Ibu Eni dan Ibu Kartini

Saturday, June 18, 2016
Bu Eni dan Bu Kartini


Kasihan kamu bu, nasibmu sudah mirip dengan ibu kartini yang tidak pernah minta dijadiin ikon emansipasi wanita, tapi dihujat sejuta umat dan dikorek-korek keburukannya. Mulai dari soal antek Belanda sampai soal istri keberapa, dst dst.

Sama juga dengan bu Eni ini.  Padahal Dia sama sekali tidak minta disumbang. 


Adalah hal yang wajar saat ibu-ibu tua dirazia,makanan untuk jualannÄ·Ä·ya diangkut oleh beberapa orang berseragam maka memunculkan reaksi spontan berupa  wajah ketakutan yang memunculkan iba orang lain.

Ok, dia salah, karena melanggar Perda yang berlaku di daerah itu,  tapi dia tidak ada minta disumbang lho sodara-sodara.

Dia tidak pula ada mengaku miskin, tapi di beberapa media disebut " kita dibohongi bu eni, ternyata dia orang kaya". 

Persepsi kitalah yang menyimpulkan bahwa kerena bu eni jualan warteg maka dia seharusnya miskin, ndeso dan ga punya apa-apa. Maka saat ada berita di koran lokal yang menyebut bahwa dia kaya, ramailah kalian menghujatnya, mengatakan dia berbohong. Padahal sekali lagi, dia tidak pernah membuat pengaku an bahwa dia miskin.

Lantas apaa berarti dia kaya?

Ya belum tentu juga. Berita soal komplek perumahan mewah di Tegal itu isinya tentang adanya sebuah komplek perumahan mewah yang ternyata pemiliknya adalah para penjual warteg . Disitu  tidak ada menyebutkan bahwa salah satu rumah mewah itu adalab milik bu Eni, tapi langsung ditelan bulat-bulat dan disimpulkan bahwa bu Eni memiliki rumah mewah. Ya ampun, ada apa dengan kalian.

Lagian Memangnya kenapa kalau penjual warteg kaya raya? Apa karena kerjaannya melayani kita-kita sebagai pembeli, trus baju dinasnya bau sambel dan terasi maka dia wajib miskin?.

Makanya jangan biasakan menjengkali orang, dan menilai orang dari penampilan doang,  kaget kan jadinya saat profesi yang dianggap rendah ternyata bisa jadi omzetnya ngalahin para pekerja kantoran berdasi,berblazer, dan berhigh heels kemana-mana.

Kalau saya mah, baca berita " Seandainya " beneran Bu Eni itu orang kaya ya ngga kaget,biasa aja.  Itu debitur saya ke kantor pakai sendal jepit, bau keringat, bajunya lusuh, lihat sekilas ga akan mungkin saya kasih kredit, tapi begitu lihat rekeningnya, wah bisa-bisa semaput kalian melihat angka bermilyar-milyar ada di rekeningnya. Langsung hilang sok awak yg merasa kecakepan cuma gara-gara kerja kantoran. 

Sekali lagi, Bu Eni tidam pernah minta disumbang.

Kalau gara-gara melihat beritanya di tivi, ada orang yanh tergerak untuk menghimpun dana, percayalah reaksi spontan seseorang itu menunjukkan sifat aslinya.

Lihat ibu tua, dirazia, wajah memelas, otomatis hati tergerak untuk menolong, tanpa ada prasangka apapun. Bukankah memang seharusnya kita seperti itu ya?. Itu kan yang diajarkan PMP dulu. Membantu orang yang sedang kesusahan. Bukankah itu yang diajarkan agama kita, membantu apa yang kita bisa.

Kalau berikutnya, ternyata si Bu Eni ini beneran kaya,apakah orang-orang yang menyumbang jadi orang yang TERTIPU?. Ya ampun sempit sekali cara berfikirnya. Kebaikan tetap menjadi kebaikan.

Kamu ngasih pengemis duit 500 ribu itu kebaikan.

Kamu ngasih Dian Sastro duit 500 ribu, itu juga kebaikan. 

Ga ada bedanya dari sisi berbuat baik, yang membedakan paling nilai kemanfaatannya. Sama pengemis duit segitu bisa buat makan sebulan, sama Dian Sastro cuma untuk beli gincu sebiji.

Bodohkah yang memberi?

Karena yang dikasih bukan kamu, makanya kamu bilang bodoh.

Tapi Bu Eni ga minta disumbang, giliran ada yang nyumbang ,ya wajar-wajar saja dia senang menerima ntu duit.

Alah elu, yang bergaji puluhan juta sebulan dikasi duit 100 juta, masa nolak?.

Lha terus pertanyaan saya, dimana letak kesalahan bu Eni terhadap para netizen?. Dimana juga letak Bu Eni membohongi kita semua?

Kesalahan bu Eni, dia ngga menaati Perda, itu kesalahannya. 

Jadi jangan menghakimi kehidupan pribadinya. Mengorek-ngorek aibnya. " Suaminya bandar judi tuh"

Siapa tahu karena suaminya bandar judi makanya dia jualan warteg. 

Dan ini kenapa yang dibully jadi bu Eni dan para penyumbang?. 

Jika saja.... Jika saja yah.

Ternyata Bu Eni beneran kaya, apa yanh menyumbang harus merasa menyesal, baru kalian senang.

Jika ternyata bu Eni beneran miskin, duuh apa ga kejam sekali kalian mengata-ngatainya dan jatuhnya adalah fitnah?.

Sabar ya bu. Saya pribadi senang ibu meminta maaf dan menyadari kesalahan karena melanggar perda. Itu membuktikan tidak benar bahwa ibu merasa jumawa karena banyak yang simpati kepadamu.

Tapi kalaupun ibu beneran kaya, tidak ada salahnya sama sekali. Emangnya Dian Sastro aja ya bu yang boleh jadi horang kayah. 
2 comments on "Ibu Eni dan Ibu Kartini"
  1. Heran sama orang-orang... Kenapa urusan satpol PP bisa larinya ke nge-bully orang segitunya sih ya...

    ReplyDelete
  2. Film Dian Sastro yang Kartini udah mulai ya.

    Hehehe. Bu Eni, tetap semangat ya, banyak yang memberi semangat positif loh. Salut aku dengan para pemilik warteg di manapun. Namun sebaiknya kasus Bu Eni dijadikan pelajaran ya... pelajari pemda setempat, biar aman tenang dan nyaman. Mbak Windi, ��

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature