Membanding-bandingkan dan Inferiority Anak Negeri

Wednesday, December 20, 2017



Sebenarnya masalah banding membandingkan memang seperti kecenderungan sebagian besar manusia. Namun karena saya orang Indonesia, saya mau bahasa orang Indonesia aja, khususnya saya.

Kita suka membandingkan apa yang kita lakukan dengan apa yang dilakukan orang lain. Membandingkan anak sendiri dengan anak orang.
Membandingkan siapa yang lebih hebat. 
Membandingkan pilihan hidup kita dengan pilihan hidup orang lain.

Nah lucunya, dalam hal-hal seperti di atas yang saya sebut, kecenderungan kita adalah kita merasa lebih hebat. Makanya mom war ngga kunjung usai. Karena beberapa mom merasa keputusan-keputusan yang diambilnya lebih benar dari yang lain.

Namun, kalau udah soal membandingkan negeri sendiri dengan negeri orang, entah kenapa sebagian orang-orang Indonesia, langsung merasa inferior. Merasa bahwa negerinya tidak lebih baik dari negeri orang. Pokoke Indonesia semua-muanya lebih jeleklah. Sedih ya jadi orang Indonesia

Sungguh tanpa kita sadari kita memang mudah takjub dengan negeri orang.

Ngga usah jauh-jauh, rata-rata (saya bilang rata-rata berarti ngga semua ya) putra putri Indonesia yang berkesempatan kuliah ke luar negeri, ke Eropa, Inggris, Mesir, Belanda, Jerman, pun tak lepas dari syndrome ini. Syndrom membandingkan dan inferior parah. Baru beberapa bulan di luar negeri semua dibandingkan dan langsunglah terlihat betapa menyedihkan negeri sendiri.

Saya juga kemarin norak pas ke Singapura. Sepanjang jalan isinya membandingkan terus.

“ Wah bandara Changi keren ya ada air keran siap minum dimana-mana, di Indonesia ngga ada”

“ Wah disini bersih banget, ngga ada orang yang buang sampah, ngga kayak di Indonesia, orang naik mobil aja kalem ngelempar sampah ke jalan”

“ Wow transportasinya keren banget, kemana-mana gampang tinggal tempel doang pake kartu, ngga kayak di Indonesia harus panas-panasan kalau mau murah. Bisa nyaman sih tapi mahal”.


Dsb dsb

Coba deh tanya ibu-ibu yang suaminya kerja di luar negeri. Minimal pasti pernahlah membandingkan negara yang ia tinggali sekarang dengan Indonesia. Tahun-tahun pertama kemungkinan besar kelihatan negeri baru pasti jauh lebih bersinar dibanding Indonesia. Baru setelah rindu nasi padang, rindu bakso, rindu sate kacang dan rindu indomie, tempe, tahu, pete, jengkol , terasalah begitu nikmatnya tinggal di Indonesia.

Itu masih perkara lingkungan, infrastruktur, belum ke orang-orangnya.

Melihat orang-orang luar negeri juga banyak nih yang langsung mengagung-agungkan.

“ Wah di Eropa asik, orangnya berpikiran terbuka, open minded, selow terhadap segala perbedaan”

“ Wow di Mekah luar biasa , semua orang suka bersedekah, ngga ada orang pelit di sana”

“ Duh pengen tinggal di Singapura deh, mau pakai rok mini, mau pake tank top ngga ada yang ngeliatin, tenang rasanya”

“ Aduh di Islandia itu asik banget, orang-orangnya baik-baik, ngga ada tuh kejadian perampokan, pelecehan seksual, grepe-grepe di angkutan umum, aman banget karena orang-orangnya lebih beradap”

Dan kalimat-kalimat di atas akan ditutup dengan kalimat pamungkas “ Ngga kayak di Indonesia, lalalalalaal”

Begitulah. Mungkin memang mental kita ((KITA??? ELU KALI)) kelasnya masih seperti itu. Masih merasa inferior dengan negara lain. Walau ngga dipungkiri banyak benernya sih. Masalah keamanan, kemudahan transportasi, kebersihan, pendidikan, mungkin kita masih jauh tertinggal. 

Ini ada hubungannya dengan kelamaan dijajah orang Belanda kali ya. Dijajah ratusan tahun sama bule-bule yang badannya lebih gede itu mungkin membuat persepsi kita terhadap diri sendiri begitu kecil.

Makanya jangan heran, lihat bule di jalan , langsung minta foto bareng. Lihat bule naik angkot, kagum, lihat bule naik sepeda, keren, lihat bule makan di emperan salut. Padahal ya emang ada juga bule yang kere. xixixi

Masalah inferior ini mungkin jadi peer kita bersama, bagaimana menumbuhkan rasa cinta dan rasa bangga berIndonesia. Saat ini yang bisa kita lakukan ya menjadikan kelebihan-kelebihan negara lain, orang-orangnya, fasilitasnya sebagai goals, kalo kita juga bisa seperti yang kita anggap bagus itu.Haduh saya udah kayak guru PPKN aja yah hahahaha.






1 comment on "Membanding-bandingkan dan Inferiority Anak Negeri"

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature