngga kan? Ngga kan?

Maka ya carilah Kani Mentayaki di tempat lain.
Kenapa harus buang-buang waktu mencintai orang yang tak bisa dimiliki. Cinta itu ya harus memiliki, karena apalah artinya cinta kalau hanya melihat dia di kejauhan. Hati perih, pedih, tanpa bisa berbuat apa-apa.

Kalau kita mencintai tapi tak bisa memiliki artinya ada yang tidak tepat dengan cinta itu.

Bisa waktunya yang tidak tepat, bisa orangnya yang ga tepat. Maka kalau cinta tapi tak bisa memiliki, jangan dekat-dekat lagi dengan orang itu, segeralah hempaskan cinta itu. Tak usah didramatisir. Cari yang bisa membalas dan bisa kau miliki.

Patah hati itu biasa. Tak bisa memiliki itu sakit luar biasa. Bhay aja.


Kalau jodoh ngga akan kemana

Kemudian nunggu jodohnya diantar sama abang gojek.

Ya bener juga sih, kalau jodoh pasti ketemu di pelaminan. Entah sebagai manten atau malah jadi mantan. Tapi kalo dirimu percaya dengan kalimat itu kisanak, kemudian menanti jodoh jatuh dari langit, ya gpp, siap-siap aja menjomblo terus.

Jomblo itu memang kadang prinsip kadang nasib.

Kalau ketemu dengan orang yang menurutmu sangat cocok denganmu (walau belum tentu dia merasa cocok juga denganmu ) perjuangkan, cari perhatian dia, beritahu dia kalau kamu mencintainya, sepanjang dia bukan masuk kategori “Tak bisa dimiliki”, usahaaaaa.


Jangan Pilih-Pilih Pasangan

Ntar jadi perawan tua lho.

Ini apa Cassandra?

Kenapa kita tidak boleh pilih-pilih pasangan? Kalau beli baju aja kita pilih-pilih. Rela bersusah-susah fitting di kamar pas. Pas dipajang kece parah, pas dipake, eh, nyangkut di pinggul semlohai. Pas dipajang warnanya kok eye catching banget, gitu dipake lho kok ngga pas ya sama warna contact lense, cari warna lain, cari potongan lain, ngga nemu yang pas juga?, pindah cari ke toko lain.

Lha kalau milih baju aja seribet itu dan semau repot itu, kenapa pulak milih pasangan yang bakal mendampingi seumur hidup ga boleh pilih-pilih?

Jangan dengerin orangtua yang ngomong gitu, ditambah pula pepatah

“Pilih-pilih tebu, kena tungkulnya” (ini bener kan yah pepatahnya?)

Ga papa, lama dikit bilang I do, tapi dapat yang fit, ketimbang “Ah biarlah sesek dikit gpp, ntar kalo diet kan nyaman juga celananya” Kalo tambah kurus, kalo makin lemu?

Yhaaaa gimana .

Cinta Ga Butuh Alasan

Kalau cinta ga butuh alasan, ya berarti kita bisa jatuh cinta sama siapa aja dong yah. Sama sembarangan orang. Carilah sebanyak-banyaknya alasan mencintai, jangan cuma satu.

Kamu suka senyumnya, ingat-ingat itu saat berjauhan, kamu kangen dengan senyumnya.

Kamu  jatuh cinta dengan cara berfikirnya. Ingat-ingat itu bahwa dia begitu memikat saat mengeluarkan isi pikirannya.

Kamu jatuh cinta karena masakannya. Rindukan terus masakannya, buat dia tau bahwa masakan terenak di dunia adalah hasil racikan tangannya.

Kamu jatuh cinta karena kecerobohannya. Ingat-ingat betapa lucunya dia saat kesandung mejalah, saat ngga matching antara baju dan jlbab.

Kamu jatuh cinta dengan kebaikan hatinya. Ingat-ingat saat dia begitu menyebalkan, bahwa dia sebenernya baik, Cuma lagi capek aja mungkin.

dst
dst

Selalu ada alasan bagimu mengingatkan kembali kenapa kamu memilih dia dibanding yang lain.


Nikah itu bukan cepet-cepetan tapi lama-lamaan

Walau ini keliatan seperti mematahkan soal nikah mudah, atau dulu-duluan menikah, tapi soal lama-lamaannya juga kok aneh ya.

Pokoke menikah itu bukan balapanlah, jadi ga ada cepet-cepetan dan ya ga ada lama-lamaan. Ya masa kalo udah ga seiya sekata lagi, kalo udah perang badar terus tiap hari, kalo udah ada yang tersakiti, masih harus tahan lama-lamaan?

Menjadi Ibu Adalah Pengorbanan

Ehmmm

Yang pengen jadi ibu siapa?

Yang minta jadi anak siapa?

Tidak ada yang jadi korban ah seharusnya. Wong jadi ibu itu sebuah amanat, sebuah anugerah, buan pengorbanan.

Jangan merasa berkorban, karena inilah cikal bakal orangtua yang selalu nuntut macem-macem ke anaknya. Karena merasa berkorban.

( Baca : Benarkah Seorang Wanita Itu Banyak Berkorban Untuk Keluarga?)


Jangan mau Jadi Pegawai, Jadi Pengusaha Saja

Wahahaha siapa yang sering denger kalimat ini.

" Jangan jadi pegawai"

Seolah-olah jadi pegawai itu begitu buruk. Huh.

Lhaa emang kenapa jadi pegawai?. Ga ada yang salah ih, sma ngga salahnya dengan jadi pengusaha.

Y kalau semua jadi pengusaha, siapa yang mau kalian omelin di kantor-kantor pemerintahan.

Kalau ga ada yang kerja di bank, siapa yang mau kalian sewotin pas kartu ATM kalia tertelan di mesin ATM, hayooo. wahahaha.

Masih ada lagi ga kalimat yang sering kalian denger?



5 comments on "Kalimat Bijak Yang Ngga Bijak-Bijak Amat"
  1. Love banget chit chatnya mba �� quote quote terkenal ini kalo enggak dimaknai dg bener bs jd racun ya ��

    ReplyDelete
  2. Hahahs bener banvet ini. Karena seringnya kalimat itu didengar dimana-mana jadinya semacam pembenaran. Padahal kan nggak harus gitu.

    ReplyDelete
  3. Diam itu emas.

    Nah ini pegimana. Andai kita diam doang tiba tiba nemu emas ya Allah kumau. *eh

    ReplyDelete
  4. Hehehe, setuju banget dengan semuanya, selain yang poin pertama.
    Kalau menurut saya semua hanya karena pola pikir dan tujuannya sih.

    Orang yang mengatakan "keluar dari zona nyaman" karena sesungguhnya gak ada zona nyaman di dunia ini (menurut saya)
    Orang hanya merasa nyaman, karena akhirnya mau menerima apa yang ada.
    Padahal belum tentu semua yang diterima itu sudah benar, malahan akan tertimbun menjadi bom waktu yang bakal meledak saat tiba waktunya.

    Misal, istri yang berdamai dengan keadaan suaminya suka berbuat tidak adil padanya. lama-lama dia merasa nyaman alias terbiasa dengan hal tersebut, padahal itu salah.
    Hingga akhirnya tiba saatnya perbuatan tidak adil itu menjadi sangat besar dan pastinya merugikan dia.

    Atau mungkin dalam dunia ekonomi, ada beberapa orang yang menerima keadaan, masih banyak hal yang kurang, belum ada dana pendidikan, belum ada ini itu, tapi dia sudah merasa nyaman dengan keadaan yang setiap bulan banyakan kurang ketimbang pas.
    Sampai akhirnya tiba saat anak harus sekolah dan karena biaya ga ada, terpaksa di skip deh.

    Dan semacamnya.

    Saya rasa kata-kata motivator tersebut, ditujukan untuk orang-orang yang punya keadaan seperti itu, namun saking gregetnya kata-katanya, orang2 yang lagi gak berada di posisi tersebut juga ikutan tersentil.

    Ya ampuunn, saya numpang curcol lagi di sini mbaaa, udah gitu penjelasannya muter-muter gaje begini yak, maafkaaann hahaha

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature