Cerita
ini terjadi sudah lima tahun yang lalu.
Kalau
menurutmu honeymoon itu selalu semanis madu, think again.
Begitu
suami melamar saya untuk menikah, persiapan menjelang hari H pun mulai saya
lakukan. Mulai dari sewa rias pengantin, jahit baju, sewa tenda, pesen undangan
dan pernak-pernik yang kelihatan kecil ternyata bikin ribet dan menghabiskan
waktu serta biaya yang tidak sedikit. Dari semua persiapan pernikahan, saya
paling excited mempersiapkan perjalanan bulan madu.
Saya
pencinta pantai, dan saya belum pernah ke Bali, maka tanpa ada keraguan saya
dan suami sepakat menikmati bulan madu kami di pulau Dewata tersebut.
FYI
saja, biaya untuk melangsungkan sebuah pesta pernikahan itu ternyata guedee.
Jadi untuk merampingkan pengeluaran dan tetap menikmati bulan madu sesuai
keinginan, saya mensiasatinya dengan menghemat apa yang bisa dihemat. Salah
satunya tiket. Saya cari tiket promo jauh-jauh hari. Berhubung jarak antara
lamaran dengan pernikahan hanya 4 bulan, maka secepatnya saya mulai searching tiket
yang sesuai dengan kantong kami. Alhamdulillah saat itu maskapai M**d*l* sedang
ada promo. Saya hanya harus membayar Rp 3 juta untuk rute
Medan-Jakarta-Denpasar-Jogja-Jakarta-Medan untuk 2 tiket,lumayan murah kan?.
Karena
waktunya mepet dan belum pernah ke Bali, maka semua keperluan honeymoon saya
lakukan secara online. Mulai dari tiket pesawat, booking hotel, sampai sewa
mobil.
Sengaja
nyari hotel daerah Legian, disamping harganya terjangkau juga jaraknya yang
dekat dengan pantai Kuta, jalan kaki doang udah nyampe. jadilah kegiatan kami
setiap hari, bangun pagi, sarapan, ke pantai, belanja belanji, jalan-jalan ke
pantai lagi.
Sunset in Kuta |
Dan
yang namanya bulan madu bawaanya mau romantis-romantisan melulu. Makan malam
pun pengennya candle light dinner. Setiap malam kerjaan kami pindah dari satu
restoran ke restoran lain. Namun Jimbaran tetap menjadi favorit saya, suasana
pantai ,angin sepoi-sepoi ternyata lebih mengena di hati saya dibanding
restoran mewah di sepanjang pantai Kuta.
Berbagai
tempat wisata pun tak luput dari jejak kami. Dengan menyewa mobil dan berbekal
peta, kami telusuri keindahan pulau Bali. Menikmati Sunrise dan sunset di
pantai Kuta. Paraselling di Sanur. Menunggu matahari tenggelam di Tanah Lot. menghirup
udara segar di Ubud, belanja di Sukowati sampai hanya tidur-tiduran di hotel.
Menanti Sunrise di Tanah Lot |
Sanur in Love |
Semuanya
hampir menjadi perfect honeymoon, sampai tiba saatnya pulang. Hari itu hari
Jumat,jadwal penerbangan kami Denpasar-Jogja pukul 13.00 WITA. Kami tiba di
Bandara pukul 11.00 WITA. Behubung hari Jumat suami sekalian sholat Jumat di
mesjid dekat bandara.
Dan
bencana pun datang saat saya check-in.
Begitu
saya serahkan print out tiket dan kode booking ke petugas check-in, dengan
heran si petugas memandangi saya.
“
Bu, penerbangan ini tidak ada di jadwal kami, sudah dibatalkan”
APAAA,
saya kaget bukan kepalang, namun masih tetap bisa tenang.
“
Ngga ada gimana maksudnya mas, itu saya pesan online udah jauh-jauh hari lo”
“
Iya bu,namun beberapa minggu lalu kami telah memberitahukan kepada seluruh
penumpang tentang perubahan jadwal yang kami lakukan “
Haduh,
makin spanning saya mendengarnya.
“
Ibu silahkan ke bagian ticketing disana untuk memastikannya” kata si petugas
sambil menunjuk kantor perwakilan maskapai tersebut.
Bergegas
saya menuju ke tempat yang ditunjuk sambil menggeret-geret koper yang lumayan
besar yang saya beli di Ace Hardware setahun lalu. Untung saja saya pakai
koper tersebut, disamping ukurannya yang gede sehingga bisa menampung pakaian
saya dan suami ditambah sedikit oleh-oleh buat rekan kantor, juga kualitasnya
yang bagus, dibanting-banting di bandara pun tetap saja ngga rusak. Rodanya pun
anti slip, sehingga saat saya lagi tergesa-gesa saya tetap tidak kesulitan
membawanya.
Di
kantor maskapai berinisial M itu,petugas menegaskan kembali bahwa jadwal
penerbangan yang tertera di tiket saya itu sudah dibatalkan. Oh my God, bukan
dicancel atau di delay tapi DIBATALKAN, yang artinya kami tidak bisa terbang ke
jogja hari itu. Padahal saya sudah pesan tiket lanjutan Jogja-Jakarta untuk
keesokan harinya. Ya kami memang hanya merencanakan sehari saja di Jogja karena
hari cuti yang terbatas.Itu artinya lagi kalau kami tidak bisa sampai di Jogja
hari ini,berarti tiket lanjutan kami bakal hangus juga,Pun tiket Jakarta-Medan
berikutnya. Wooow panik tingkat brahmana.
Sambil
berfikir saya tetap mendengarkan penjelasan si petugas.
“Jadi
bu,kami akan mengembalikan uang tiket ibu 100 %” katanya sambil menyerahkan
tujuh lembar uang seratus ribuan.
Tentu
saja saya tidak terima
“
Maaf ya mas kenapa tidak ada pemberitahuan kepada saya”
“Ada
bu,semua penumpang telah kami beritahu melalui SMS”
“Tapi
saya tidak mendapat SMS nya” saya mulai emosi.
Capek
berdebat dengan si petugas, akhirnya saya minta dipertemukan dengan kepala
perwakilan maskapai tersebut. Awalnya mereka tidak mau, dengan alasan si
manajer sedang tidak berada di tempat. Namun karena saya ngotot ( sampai adu
urat syaraf) kira-kira 2 jam kemudian datanglah si Manajer. Waktu sudah
menunjukkan pukul 3 siang.
Lagi-lagi
penjelasan si manager sama, mereka hanya mau mengganti tiket saya dengan uang
tunai 100 persen dan saya dipersilahkan untuk membeli tiket di maskapai lain
secepatnya karena hanya tinggal dua penerbangan lagi ke Jogja untuk hari itu.
“
Saya ngga mau uang, saya mau diganti tiket, jadi kalian saja yang beli
tiketnya, karena kesalahan bukan pada saya” ujar saya bersikeras
Si
Manajer tetep ngotot bahwa semua penumpang telah diberitahu. Duuuh rasanya saya
sudah pengen mengobrak-abrik itu kantor. Saya minta ditunjukkan bukti bahwa
mereka sudah mengirim pemberitahuan ke saya. Saya juga minta disambungkan ke
kantor pusat maskapai tersebut di Jakarta.
Saat
itulah, setelah dilakukan pengecekan ke system mereka, terbukti bahwa hanya
saya penumpang yang tidak diSMS untuk pemberitahuan pembatalan penerbangan.
Namun demikian mereka tetap tidak mau mengganti tiket saya. Waktu semakin
berjalan, jam menunjukkan pukul 5 sore, satu pesawat telah tinggal landas
menuju Jogja, berarti tinggal satu penerbangan lagi.
“
Bu, percuma ibu berdebat dengan saya, nanti ibu juga yang rugi, karena kalau
ibu tidak segera membeli tiket, ibu tidak bisa ke Jogja hari ini”
Sebenarnya
dalam hati saya mulai ragu, terfikir untuk mengalah saja. Penerbangan yang
tersisa tinggal satu itupun hanya tersisa dua kursi di kelas bisnis. Yang
memberatkan saya tentu saja harga tiket yang akan diganti oleh si maskapai M
tidak sebanding dengan tiket yang akan saya beli, karena dulu saya belinya saat
promo, bahkan pengembalian dua tiket pun tak bisa membeli satu tiket di
maskapai GI.
Tak
terasa air mata saya menitik membayangkan tiket-tiket berikutnya yang bakal
hangus juga. Apalagi tujuan kami ke Jogja untuk menemui orangtua suami yang
tidak dapat menghadiri pernikahan kami karena factor usia dan kesehatan. Saya
tahu kalau saya bersikap lemah, saya akan kalah. Padahal sekali lagi bukan saya
yang melakukan kesalahan. Maka saya pun mulai mengeluarkan sisi keras diri
saya.
“
Kalau kalian tidak menerbangkan kami ke Jogja malam ini saya akan kirim surat
pembaca ke Kompas” ancam saya
“
Silahkan saja bu” jawab si manajer yang membuat amarah saya makin naik ke
ubun-ubun.
Si
manajer tidak bergeming. Ia tetap bersikeras dengan pedoman perusahaan tentang
peraturan penggantian tiket.
Waktu
semakin berjalan. Jam menunjukkan pukul 6 sore, hanya tersisa satu jam sebelum
penerbangan terakhir ke Jogja untuk hari itu. Kalau saya tidak segera membeli
tiket maka pupuslah sudah. Artinya saya tidak akan ke Jogja hari itu dan tiket
Jogja-Jakarta-Medan hari berikutnya juga akan hangus.
Setengah
putus asa,sedih,kecewa bercampur amarah saya pun berkata lirih
“ Bapak lihat nih tangan saya (sambil menunjukkan tangan saya ke mukanya), lihat inai ini, saya baru menikah, dan besok pagi saya akan melangsungkan resepsi di Jogja. saya tidak tahu bagaimana perasaan keluarga saya kalau sampai pestanya batal ” Saya sudah menangis.
“ Bapak lihat nih tangan saya (sambil menunjukkan tangan saya ke mukanya), lihat inai ini, saya baru menikah, dan besok pagi saya akan melangsungkan resepsi di Jogja. saya tidak tahu bagaimana perasaan keluarga saya kalau sampai pestanya batal ” Saya sudah menangis.
Entah
karena memikirkan kerugian finansial dan psikis yang bakal saya alami atau karena kasihan dengan saya yang mulai menangis, tak lama kemudian, dua lembar tiket sudah ada di tangan saya, tertera
disana nomor kursi 2A dan 2 B kelas bisnis. Satu jam kemudian kami telah
menjejakkan kaki di Bandara Adi Sucipto Jogjakarta.
***
Apa benar, esok harinya saya melangsungkan
resepsi di Jogja?. tentu saja tidak. Itu hanya ucapan spontan dari mulut saya
karena sudah putus asa dan tak tahu bagaimana lagi supaya kami bisa berangkat
ke Jogja :)
Pengalaman tersebut mengajarkan kepada saya, bahkan travelling yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari pun bisa mengalami kendala di tengah-tengah. Walau honeymoon saya sedikit ternodai oleh insiden di atas, namun ada juga sisi positif yang bisa saya ambil. Yah minimal saya jadi bisa merasakan penerbangan kelas bisnis dengan harga promo J).Sejak itu, kemanapun saya pergi, saya tak pernah lupa untuk kembali mengecek jadwal penerbangan ke maskapai yang bersangkutan, apalagi kalau tiketnya sudah dipesan jauh-jauh hari.
Pengalaman tersebut mengajarkan kepada saya, bahkan travelling yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari pun bisa mengalami kendala di tengah-tengah. Walau honeymoon saya sedikit ternodai oleh insiden di atas, namun ada juga sisi positif yang bisa saya ambil. Yah minimal saya jadi bisa merasakan penerbangan kelas bisnis dengan harga promo J).Sejak itu, kemanapun saya pergi, saya tak pernah lupa untuk kembali mengecek jadwal penerbangan ke maskapai yang bersangkutan, apalagi kalau tiketnya sudah dipesan jauh-jauh hari.
Dan
satu pelajaran berharga, bahwa terkadang kita perlu bersikap keras untuk
mempertahankan hak kita dan tidak begitu saja menerima penjelasan petugas
apalagi kalau jelas-jelas kesalahan bukan pada kita.
So,
when traveling gone wrong, enjoy aja, keep calm and ngga boleh kapok. Karena
selalu ada hal baru yang akan kita temui di setiap perjalanan.
duh.. salut sama pendiriannya utk ga mau ngalah & tetep ngotot minta dganti tiket..
ReplyDeletetp bagian 'resepsi di yogya' itu hihihi sinetron banget :p
Keren Mak. Memang harus begitu. Bertahan/ngotot dalam mempertahankan hak kita, kayaknya adalah syarat wajib dalam berargumentasi dalam hal-hal seperti ini. Harus berjuang sampai 'titik darah penghabisan'. Karena jika sempat melihat kita lemah, itu akan jadi titip balik bagi si 'pihak lawan' untuk memenangkan 'pertarungan'. Salut deh dg usaha dan taktikmu, Mak Windi. :)
ReplyDeleteSaya juga pernah alami hal yang seperti ini, bukan pesawat yang dibatalkan penerbangannya sih, tapi bagasi yang mereka tinggalkan di Polonia tanpa sepengetahuan para penumpang. Dan sayangnya, kami [para penumpang yang dirugikan], tidak berhasil mendapatkan kompensasi apa pun. Huft. Bikin kesel dan hilang respect deh dengan maskapai tersebut.
Pernah saya tulis di sini:
http://www.alaikaabdullah.com/2011/10/pengalaman-petama-membuka-acara-dialog.html
Keren banget ceritanya. :')
ReplyDeleteBisa dibayangin tuh paniknya kayak gimana. Keren banget karena tetep ngotot minta ganti tiket baru.
waduh, kebayang paniknya tuh ...
ReplyDelete*prok prok prok*
ReplyDeleteaktingnya keren :-D
Wah pelajaran penting nih buat pembaca yg bakal travelling dgn pesen tiket jauh2 hari sblmnya
Saaaaluutttttttt
ReplyDelete