Pray For Air Asia

Tuesday, December 30, 2014
“ Pesawat Air Asia Surabaya-Singapur hilang katanya”

Seorang ibu di bis menuju terminal kedatangan memberitahu. Baru beberapa saat saya, suami, Tara dan wawaknya mendarat dengan Air Asia di Kuala Namu, penerbangan Jogja-Medan pada Minggu tanggal 28 Desember 2014 lalu.

Seketika itu juga saya langsung membuka smart phone di tangan. Postingan #prayforAirAsia memenuhi timeline. Duh, lemas seketika kaki saya. Terselip rasa syukur di hati, saya dan keluarga selamat sampai tujuan. Dan bersyukur juga, saya mendengar kabar buruk itu setelah mendarat. Bisa dibayangkan kalau saya tahu sebelum terbang, bisa-bisa sepanjang perjalanan bakal ketakutan terjadi hal yang serupa.


Terbang dengan maskapai yang sama dan di hari yang sama dengan pesawat yang hilang itu, sungguh seperti sebuah sentilan halus dari Sang Pencipta. Betapa dekatnya maut mengintai kita.



Setelah 3 hari pencairan, akhirnya siang tadi puing dan penumpang pesawat ditemukan di perairan Pangkalan Bun. Melihat jasad korban yang terapung membuat bayangan buruk langsung menyerbu pikiran saya. Teringat, kemarin saat terbang bersama Tara, saya tidak memakaiakan sabuk pengaman ke Tara, sepanjang perjalanan Tara hanya saya pangku saja. Sebelum take off pramugari memang memberi pilihan, apakah saya mau memangku anak saya saja atau mau menggunakan safety belt tambahan untuk bayi. Kalau dipikir sekarang, duuuh sungguh saya takut setengah mati. Dan menyesali kenapa harus diberi pilihan oleh mba pramugari, harusnya setiap penumpang yang membawa bayi, diwajibkan memakai safety belt tambahan untuk bayinya.

Bukan mau berandai-andai, tetapi jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, minimal si anak akan tetap menempel di tubuh orangtuanya, tidak terlepas. Ya Allah, sungguh saya takut sekali sekaligus menyesali keteledoran saya, Syukurnya tidak terjadi apa-apa pada kami sekeluarga.

Kalau saya ingat-ingat kembali, saya pernah berada begitu dekat dengan peristiwa kecelakaan pesawat lainya. Jatuhnya Mandala Air di Padang Bulan Medan. Pada saat itu, saya sedang menikmati semangkuk mie ayam di USU saat sebuah ledakan terjadi. Asap hitam membumbung tinggi. Saat itu, informasi tidak secepat sekarang, tidak ada orang yang update status tentang apa yang terjadi. Suara raungan mobil pemadam kebakaran langsung terdengar. Saya pikir hanya kebakaran biasa, tak lama berselang hujan turun dengan derasnya, membuat lalu lintas semakin crowded. Saya yang tidak tahu apa yang terjadi langsung pulang ke kos. Begitu sampai langsung melihat berita di Tivi. Begitu terkejutnya saya saat mengetahui bahwa ada pesawat jatuh di Jalan Jamin Ginting Medan. Tanpa membuang waktu, saya langsung kembali ke Tempat kejadian yang sayangnya sudah diblokir para petugas, namun saya masih sempat melihat jenazah di evakuasi ke sebuah truk, hitam sekali. Aduuh sungguh mengerikan pemandangan yang saya lihat. Korban berjatuhan tak berbilang banyaknya, tak hanya penumpang bahkan orang yang sedang melakukan kegiatan sehari-hari seperti supir angkot, pejalan kaki, penghuni kos pun turut menjadi korban.



Maka setiap mendengar berita kecelakaan pesawat dada ini langsung berdesir ngeri, terbayang suasana Padang Bulan pada saat itu, luluh lantak dengan puing-puing berserakan.

Banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa-peristiwa naas itu. Menyaksikan satu keluarga yang selamat dari maut “ hanya” karena tidak membaca sms pemberitahuan jadwal yang dimajukan, kembali menyentak bahwa maut memang sudah ditentukan kapan datangnya. Tak bisa dipercepat dan tak bisa diperlambat. Tidak pernah salah alamat dan tak pernah salah orang.

Penumpang yang marah dan kesal karena gagal berangkat pun akhirnya mengucap syukur tanpa henti. Bukti nyata bahwa segala yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah, dan yang buruk menurut pandangan mata manusia ternyata adalah yang terbaik yang telah diaturNya.

Musibah bertubi bagi Indonesia di akhir tahun ini pun kembali menjadi rem bagi kita untuk tidak larut dalam suka cita pergantian tahun, karena nyawa yang cuma selembar ini bisa diambil kapan saja, dimana saja dan dalam keadaan apa saja.


Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya untuk para korban Air Asia, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran, dan kita yang hanya menjadi penonton dapat mengambil pelajaran dan lebih mensyukuri hidup ini.


6 comments on "Pray For Air Asia"
  1. Ngeri kalo pas hampir berbarengan dengan lokasi kita ya, mba. :( Semoga penumpang yang hilang segera bisa ditemukan, aamiin

    ReplyDelete
  2. Bener ya mak, apa yg baik menurut kita, belum tenth menurut Allah, sebaliknya apa yg buruk menurut kita, mungkin itulah yg terbaik menurut Allah, jadi kita memang harus srlalu berusaha berprasangka baik pd Allah

    ReplyDelete
  3. Kebetulan pada hari yang sama saya dan kedua anak saya juga naik pesawat pk. 6 pagi dari Jakarta ke Balikpapan. Setibanya di Balikpapan lemess rasanya mendengar berita ada pesawat hilang, maut begitu terasa dekat, bersyukur saya dan anak2 selamat dan masih diberi kesempatan untuk hidup. Turut berduka cita para korban Air Asia, semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan...aamiin.

    ReplyDelete
  4. merinding...benar-benar reminder buat kita ya mak...

    ReplyDelete
  5. Ya mbaa merinding tiap nonton beritanya, AlFatihah buat semua korrban Air Asia

    ReplyDelete
  6. Semoga ruh para korban pesawat QZ8501 kembali ke tempat yang sebaik-baiknya di sisi-Nya...

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature