Angelina,Kakak Mia dan Kepedulian Kita

Thursday, June 11, 2015

Kakak mia kakak Mia minta anak barang seorang
Kalau dapat kalau dapat hendak saya suruh berdagang
Anak yang mana akan kau pilih? Anak yang mana akan kau pilih ?
Itu yang gemuk yang saya pilih, bolehlah ia menjual sirih
Sirih sirih siapa beli? Sirih.. sirih siapa Beli

Lagu anak-anak tersebut mungkin tak asing di telinga kita. Kalau kita perhatikan memang ada yang salah dengan kata-katanya, seolah-olah melegalkan human trafficking sekaligus eksploitasi pada anak.

Bagaimana tidak? Si Kakak Mia itu minta anak barang seorang kepada seseorang (yang entah siapa) . Kemudian ia disuruh memilih anak yang mana, seolah-olah seorang anak adalah sebuah barang yang bisa dipilih sesuai kebutuhan seseorang. Dan Kakak Mia memilih anak yang badannya gemuk, soalnya anak itu bukan untuk disayang atau dirawat tapi semata hanya untuk disuruh menjualkan dagangannya.

Ulala, alangkah mengerikan lagu anak ini. Terang-terangan menggambarkan proses eksploitasi anak yang tidak semestinya.

Kita yang dari dulu mendengar lagu ini beredar di televise, di kaset-kaset pun sepertinya tidak terlalu terusik. Mungkin kurang menyadari konteks di dalam lirik yang dinyanyikan karena hanya focus dengan iramanya yang memang sangat menghibur dan enak didengar.

Seperti itulah yang terjadi pada kasus hilangnya gadis kecil Angeline di Bali.

Angeline dilaporkan hilang saat sedang bermain di depan rumah pada tanggal 16 Mei 2015 silam oleh orangtuanya. Banyak media memberitakannya, hingga tanggal 10 Juni 2015 pencairan bocah cantik tersebut berakhir sudah. Di timbunan sampah di antara kotoran ternak jasad mungilnya ditemukan, sambil memeluk bonekanya, yang mungkin satu-satunya temannya selama ini.

Tak lama bermunculanlah pengakuan dari para guru, tentang Angeline yang selalu terlambat datang ke sekolah. Tentang Angeline yang selalu berbau kotoran ternak, tentang Angeline yang selalu kelaparan.

Sama seperti lagu Kakak Mia tersebut, sepertinya tetangga, guru, kurang merenungi lirik lagu yang berusaha disampaikan oleh Angeline semasa hidupnya. Wajah kuyu lelah dan tubuh kurusnya seharusnya menjadi alarm bahwa ada yang salah dengan anak kecil tersebut. Ketidakterbukaan orangtua angkatnya saat didatangi menteri menjadi alarm juga bahwa ada yang salah dengan keluarga ini. Sehingga hampir sebulan kemudian jasad Angeline baru ditemukan di lokasi yang hanya selemparan batu dari tempat si pelapor. Miris.

Kekerasan pada anak, eksploitasi anak sepertinya bukan merupakan hal baru terjadi di negara ini. Mungkin kasus Angelina menjadi puncak gunung es , menguak betapa empati dan kepedulian lingkungan sekitar terhadap nasib anak-anak korban kekerasan masih minim.

Anak-anak korban kekerasan berkeliaran di sekitar kita dengan ciri yang sebenarnya bisa kita kenali. Anak yang murung, agresif, bahkan dalam kasus Angeline si anak sudah mengungkapkan bahwa setiap hari ia harus memberi makan puluhan ternak, sehingga badannya pun berbau kotoran ternak. Bahwa ia kekurangan makan, pihak sekolah mungkin bisa mencegah melayangnya nyawa si gadis malang kalau saja lebih berani dalam bersikap.

Ciri-ciri korban kekerasan anak jelas terlihat pada diri Angeline jika mengacu kepada keterangan si guru sekolahnya, tapi ternyata tidak ada aksi dan upaya untuk melepaskan si gadis kecil dari penderitaannya.

Kita semua pasti tak ingin kasus yang sama tejadi lagi kepada anak manapun di muka bumi ini. Kita tidak cukup merasa lega bahwa anak kita bukan termasuk anak anak malang tersebut. Namun ada yang bisa kita lakukan untuk mencegah kasus serupa terulang.

Pertama, Aware terhadap lingkungan sekitar

Jika melihat ada perilaku anak yang aneh di sekitar kita, tidak ada salahnya kita menaruh curiga. Terhadap anak tetangga yang terlihat bekas kekerasan pada fisiknya. Terhadap anak didik yang selalu murung dan tampak ketakutan. Jika anak dititip kepada pengasuh, selalu lakukan screening pada malam hari, lihat ada yang janggal dengan dengan anggota tubuhnya. Tanda-tanda kekerasan dan sejenisnya.

Kedua, Konfirmasi Langsung

Tanyakan pada si anak langsung, apa penyebab luka atau lebam fisik di tubuhnya. Jika si anak masih terlalu kecil lihat cara dia bereaksi terhadap orang sekitar. Misalnya sebagai orangtua, perhatikan perilaku anak kita saat berada di samping kita. Apakah takut dengan pengasuhnya?. Atau malah bersikap agresif dengan melakukan pemukulan atau penolakan kepada si pengasuh.

Ketiga, Lakukan Tindakan

Jika kecurigaan semakin kuat segera lakukan investigasi awal. Sebagai orangtua bisa dengan mengintai kegiatan harian anak kita dengan pengasuhnya, cuti tanpa diketahui si pengasuh. Pencegahan yang bisa dilakukan, pasang CCTV di rumah. Sebagai tetangga, laporkan kecurigaan kita kepada pihak berwenang, untuk tahap bisa kepada pak RT, Pak lurah, Komnas HAM atau kepolisian. Sebagai guru, bisa dengan memanggil dan meminta penjelasan kepada orangtuanya. Atau melakukan pengecekan sesekali ke rumah anak didik.

Kepedulian kita, bisa jadi menyelamatkan nyawa Angeline Angeline lain di sekitar kita.


12 comments on "Angelina,Kakak Mia dan Kepedulian Kita"
  1. Iya juga Mak Windi. Aku juga sering liat anak dikasarin ortunya. Aku biasanya diem dan ngomong di belakang. Orang kayak aku inilah yang mungkin bikin semua jadi terlambat seperti Angeline. Tapi ya susah sih kalo udahdi depan mata langsung. Jadinya kita mikir, apa hak kita untuk melarang itu terjadi. Ah... Angeline :'(

    ReplyDelete
  2. Kepedulian ya Maaak....kasihan

    ReplyDelete
  3. Aaah, mak Windy. Aku bacanya gemetar...
    Bener mak.. Di dunia ini pasti banyak yang bernasib se-menyedihkan Angelina

    ReplyDelete
  4. Kok aku gak pernah dengar ya lagu itu waktu aku kecil?

    ReplyDelete
  5. Lagu Kakak Mia emang bagus ya.
    Tapi aku sejak kecil dengernya berasa aneh. Anak kok diminta? Disuruh jualan?
    Hahaha. Ternyata iya ya, baru ngeh sekarang letak anehnya di mana.

    Awareness yaaa, tapi kadang juga suka serba salah. Kebanyakan yang masih berlaku di masyarakat sini, anak adalah "hak milik" orangtua. Di situ kadang yang jadi kendala. Bu Menteri aja sempat diusir loh sama keluarga Angeline, konon.

    ReplyDelete
  6. Moga moga ya gak ada Angeline lain lagi. Jika.. sedih :(

    ReplyDelete
  7. sedihnya nasib angeline :'( :'(
    semoga gak ada angeline-angeline yang lain yah mbak :(
    sebagai seorang ibu rasanya sedih banget menyaksikan dan mendengar ada anak yang disiksa sedemikian rupa hingga meninggal, entah dimana hati nurani orang-orang yang tega melakukan kekerasan terhadap anak kecil

    ReplyDelete
  8. nasib anak-anak korban kekerasan masih minim mba

    ReplyDelete
  9. Entah kenapa,, semakin kesini rasa welas asih antar sesama rasanya semakin aus. Sebagian masyarakat, masih beranggapan bahwa menyayangi itu hanya untuk orang yg memikiki ikatan biologis, ikatan suku, ikatan agama.
    Menurutku, menyayangi itu universal dan luas.
    Blognya cantik mba

    ReplyDelete
  10. semoga tidak ada lagi yang bernasib seperti Angeline

    ReplyDelete
  11. Semoga tidak ada lagi kasus seperti Angeline. Kasian baru diketahui setelah berminggu2. :(

    ReplyDelete
  12. nganu....aku ga tau lagu kakak mia itu --" #serius

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature