Segabruk Pertanyaan Sebelum Menikah

Monday, September 25, 2017
Kemarin baca artikel soal hal-hal yang harus diperhatikan pasangan sebelum bercerai. Duh bacanya kok sedih ya.

Kalau menurut saya pribadi sih sebenernya alih-alih ngomongin perceraian, yang paling penting diketahui orang itu malah hal-hal sebelum memutuskan menikah. Karena mending nyiapin mental dulu sebelum kejadian, daripada udah nikah trus mikirin apa saja yang harus diperhatikan sebelum bercerai. #cry


Hal yang mungkin tidak banyak dilakukan oleh calon pasangan pengantin jaman now itu adalah mewawancarai calon pasangan. Mungkin segan, mungkin dianggap ngga penting, atau mungkin merasa " Ah kan udah kenal ini, masa pake wawancara segala, kayak yang mau melamar kerjaan aja". Lha iya, melamar kerjaan aja si owner memastikan memilih orang yang paling pas dengan kriteria yang dibutuhkannya apalah lagi pasangan hidup, orang yang bakal kita mintai pendapat dan berbagi segala masalah hidup baik buruk selamanya. SELAMANYA

Menggali sedalam-dalamnya dan sebanyak mungkin hal-hal yang perlu kita ketahui itu ngga tabu sama sekali. Supaya kita bisa menimbang, persamaan atau perbedaan yang ada masih bisa kita tolerir atau tidak.Ya kan ngga mungkin juga bisa nemu orang yang plek ketiplek sesuai keinginan kita, pasti ada kurangnya, pasti ada ngga cocoknya, namun kita bisa putuskan, kalau masih bisa ditolerir bisa ya lanjut, kalau ngga kita bisa ya hentikan sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.

Jadi, mau menikah itu jangan pake perasaan tok, dipakai juga logikanya. Keduanya harus sejalan. Jangan karena ngga enak nih udah lama pacaran, atau karena udah terbiasa sih sama dia, jadi melupakan hal-hal krusial seperti pandangan dan prinsip hidup yang ternyata setelah menikah , kalau perbedaannya jauh banget bisa bikin lelah luar biasa.

( Baca : Menikah Atau Tidak )

Tentu lebih baik berderai-derai air mata di awal dibanding harus terpaksa berderai-derai air mata pas kapal udah berlayar. Atau malah sialnya, ngga bisa punya pilihan karena pertimbangan reputasi, keluarga, gengsi, finansial atau anak. Huhuhu pasti sedih.

Sejujurnya, saya dan Mas Teguh dulu juga  ngga sempat mengajukan banyak pertanyaan sebelum menikah, namun tetep lho walau ngga banyak tapi saya tetep nanya macem-macem (lha gimana?).

Namun kalau boleh berbagi sedikit cerita, saya mau nyeritain beberapa pertanyaan yang saya ajukan ke suami sebelum menikah dulu. Siapa tau ada yang bingung nih mau nanya apa ya sama calon pasangan.

Untuk pertanyaan dulu, saya hanya menanyakan beberapa hal yang prinsip saja. Prinsip menurut saya tentunya ya, karena tiap orang mah beda-beda hal yang paling penting untuknya. Jadi disesuain sama apa yang jadi hal-hal substansial bagi kita.

Tujuannya, agar kita yakin bahwa calon pasangan kita ini adalah orang yang punya prinsip hidup yang sama dengan kita. Prinsip hidup ya bukan sifat, karakter atau kebiasaan. Harus dibedakan.

( Baca : Bagaimana Jika Pasangan Beda Karakter ? )

Oke here we go.


1. Kenapa dia memilih saya?

Wahahaha kenapa ini jadi pertanyaan nomor satu?

Ya karena perlu taulah, dia milih saya karena apa nih, karena iseng, karena ngga ada pilihan, atau karena saya sesuai kriterianya dia, atau karena saya menarik hatinya ahsek.

Saya juga udah hampir lupa sih jawabanya. Tapi kurleb suami bilang, karena saya dan dia sekufu.

Kami berasal dari latar belakang keluarga yang kurang lebih sama. Saya anak seorang guru blio juga demikian, Jadi dia merasa ngga akan ada masalah dalam hal perbedaan tingkat ekonomi. Pendidikan kami juga sama, dan gaya hidup kami ngga beda jauh. ok sip.

Catet tuh, sekufu itu penting menurut saya. Jadi walau kata manis manja grup, biar satu tinggal di istana dan yang satu di gubuk derita, kalau memang sudah jodoh ya bakal nikah juga, saya sih kurang setuju. Mending pilih pasangan yang kondisinya ngga jomplang deh sama kita. Bikin hati lebih tenang dan posisi kita square.

Dan lagi memang lebih enak sih, jadinya kita juga ngga canggung saat masuk ke keluarga dia, dianya juga ngga canggung mask ke keluarga kita.

Alasan lain kata suami, kayaknya agak gombal, yang kayak saya cakep lah#uhuk, mandirilah bla bla bla……, humoris, pinter xixixi. Ini beneran jawaban suami, apa muji diri sendiri neng.


2. Dia akan mengizinkan saya tetap bekerja atau tidak?


Pertanyaan kedua itu juga penting banget, menyangkut identitas kita sebelum ketemu dia dan menyangkut kesiapan kita akan perubahan status. Jangan sampai setelah menikah, eh kita tiba-tiba disuruh berhenti kerja, padahal sebelumnya ngga ada pembicaraan mengenai hal ini. Berabe kan. Karena resign atas kerelaan diri sendiri dengan resign karena dipaksa itu beda ntar penerimaan diri pasca resignnya. Jadi tanyakan dan pastikan dulu padanya.

Untungnya suami saya yang ngga masalah gitu mau saya kerja atau tidak, Semua diserahkan ke saya. Ih seneng banget deh, soalnya walau saya ngga bercita-cita menjadi wanita karir selamanya namun saya juga mau kalau suatu saat saya resign dari pekerjaan itu bukan karena terpaksa, tapi karena kemauan saya sendiri.

( Baca : Pentingkah Istri Memiliki Penghasilan Sendiri?)


3. Dia mau ngga menerima saya beserta kesalahan-kesalahan di masa lalu?


Yang ketiga, bagi saya penting juga karena namanya suami istri itu ngga boleh ada rahasia, bisa berabe nanti. Pernah dengar kan pepatah yang bilang “ Seorang pria dilihat dari masa depannya, seorang wanita dilihat dari masa lalunya”. Makanya saran saya, jangan ada dusta di antara kita. Kalau dia ngga bisa menerima masa lalu kita, yo wis mungkin dia memang bukan jodoh kita.

Penting gitu cerita semua-muanya ?

Penting pakai banget. Apalagi kalau kamu punya kisah kasih panjang. Apalagi kamu jenis orang yang suka bercerita, yakin ngga bakal keceplosan ?, xixixi. Makanya daripada menjadi bom waktu, mending cerita aja. Tentang si A, si B, si C. Kalau memang dia jodohmu, ntar kalian bakal nertawain cerita-cerita itu, dan jika suatu saat kepentok di jalan sama sesorang di masa lalu, ya biasa aja gitu, ngga pakai rikuh-rikuhan.

( Baca : Pacaran Beda Agama, Putus Atau Lanjut?)


4. Apa pandangannya tentang poligami

Beneran saya nanyain ini sebelum nikah dulu.

Saya yakinlah mana ada sih perempuan yang punya cita-cita dipoligami. Makanya penting menanyakan ini di awal, minimal tau gitu pandangan dia. Dari jawabannya silahkan putuskan siap ngga nerimanya. Ada lho laki-laki yang sedari awal terang-terangan bilang kalau dia pengen suatu saat berpoligami maka istri harus ijinkan.

Suami saya sih bilangnya pada saat itu, dia pengen seperti bapaknya, yang cuma setia sama ibunya. Pengen kayak abang-abangnya yang menganggap keluarga adalah segalanya. Yup cukuplah jawabannya. Walau ngga secara tersurat bilang ngga setuju poligami.


5. Bagaimana kalau kami ngga punya anak ?

Percaya ngga percaya saya sempat menanyakannya. Ini kedengeran kok kayak pesimis, padahal perlu ditanyakan, karena ngga tau sih ya, kayaknya beberapa tahun belakangan kok banyak banget melihat pasangan yang dapet anaknya lamaaaa banget. Ya saya salah satunya. Dulu sempet nanyakan hal ini dan jawaban Mas Teguh itu.

Dunia ngga bakal kiamat kan?

( Baca : Kun Fa Ya Kun )

Oke, mantap


6. Dia mau berhenti merokok atau ngga?

Saya nanya ini karena mas Teguh perokok.

Nah, ini nih yang mikirnya panjang banget. Di keluarga saya ngga ada yang merokok. Bapak saya ngga merokok, abang saya juga ngga merokok, saya juga ngga pernah punya pacar yang perokok. Jadi pas ketemu suami yang perokok hmmm saya agak keberatan.

Dia cuma berjanji, ngga akan merokok di dalam rumah.

Apa itu ditepatinya?

Sampai sekarang masih sih. Kalau merokok, suami bakal ke belakang rumah, ke ruangan yang terbuka. Walau ngga sesuai harapan, tapi menurut saya ini hal yang masih bisa saya tolerir. Ngga membuat masalah berarti di keluarga. Ngga tau yah kalau orang lain. Mungkin ada istri yang sama sekali ngga mentolerir asap rokok di rumahnya.

Palingan, kalau suami saya udah batuk-batuk karena rokoknya itu, saya yang bakal ngedumel panjang lebar, trus seminggu kemudian dia bakal mengurangi rokoknya, abis itu ya kumat lagi. Ahhh semoga aja suami saya mau berubah untuk hal yang satu ini. Biar dianya lebih sehat gitu dan berumur panjang aamiin.

Mungkin di pasangan lain, ada juga hal yang sebenernya ga sesuai ekspektasi tapi masih bisa ditolerir.


7. Masalah keuangan

Untuk masalah keuangan , kalau saya pribadi ngga terlalu spesifik menanyakannya, karena saya punya alasan khusus.

Jadi begini, sebenernya untuk masalah keuangan, dibanding harus ngajuin pertanyaan mending kita nilai sendiri dari kelakuan dia selama masa penjajakan bersama kita. Even kamu ngga pacaran, misal melalui jalur taarufan atau dijodohkan atau dikenalin, pasti tetep kelihatan kok.

Soal keuangan ini, saya lebih percaya perbuatan daripada omongan. Percuma juga dia janji bakal ngasih seluruh penghasilannya ke kita tapi pas ngajak makan, kita bayar sendiri. Atau bilang ntar kita bakal jadi manajer keuangan keluarga, tapi pas mau nikah aja itungan banget ngasih hantarannya, # dasar matre kau.

Cara paling gampang sebenernya ya lihat dari saldo tabungannya hahahha. Tapi ini agak riskan sih ya, bisa miss persepsi. Tapi kalau pasanganmu orang yang dewasa, dia pasti ngga keberatan memberitahunya.

Caranya?

Lihat aja isi tabungannya dibanding lama ia bekerja. Dari situ kan bisa dilihat tuh seperti apa cara dia mengelola keuangannya selama ini. Boroskah?, type hematkah, type pelitkah? atau biasa saja?.

( Baca : Mahalnya Mengasuh Anak )

Misal nih, dia udah kerja 5 tahun, gajinya kamu tau berapa, trus kamu lihat tabungannya kok banyak banget. Eits jangan hepi dulu. Bisa jadi dia pinter ngatur keuangan atau malah pelit hahahaha. Maka lihat juga dari penampilannya. I mean, kalau tabungannya banyak, hapenya juga ngga jadul-jadul amat, penampilan ga kucel, ya berarti dia emang pinter ngatur keuangan. Dia tau cara menabung tapi tetap menikmati hidup. Tapi kalau tabungannya banyak tapi penampilannya kucel, ngga ketauan juga apa habis beli aset atau apa, bisa jadi dia pelit hahahaha. Tentukah ada parameter lain, kayak mungkin dia membiayai hidup keluarga, tapi minimal dapat gambarannya.

Lho emang pas pacaran boleh nanya berapa penghasilan calon suami/istri?

Boleh bangeeeet. Malah harus mah kalau kata saya. Sebelum nikah, saya dan Mas Teg tuh buka-bukaan soal keuangan. Saya sebut berapa tabungan saya (yang mana ngga ada hahahah). Iyalah tabungan saya paling dulu cuma seuprit karena memang gaji saya dulu belum gede, dan mas Teguh juga sebut tabungan dia. Ini juga bisa sebagai bahan pertimbangan kita sebagai cewek pas mau mendiskusikan mahar atau hantaran ke keluarga. Masa kita tega bikin calon pasangan kita utang sana sini buat bayar mahar kita. Ya yang realistis aja, percaya deh kalau dia pria dewasa ngga mungkinlah ngga memberi yang terbaik untuk calon istrinya, ahsek .

( Baca : Sinamot )

Kalau mau ditambahin bisa juga pertanyaannya dikembangin:

  • Perlu punya rekening bersama ngga?
  • Perlu pake perjanjian pra nikah ngga?
  • Pengaturan pengeluaran gimana ntar (kalau istri bekerja )
  • Masalah ngasih-ngasih ke keluarga gimana?



8. Masalah ngurus rumah gimana?


Saya sih orangnya agak konservatif. Bagi saya pekerjaan rumah tangga itu porsinya beda. Yang berat-berat kayak perbaiki air,genteng bocor,listrik itu urusan suami. Tapi untuk urusan masak,nyuci,ngepel, tanggung jawab istri. Suami sekedar membantu. Membantunya cukup dengan kasih asisten untuk saya wakakaka, dasar pemalas kau. Iya, saya jelas-jelas stated di awal nikah bahwa saya ngga terlalu suka kerjaan rumah tangga, dan karena mas Teguh tinggal di lingkungan perkebunan dimana punya ART itu semacam hal yang lumrah banget jadi ya no issue.

Kalian harus tanyakan ini, karena jangan sampai ada yang merasa setelah menikah " Lho kok aku kayak jadi pembantu sih" atau " Lho kok suami ngga mau bayar ART sih". Ngga semua perempuan soalnya suka pekerjaan rumah tangga, sama halnya dengan ngga semua perempuan punya kemampuan berkarir di luar rumah. Jadi better diomongin sebelum ngedumel saat udah nikah.

( Baca : Istri Selalu Salah? )


9. Ngurus anak?

Percayalah walau katanya ngurus anak itu naluri setiap ibu, tapi yang namanya anak itu ya bukan cuma anaknya si ibu doang. Karena itu anak bersama  maka jadi urusan bersama dengan porsi sesuai peran masing-masing.

Kalau menurut saya ngurus anak itu ada porsinya masing-masing.

Ngga mungkinkan suami nyusuin anak?, nyusuin anak ya bagian ibu,  bagiannya ayah adalah mensupprot kegiatan menyusui. Kayak nyediain air minumlah, ngepasin posisi, atau sekedar ngajak ngobrol saat si ibu nyusui biar ibunya hepi, ASInya ngalir lancar.

Jujur bagian ini saya ngga nanyain dulu, karena saya ngga kepikiran bahwa anak bayi itu super duper printilannya. Kirain ah kecillah.

( Baca : Mengasuh Anak Bukan Untuk Semua Orang )

So tanya dan bicarakan.

Nanyanya bisa soal pandangannya soal anak, itu urusan istri atau urusan bersama, jangan menyesal kalau ntar dapat suami yang masa bodo banget sama anak ya., Maka tanya dan pastikan.





10. Masalah teman, kongkow-kongkow, me time?

Ini masalah yang sering luput dari pertanyaan calon pengantin. Padahal ini bisa jadi sumber pertikaian di keluarga kalau ngga sepaham.

Apakah masih boleh berhubungan sama teman-teman lama?, apakah kita masih dibolehin main sama teman?, dsb dsb.

( Baca : Berteman dengan Mantan ? )

Kalau pas saya dulu dari awal kami sepakat ikut aturan agama aja. Aturan agama kan, yang namanya istri harus ijin suami kalau mau melakukan sesuatu. Yo wis saya ngikut itu, namun dengan perjanjian sepanjang disepakati bersama dulu.

Misalnya nih, mau keluar rumah harus ijin suami, mau kongkow-kongkow sama teman harus ijin suami dulu, yang tahu no telepon kita harus yang diijinkan suami juga. Bagi saya ini ngga memberatkan sama sekali. Jadi saya ikut aturan suami. Ya kalau ngga ada rahasia, ngapain keberatan ya kan. Dan percaya deh, setelah nikah, keinginan buat ngumpul bareng teman itu akan jauh berkurang, kalaupun mau ngumpul ntar kita udah dapat teman baru, yaitu teman-temannya suami, atau istri-istri teman suami, jadi ntar kongkow-kongkownya ya bareng suami. Lebih asik.


Terkesan kok kayak dikekang suami. Kagaaak lah, kalau kita bukan orang yang neko-neko, yakin deh suami juga ga bakal ngelarang-larang. Lagian kalau udah dapat ijin suami, kongkow-kongkow bareng teman jadi lebih nyaman malah kadang dikasih sangu sekalian wahahaha.





Menurut saya itu cukup fair.

Sama aja, kita toh juga ga bakal rela kalau suami sering-sering hangout bareng teman-teman wanitanya. Atau suami yang bonceng sana sini sama rekan kerja wanita.


11. Lebaran Mudik Kemana? 

Wahahaha, ini pertanyaan saya yang lain, Karena saya kan orang Medan dan Mas Teguh orang Jogja coret Kutoarjo. Jadi disepakati bersama dulu.

Dan FYI, kesepakatan kami dulu ngga seperti kebanyakan pasangan yang fifty fifty, alias tahun ini di keluarga istri tahun depan di keluarga suami. Kesepakatan kami, setiap tahun lebaran ke Kutoarjo titik, ngga ada perdebatan. Soalnya pertimbangannya dulu, ortu mas Teguh tinggal bapak doang, ibu udah meninggal, jadi kesempatan sungkem saat lebaran tentu menjadi hal yang ditunggu-tunggu, lagian kami sepanjang tahun di Medan, kan udah puas ketemu ortu saya.

Apa jadi masalah?

Ngga tuh. Cara menyiasatinya. Ya misal tahun ini sebelum lebaran udah berangkat mudik, tahun depannya berangkatnya di hari kedua, jadi tetep lebaran sama ortu disini. Atau ngga ya udah ortunya aja dibawa mudik sekalian ke Kutorajo, jadi dapet dua-duanya.

Mengapa ini perlu ditanyakan?

Biar salah satu ngga merasa keluarganya kok ngga dianggap penting sih saat lebaran?. Atau jadi pertanyaan sodara-sodara " Kok ngga pulang kampung?.

( Baca : Cerita Mudik )

Sepertinya 11 itu deh hal yang saya tanyakan dulu. Angkanya aja yang 11 sebenernya itu dah mencakup banyak banget lho. Bukan berarti hanya ini yang bisa ditanyakan, karena masing-masing pasti punya pertanyaan yang berbeda.

Kayak soal tempat tinggal.

Saya ngga nanyain karena udah tau dengan pasti ngga akan tinggal dengan orangtua.

Silahkan dikembangin sendiri sesuai apa yang mengganjal dan berasa paling penting untuk kita dan dijadikan pertanyaan sebelum menikah.

Setelah semua ditanyakan, setelah semua jawaban dikemukakan, tinggal tanya hati pakai logika, diakah orang yang kita inginkan untuk menjalani kehidupan ke depan?

Apakah kalau sudah memilih, dijamin bakal everlasting?

Belum cencu. Manusia berusaha, selebihnya minta ridha dari yang Kuasa.

Jadi, udah siap nikah belum?

( Baca : Karena Menikah Bukan Tujuan Hidup )


9 comments on "Segabruk Pertanyaan Sebelum Menikah"
  1. greget kali kalai ada suami bilang mama mau jalan jalan nnti kalau uangnya kurang telepon papa aja ya..

    btw tips nya nnti aku amalkan dulu gih mbak. tapi harus tamatin kuliah dulu nih..
    sambil itung biaya hantaran dan resepsii

    ReplyDelete
  2. lumayan juga rentetan daftar pertanyaan before married ya mbak windi. kalo pre marrital check up termasuk gak?

    ReplyDelete
  3. detail ya mbak pertanyaannya hehe.. kalau saya berjodoh saya suami melalui tukar proposal..kita di awal saling kenal ya dari profil di proposal..setelah yakin lanjut, si abang datang ke rumah buat melamar..abis tu kita ta'arufan..dimasa ta'aruf itu pas kita ngobrol di rumah saya bareng ortu, saya meyakinkan diri kalau si abang se ide dengan saya dan orang yang mudah diajak diskusi..gimana ketertarikan terhadap aktivitas pengajian dan hobinya..ternyata kita punya hobi yang sama yaitu nulis dan baca..alhamdulillah nggak terasa udah jalan aja lima tahun pernikahan.. jadi kalau pengalaman saya, pertanyaan-pertanyaan mbak itu yang perlu dipastikan terangkum sama pengetahuan kita berdua soal hak dan kewajiban suami istri dalam islam..saat ilmu itu udah dipahami,beres dah urusan..masalah kecil-kecil dan masa penyesuaian nggak jadi persoalan berarti..sukses terus mbak :)

    ReplyDelete
  4. pakai nanya poligami juga ya, aku juga loh, dan bahkan bapakku menanyakan ke suami tentang prinsip dia tenatng poligami, krn bapakku melihat ibunya menderita krn dipoligami oleh kakekkku sedangkan yg bekerja keras nenekky

    ReplyDelete
  5. Ternyata aku udah bertanya lebih dari 11 pertanyaan ini ke masku ahha. Tinggal nunggu rejeki terkumpul sempurna aja dan berdoa tetep jodoh. Thanks for sharing mbak Windi

    ReplyDelete
  6. bermanfaat sekali terutama jomblo seperti saya

    ReplyDelete
  7. Bermanfaat bget mbak win ., thank youuu ��������

    ReplyDelete
  8. Saya gak nanya poligami tapi langsung bilang gak setuju diduakan. Kalau dia sepakat lanjut, kalau enggak bye hihihi.

    Saya pernah tanya kenapa mau sama saya. Jawabannya biar lebarannya deket hahahaha. Entah dia becanda atau serius. Tapi memang kalau mudik rumah keluarga kami malah deketan banget.

    Setuju banget sih kalau sebelum nikah mending ada ngobrolnya dulu :D

    ReplyDelete
  9. Pre marriage talk itu ternyata penting banget ya. Saya kayaknya gak nanyain pertanyaan2 diatas. Nekat bgt ya... Tp Alhamdulillah dapat suami yg sekufu dan punya prinsip hidup yg sama.

    Terima kasih sharingnya, Mbak Windi :)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature