Insiden Honeymoon

Tuesday, July 16, 2013
Cerita ini terjadi sudah lima tahun yang lalu. 

Kalau menurutmu honeymoon itu selalu semanis madu, think again.

Begitu suami melamar saya untuk menikah, persiapan menjelang hari H pun mulai saya lakukan. Mulai dari sewa rias pengantin, jahit baju, sewa tenda, pesen undangan dan pernak-pernik yang kelihatan kecil ternyata bikin ribet dan menghabiskan waktu serta biaya yang tidak sedikit. Dari semua persiapan pernikahan, saya paling excited mempersiapkan perjalanan bulan madu.

Saya pencinta pantai, dan saya belum pernah ke Bali, maka tanpa ada keraguan saya dan suami sepakat menikmati bulan madu kami di pulau Dewata tersebut.

FYI saja, biaya untuk melangsungkan sebuah pesta pernikahan itu ternyata guedee. Jadi untuk merampingkan pengeluaran dan tetap menikmati bulan madu sesuai keinginan, saya mensiasatinya dengan menghemat apa yang bisa dihemat. Salah satunya tiket. Saya cari tiket promo jauh-jauh hari. Berhubung jarak antara lamaran dengan pernikahan hanya 4 bulan, maka secepatnya saya mulai searching tiket yang sesuai dengan kantong kami. Alhamdulillah saat itu maskapai M**d*l* sedang ada promo. Saya hanya harus membayar Rp 3 juta untuk rute Medan-Jakarta-Denpasar-Jogja-Jakarta-Medan untuk 2 tiket,lumayan murah kan?.

Karena waktunya mepet dan belum pernah ke Bali, maka semua keperluan honeymoon saya lakukan secara online. Mulai dari tiket pesawat, booking hotel, sampai sewa mobil.

Sengaja nyari hotel daerah Legian, disamping harganya terjangkau juga jaraknya yang dekat dengan pantai Kuta, jalan kaki doang udah nyampe. jadilah kegiatan kami setiap hari, bangun pagi, sarapan, ke pantai, belanja belanji, jalan-jalan ke pantai lagi. 


Sunset in Kuta
Dan yang namanya bulan madu bawaanya mau romantis-romantisan melulu. Makan malam pun pengennya candle light dinner. Setiap malam kerjaan kami pindah dari satu restoran ke restoran lain. Namun Jimbaran tetap menjadi favorit saya, suasana pantai ,angin sepoi-sepoi ternyata lebih mengena di hati saya dibanding restoran mewah di sepanjang pantai Kuta.

Ceritanya Candle Light Dinner,eh malah ketemu teman suami

Berbagai tempat wisata pun tak luput dari jejak kami. Dengan menyewa mobil dan berbekal peta, kami telusuri keindahan pulau Bali. Menikmati Sunrise dan sunset di pantai Kuta. Paraselling di Sanur. Menunggu matahari tenggelam di Tanah Lot. menghirup udara segar di Ubud, belanja di Sukowati sampai hanya tidur-tiduran di hotel.


Menanti Sunrise di Tanah Lot


Sanur in Love

Semuanya hampir menjadi perfect honeymoon, sampai tiba saatnya pulang. Hari itu hari Jumat,jadwal penerbangan kami Denpasar-Jogja pukul 13.00 WITA. Kami tiba di Bandara pukul 11.00 WITA. Behubung hari Jumat suami sekalian sholat Jumat di mesjid dekat bandara.

Dan bencana pun datang saat saya check-in.

Begitu saya serahkan print out tiket dan kode booking ke petugas check-in, dengan heran si petugas memandangi saya.

“ Bu, penerbangan ini tidak ada di jadwal kami, sudah dibatalkan”

APAAA, saya kaget bukan kepalang, namun masih tetap bisa tenang.

“ Ngga ada gimana maksudnya mas, itu saya pesan online udah jauh-jauh hari lo”
“ Iya bu,namun beberapa minggu lalu kami telah memberitahukan kepada seluruh penumpang tentang perubahan jadwal yang kami lakukan “

Haduh, makin spanning saya mendengarnya.

“ Ibu silahkan ke bagian ticketing disana untuk memastikannya” kata si petugas sambil menunjuk kantor perwakilan maskapai tersebut.

Bergegas saya menuju ke tempat yang ditunjuk sambil menggeret-geret koper yang lumayan besar yang saya beli di Ace Hardware setahun lalu. Untung saja saya pakai koper tersebut, disamping ukurannya yang gede sehingga bisa menampung pakaian saya dan suami ditambah sedikit oleh-oleh buat rekan kantor, juga kualitasnya yang bagus, dibanting-banting di bandara pun tetap saja ngga rusak. Rodanya pun anti slip, sehingga saat saya lagi tergesa-gesa saya tetap tidak kesulitan membawanya.

Di kantor maskapai berinisial M itu,petugas menegaskan kembali bahwa jadwal penerbangan yang tertera di tiket saya itu sudah dibatalkan. Oh my God, bukan dicancel atau di delay tapi DIBATALKAN, yang artinya kami tidak bisa terbang ke jogja hari itu. Padahal saya sudah pesan tiket lanjutan Jogja-Jakarta untuk keesokan harinya. Ya kami memang hanya merencanakan sehari saja di Jogja karena hari cuti yang terbatas.Itu artinya lagi kalau kami tidak bisa sampai di Jogja hari ini,berarti tiket lanjutan kami bakal hangus juga,Pun tiket Jakarta-Medan berikutnya. Wooow panik tingkat brahmana.

Sambil berfikir saya tetap mendengarkan penjelasan si petugas.

“Jadi bu,kami akan mengembalikan uang tiket ibu 100 %” katanya sambil menyerahkan tujuh lembar uang seratus ribuan.

Tentu saja saya tidak terima

“ Maaf ya mas kenapa tidak ada pemberitahuan kepada saya”
“Ada bu,semua penumpang telah kami beritahu melalui SMS”
“Tapi saya tidak mendapat SMS nya” saya mulai emosi.

Capek berdebat dengan si petugas, akhirnya saya minta dipertemukan dengan kepala perwakilan maskapai tersebut. Awalnya mereka tidak mau, dengan alasan si manajer sedang tidak berada di tempat. Namun karena saya ngotot ( sampai adu urat syaraf) kira-kira 2 jam kemudian datanglah si Manajer. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 siang.

Lagi-lagi penjelasan si manager sama, mereka hanya mau mengganti tiket saya dengan uang tunai 100 persen dan saya dipersilahkan untuk membeli tiket di maskapai lain secepatnya karena hanya tinggal dua penerbangan lagi ke Jogja untuk hari itu.

“ Saya ngga mau uang, saya mau diganti tiket, jadi kalian saja yang beli tiketnya, karena kesalahan bukan pada saya” ujar saya bersikeras

Si Manajer tetep ngotot bahwa semua penumpang telah diberitahu. Duuuh rasanya saya sudah pengen mengobrak-abrik itu kantor. Saya minta ditunjukkan bukti bahwa mereka sudah mengirim pemberitahuan ke saya. Saya juga minta disambungkan ke kantor pusat maskapai tersebut di Jakarta.

Saat itulah, setelah dilakukan pengecekan ke system mereka, terbukti bahwa hanya saya penumpang yang tidak diSMS untuk pemberitahuan pembatalan penerbangan. Namun demikian mereka tetap tidak mau mengganti tiket saya. Waktu semakin berjalan, jam menunjukkan pukul 5 sore, satu pesawat telah tinggal landas menuju Jogja, berarti tinggal satu penerbangan lagi.

“ Bu, percuma ibu berdebat dengan saya, nanti ibu juga yang rugi, karena kalau ibu tidak segera membeli tiket, ibu tidak bisa ke Jogja hari ini”

Sebenarnya dalam hati saya mulai ragu, terfikir untuk mengalah saja. Penerbangan yang tersisa tinggal satu itupun hanya tersisa dua kursi di kelas bisnis. Yang memberatkan saya tentu saja harga tiket yang akan diganti oleh si maskapai M tidak sebanding dengan tiket yang akan saya beli, karena dulu saya belinya saat promo, bahkan pengembalian dua tiket pun tak bisa membeli satu tiket di maskapai GI.

Tak terasa air mata saya menitik membayangkan tiket-tiket berikutnya yang bakal hangus juga. Apalagi tujuan kami ke Jogja untuk menemui orangtua suami yang tidak dapat menghadiri pernikahan kami karena factor usia dan kesehatan. Saya tahu kalau saya bersikap lemah, saya akan kalah. Padahal sekali lagi bukan saya yang melakukan kesalahan. Maka saya pun mulai mengeluarkan sisi keras diri saya.

“ Kalau kalian tidak menerbangkan kami ke Jogja malam ini saya akan kirim surat pembaca ke Kompas” ancam saya

“ Silahkan saja bu” jawab si manajer yang membuat amarah saya makin naik ke ubun-ubun.

Si manajer tidak bergeming. Ia tetap bersikeras dengan pedoman perusahaan tentang peraturan penggantian tiket.

Waktu semakin berjalan. Jam menunjukkan pukul 6 sore, hanya tersisa satu jam sebelum penerbangan terakhir ke Jogja untuk hari itu. Kalau saya tidak segera membeli tiket maka pupuslah sudah. Artinya saya tidak akan ke Jogja hari itu dan tiket Jogja-Jakarta-Medan hari berikutnya juga akan hangus.

Setengah putus asa,sedih,kecewa bercampur amarah saya pun berkata lirih

“ Bapak lihat nih tangan saya (sambil menunjukkan tangan saya ke mukanya), lihat inai ini, saya baru menikah, dan besok pagi saya akan melangsungkan resepsi di Jogja. saya tidak tahu bagaimana perasaan keluarga saya kalau sampai pestanya batal ” Saya sudah menangis.

Entah karena memikirkan kerugian finansial dan psikis yang bakal saya alami atau karena kasihan dengan saya yang mulai menangis, tak lama kemudian, dua lembar tiket sudah ada di tangan saya, tertera disana nomor kursi 2A dan 2 B kelas bisnis. Satu jam kemudian kami telah menjejakkan kaki di Bandara Adi Sucipto Jogjakarta.

***
Apa benar, esok harinya saya melangsungkan resepsi di Jogja?. tentu saja tidak. Itu hanya ucapan spontan dari mulut saya karena sudah putus asa dan tak tahu bagaimana lagi supaya kami bisa berangkat ke Jogja :)

Pengalaman tersebut mengajarkan kepada saya, bahkan travelling yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari pun bisa mengalami kendala di tengah-tengah. Walau honeymoon saya sedikit ternodai oleh insiden di atas, namun ada juga sisi positif yang bisa saya ambil. Yah minimal saya jadi bisa merasakan penerbangan kelas bisnis dengan harga promo J).Sejak itu, kemanapun saya pergi, saya tak pernah lupa untuk kembali mengecek jadwal penerbangan ke maskapai yang bersangkutan, apalagi kalau tiketnya sudah dipesan jauh-jauh hari.

Dan satu pelajaran berharga, bahwa terkadang kita perlu bersikap keras untuk mempertahankan hak kita dan tidak begitu saja menerima penjelasan petugas apalagi kalau jelas-jelas kesalahan bukan pada kita.

So, when traveling gone wrong, enjoy aja, keep calm and ngga boleh kapok. Karena selalu ada hal baru yang akan kita temui di setiap perjalanan.












6 comments on "Insiden Honeymoon"
  1. duh.. salut sama pendiriannya utk ga mau ngalah & tetep ngotot minta dganti tiket..
    tp bagian 'resepsi di yogya' itu hihihi sinetron banget :p

    ReplyDelete
  2. Keren Mak. Memang harus begitu. Bertahan/ngotot dalam mempertahankan hak kita, kayaknya adalah syarat wajib dalam berargumentasi dalam hal-hal seperti ini. Harus berjuang sampai 'titik darah penghabisan'. Karena jika sempat melihat kita lemah, itu akan jadi titip balik bagi si 'pihak lawan' untuk memenangkan 'pertarungan'. Salut deh dg usaha dan taktikmu, Mak Windi. :)

    Saya juga pernah alami hal yang seperti ini, bukan pesawat yang dibatalkan penerbangannya sih, tapi bagasi yang mereka tinggalkan di Polonia tanpa sepengetahuan para penumpang. Dan sayangnya, kami [para penumpang yang dirugikan], tidak berhasil mendapatkan kompensasi apa pun. Huft. Bikin kesel dan hilang respect deh dengan maskapai tersebut.
    Pernah saya tulis di sini:
    http://www.alaikaabdullah.com/2011/10/pengalaman-petama-membuka-acara-dialog.html

    ReplyDelete
  3. Keren banget ceritanya. :')

    Bisa dibayangin tuh paniknya kayak gimana. Keren banget karena tetep ngotot minta ganti tiket baru.

    ReplyDelete
  4. waduh, kebayang paniknya tuh ...

    ReplyDelete
  5. *prok prok prok*
    aktingnya keren :-D
    Wah pelajaran penting nih buat pembaca yg bakal travelling dgn pesen tiket jauh2 hari sblmnya

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature