#WomanTalk: Wanita dan Cita-Cita Yang Meredup

Thursday, November 24, 2016


"Win kapan di blogmu ada sesi tanya jawab psikolog, bikin dong win"

"Oiya,ntar deh aku atur dulu, hmmm hari Jumat atau Sabtu masih kosong sih jadwalnya"jawab saya

"Ciyeeeee udah pake jadwal ya sekarang"

"Iya dong, demi.... hahaaha demi cita-cita blognya rapi dan update teruuus"

" Wooow, salut gw Win, lu masih semangat dan punya cita-cita"

T_________T

Kemarin WA an sama sobat saya. Percakapannya di atas itu. Trus saya jadi kepikiran. Iyaaa saya mah orangnya suka mikir, xixixi.


Mikirin kata-kata dia itu, soal cita-cita.

Tau ga siiih, banyak banget orang di sekeliling saya, setelah menikah dan punya anak, trus ga punya cita-cita lagi dalam hidupnya.

"Ah, kalo aku yang penting anak sehat, keluarga bahagia, udahlah cukup itu" kata Mawar

" Hmmm cita-cita?, aduh kayaknya ngga ada lagi dah. Udahlah pokoknya jadi ibu yang baik dan benar ajah" Melati idem

Nah, kan, rata-rata begitu tuh , para wanita berkeluarga yang saya tanyain.

Kenapa ya demikian?

Kenapa, kok seorang wanita setelah menikah, hidupnya seperti jalan di tempat.

Ini saya ngga ngomongin soal ibu bekerja di luar dengan ibu di rumah lho, sama aja.

Temen-temen saya yang kerja kantoran juga rata-rata udah ngga punya ambisi lagi.

" Ah udahlah, ngga usah muluk-muluk, jalani hidup aja, bisa ketemu anak aja udah syukur Win tiap hari, bisa tidur nyenyak aja udahlah itu, ngga usah neko-neko"

Nah, ini.

Saya juga pernah dalam kondisi demikian. Saat baru punya Tara, asik di dunia peribu-ibuan. Rasanya hidup udah nyamaaaaan banget, sampai ngga punya ambisi lagi, sampai ngga punya keinginan untuk diri sendiri. Pokoke yang penting anak sehat, suami keurus, keluarga bahagia. Titik habis.

Bahkan saya sampai di titik, kerjaan kantor aja udah ngga menarik bagi saya yang demen banget kerja. Baca buku males, nulis capek, aaaghr, pokoke masa-masa itu saya seperti sampai pada titik, Enough. Udah cukup, gini aja. My life is beautiful, i'm fullfilled. Saya mau diem aja di kondisi ini, jangan ada yang berubah.

Kalian pernah ngga gitu?

Kalau pernah, mari kita pelukan dulu.

Salah ngga?

Sebenarnya ngga salah, tapi itu berbahaya.

Iya berbahaya bagi diri sendiri.

Kenapa?

Inilah cikal bakal yang berpotensi membuat para wanita terutama ibu ibu rentan terpapar stress.

Ya gimana. Misal nih,,dia udah ngga punya lagi apapun keinginan untuk diri sendiri, pokoke apapun di hidupnya, semua tentang anak dan suami, Maka saat ada aja yang salah sama anak atau suaminya, dia bakal menyalahkan diri sendiri. Merasa semua tanggung jawabnya dia.

Anaknya ngga pinter di sekolah,dia sedih, karena cita citanya adalah membuat anaknya menjadi numero uno.

Saat suami tidak memberi perhatian atau pujian seperti yang diharapkannya dia akan merasa tidak berarti.

Saat seorang ibu udah ngga punya keinginan apapun untuk diri sendiri,ngga punya cita-cita yang harus dikejarnya, maka hidupnya hanya berporos di anak dan suami saja

Tidak salah tapi rawan bahaya.

Maka, para ibu-ibu dimanapun anda berada, saya ingin menyampaikan beberapa hal :

1. Jangan redupkan mimpi-mimpimu

Yes mom. Anak dan suami memang anugerah terindah dan tak bisa dibandingkan dengan apapun di dunia ini.

Tapi, cita-citamu, mimpi-mimpimu pun adalah hal berharga yang masih bisa diwujudkan.

Ini ngga egois sama sekali, tapi adalah hal yang sunatullah, dan natural,alami (apasih istilahnya).

Cita-cita, mimpi-mimpi, keinginan adalah sumber energy terbesar bagi siapapun untuk terus bergerak, bangun di pagi hari dan memulai hari dengan semangat.

Pengen meneruskan keinginanmu untuk bisa jahit? Kursus, bilang ke suami.

Ngga bisa?

Yo wis, cari yang lain, merajut misalnya.

Punya mimpi pengen travelling?

Wujudkan, ajak suami dan anak sekalian.

Mimpi pengen punya buku solo?

Cicil dari sekarang.

Pikirkan mimpi-mimpimu, cita-citamu. Kamu berhak kok mewujudkannya.

Pengen bisa ngaji?

Mimpi pengen bisa hapal qur'an.

Apapun,coba ingat-ingat kembali apa keinginanmu.

Niscaya, energymu akan bertambah n+1.

Iyaàa beneran, cobain deh.



2. Bahagiakan Dirimu

Happy mom raise happy kids.

Yup, anak yang bahagia dan sukses lahir dari tangan-tangan ibu yang bahagia.

Maka, jika memang cita-citamu adalah untuk membuat keluargamu sukses, jangan lupa untuk membuat dirimu bahagia.

Banyak artikel parenting yang mengatakan bahwa membahagiakan istri atau ibunya anak-anak adalah tanggung jawab suami. Itu ngga salah sih, tapi menurut saya, orang yang paling bertanggung jawab atas kebahagiaan kita, adalah diri sendiri.

Lakukan hal yang kau senangi, tekuni kembali hobimu, bertemanlah, berinteraksi.

Kita memang seorang istri dan seorang ibu, tapi kita juga adalah pribadi yang punya kebutuhan untuk bersosialisasi, kebutuhan memiliki aktivitas untuk diri sendiri.

Maka bahagiakanlah diri sendiri, dengan melakukan apa yang kita senangi.


3. Cari Teman yang Memiliki Kesamaan Denganmu

Ini penting banget moms.

24 jam berkutat dengan dunia peribu-ibuan, kita perlu teman berbagi.

Yup, suami adalah sebaik-baik teman berbagi. Tapi memiliki teman wanita yang punya kesamaan dengan kita, sama hobi, sama karakter, atau sama nasib, bisa membuat kita menjadi diri sendiri, sebagai diri kita sendiri.

Aduh kok belibet bahasa saya ya.

Maksudnya, kalau di rumah itu kan, di depan anak-anak, kita pasti inginnya selalu memberi contoh yang baik.

Padahal sebagai manusia biasa, tentu ada saat kita pengen jadi diri kita sendiri.

Pengen cerita drama korea yang bikin kita sedih karena endingnya nyesek, pengen minta pendapat soal lipen yang lagi ngehits, dan itu terkadang ngga bisa ditampung oleh suami. Makanya kita perlu sahabat yang punya kesamaan dengan kita, dimana kita bisa melepas topeng kita sementara. Topeng dalam arti positif ya bukan topeng yang gimana gitu.

Karena sesungguhnya, di balik istri dan ibu bersahaja, selalu tersembunyi, jiwa gadis kecil yang norak-norak bergembira.



4. Curi Waktu Untuk Diri Sendiri

Pekerjaan rumah tangga memang tidak ada habisnya.

Pekerjaan di kantor pasti akan datang setiap hari.

Sempatkan setengah jam dalam sehari untuk dirimu sendiri.

Tahu ngga, terkadang ada saat-saat saya ngga bisa punya waktu untuk diri sendiri. Di kantor banyak kerjaan, nyampe rumah udah pasti, langsung diganduli anak. Kepikiran buat bangun malam,nulis atau baca buku, tapi biasanya saya udah ketiduran sambil ngelonin anak.

Apa yang bisa dilakukan?

Saya bakal mengulur waktu pulang setengah jam lebih lama di kantor.

Ngapain?

Bisa ngeblog, bisa baca buku, bisa searching lipen. Apa aja deh, yang saya ingin lakukan. Atau sesepele, mampir ke dunkin donuts, beli kopi, dan menikmatinya seorang diri.

Atau ngga.

Saat tiba di depan pagar rumah, saya ngga langsung masuk. Saya berhenti sebentar, untuk.... Bales WA , atau scroll temlen. Xixixi.

Iya karena begitu menginjak kaki dalam rumah, saya jadi mamak idola anak sendiri yang ke wc aja bakal digandulin.

Ngga perlu merasa bersalah atau berdosa. Sekali-kali, pulang telat ke rumah untuk kepentingan diri sendiri, ngga bikin kita jadi ibu yang buruk.

Tenanglaaah.


5. Jangan Berhenti Belajar

Yup, saat ijab kabul di depan penghulu, bukan berarti kita lagi diwisuda lho, yang artinya selesai tugas untuk belajar.

Bukan, bukan karena anak kita butuh ibu yang bisa mengikuti perkembangan jaman

Bukan pula biar suami ga malu punya istri kudet.

Bukan

Kita butuh terus belajar untuk diri kita sendiri.

Biar kita tau bahwa dunia ini ga selebar daun nasi nasi. Biar kita bener-bener jadi madrasah bagi anak dan bagi keluarga.

Gairah belajar dan mencoba hal baru itu bener-bener bisa bikin hidup lebih hidup lho.

Apalagi kalo sampai kita bisa jadi teman ngobrol paling asik bagi suami, udahlah dobel-dobel keuntungannya untuk kita

Jadi, kembali ke  point di awal tadi. Sebagai wanita, walau sudah menikah, udah jadi ibu, jangan membuat kita kehilangan cita-cita.


Cita-cita juga ngga mesti yang jadi wanita karir atau yang berhubungan dengan materi.

Ini bukan tentang eksistensi diri.

Tapi ini tentang tidak kehilangan diri sendiri setelah berkeluarga.Tidak kehilangan mimpi-mimpi pribadi.


Ayo coba gali lagi potensi diri kita.

Hadirkan kembali impian-impian yang dulu sempat menggebu.

Karena cita-cita, mimpi-mimpi, keinginan adalah sumber energy terbesar bagi siapapun untuk terus bergerak, bangun di pagi hari dan memulai hari dengan semangat.

Jadi bu ibu, apa nih mimpi-mimpi kalian yang masih terpendam?

7 comments on "#WomanTalk: Wanita dan Cita-Cita Yang Meredup"
  1. Sebenarnya balik lagi ke orangnya sih, ada yang visi misi hidupnya selow, ada yang tertarget. Cewek cowok pun sama. Budaya keluarga juga sih, kadang aja ada orang tua yang ngajarin "hidup nyaman".

    Menurutku sendiri, aku nikahnya muda (padahal udah umur 24 wkwkwk). Masih banyak yang mau dicapai, tapi udah nemu jodoh duluan apa boleh buat, proses nemunya cepet lagi :)))

    Bener yg mba windi bilang, ga boleh berhenti belajar. Tetep harus ngejar impian & passion buat diri sendiri. Cuma mungkin sekarang visi misi hidupnya disesuaikan dengan pernikahan. Pengen ke luar negri misalnya, diubah jadi ke luar negri sama suami hihihi.. Namun prioritas utama seorang ibu tetap jadi tiang peradaban keluarga, soalnya urusan dunia akhirat sebenar-benarnya memang ada di keluarga.

    ReplyDelete
  2. Karena sesungguhnya, di balik istri dan ibu bersahaja, selalu tersembunyi, jiwa gadis kecil yang norak-norak bergembira. - - fokus ke kalimat ini. Hihi. Itu lah kenapa, walo udah bu ibu harus tetep cari cara buat ngebahagiain diri sendiri ya, Kak. Biar bisa ngebahagiain orang-orang terdekat juga pastinya. Nice sharing, Kak Win. :)

    ReplyDelete
  3. Yess... aku sempet ngalamin ini. Males mau ngapa-ngapain karena gak punya ambisi dan cita-cita lagi. Gak boleh ini gak boleh itu setelah menikah.

    ReplyDelete
  4. apa jangan-jangan aku ini sekarang ga punya ambisi ya. rasanya kok santai banget

    ReplyDelete
  5. Setujuuuuu, komunitas dan me-time itu penting bingiiiitttt :)

    ReplyDelete
  6. Thaaanks Mba Win, tulisan ini jd reminder lg buat aku. Yes, bener suami dan anak (dan pekerjaan) jd poros utama hidup, pdhl bnyak impian yg belum kesampaian tp jd redup terpendam. Pdhl mah suami kluarga jg insya Allah ngedukung.. :)

    ReplyDelete
  7. Suka banget tulisannya.

    Meskipun saya malah kebalikan dari kebanyakan emak-emak.

    Hidup saya terlalu ambisi malah :)

    Secara, saya dari latar belakang keluarga yang sangaaaattt sederhana, jadi meski udah kepala 3 impian untuk membalas budi orang tua, menyekolahkan anak di sekolah terbaik itu tetep membara.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature