Pencemaran Nama Baik : Ikhlas, Haruskah?

Friday, May 24, 2013
Ikhlas itu lebih Indah

Seorang teman memberi nasehat kepada saya setelah saya mencurahkan uneg-uneg di hati. Saya setuju sekali dengan kalimat tersebut, bahwa iklhas itu lebih indah. Ikhlas itu lebih menenangkan dan ikhlas itu jauuuuh lebih baik daripada tidak ikhlas, eh.

Namun kemudian saya bertanya-tanya , keadaan yang seperti apakah kita harus ikhlas? Setiap saat?. Terkadang saya mikir, ada saatnya kita tidak boleh mengikhlaskan sesuatu kalau memang itu menjadi hak kita.


Misalkan saja, di dunia kerja, jika aturan perusahaan menjanjikan saat kita mencapai target yang ditentukan maka kita akan mendapat bonus atau reward. Saat bonus atau reward tadi tidak diberikan kepada kita walaupun kita sudah melampaui target apa kita harus ikhlas?. kalau kita menggugat apa disitu kita bisa disebut sebagai orang yang tidak bersyukur?, yang suka cari gara-gara?.

Benar, mungkin kalau kita mengikhlaskan rezeki yang mungkin harusnya milik kita, kita akan berpahala. Benar juga mungkin, dengan kita mengikhlaskannya, siapa tahu Allah akan mengganti yang lebih baik. Dan sangat benar kalau yang namanya rezeki itu ngga akan kemana. tapi , apa kabar kata adil?. Saat kita diperlakukan dengan tidak semestinya. Saat hak yang seharusnya milik kita tapi tidak diberi, apa salah kalau kita mencari keadilan, dengan menggugat kepada yang bersangkutan misalnya, atau malah mengungkapkan perasaan kita, pendapat kita di media sosial dengan tujuan agar pihak yang dimaksud tahu kalau kita tidak puas, kalau mereka sudah wan prestasi?.

Jadi, seandainya saya berhak mendapat hadiah tertentu dari suatu lomba yang saya ikuti, dan ternyata panitia tidak memberikannya kepada saya, apa salah kalau saya menuntutnya. Setelah melalui cara baik-baik kemudian mereka tetap berkelit, apakah dengan menuliskannya di blog pribadi saya akan terkena pasal pencemaran nama baik dalam UU ITE?. 

Terus terang saya bergidik membaca pasal-demi pasal di dalam UU ITE. Dan saya tidak mau kejadian seperti kasus Prita menimpa saya.

Lihat Chipstory berikut : http://chirpstory.com/li/55210 tentang pencemaran nama baik. Yang menyatakan
  • Ps 310 KUHP mengkriminalisasi tiap orang yg lisan/tertulis menyerang kehormatan/nama seseorang dgn menuduhkan sesuatu u/ diketahui umum
  • Informasi yang disampaikan kpd masy umum, yg tdk punya kompetensi melakukan penegakan hukum, maka dpt dianggap pencemaran nama baik
  • Gugatan yg disiarkan di media massa & tidak terbukti benar, dpt digugat krn pencemaran nama baik
  • Somasi dapat dijerat dgn pencemaran nama baik jika isinya langsung berisi tuduhan & diungkapkan di muka umum
  • Ketika menulis surat pembaca di media massa, usahakan tdk bermuatan penghinaan jika tak mau terkena pencemaran nama baik
  • Ketika menulis status berisi keluhan di social media juga hrs berhati2 karena bisa terjerat pencemaran nama baik
  • Keluhan tanpa menyebutkan dgn jelas nama org atau instansi yg dituju atas keluhan tsb, juga dapat terjerat pencemaran nama baik
  • Bahkan mencemarkan nama baik orang yg sudah meninggal pun dapat dipidana dengan pencemaran nama baik
  • Psl pencemaran nama baik jg mengintai praktik jurnalisme warga (citizen journalism) baik yg dilakukan media cetak, elektronik & internet
  • Pencemaran nama baik jika dilakukan di media online bisa dijerat dgn Ps. 27 (3) jo. Ps. 45 (1) UU ITE
Yang saya warnai merah, berarti kita menulis tentang pihak lain di blog pribadi pun bisa terkena ancaman pencemaran nama baik. Lalu dimana dong letaknya kebebasan mengungkapkan pendapat, kalau toh ternyata apa yang kita tuliskan memang benar?.

Jadi kalau kita sudah menanyakan baik-baik kepada pihak yang bersangkutan, trus sudah bersabar, dan ternyata mereka tetap tidak menggubris kita, kemana kita harus menuntut? Jelas kalau menuntut dengan jalur hukum yang resmi kita pasti kalah, lah mereka perusahaan besar bisa menyewa pengacara. Kalau keinginan kita hanya sekedar memberi efek jera dengan menuliskannya agar masyarakat umum mengetahuinya, apa kita akan dijerat pasal itu juga?

Pertanyaan saya. kalau begitu, apa semua harus diikhlaskan hanya karena kita pihak lemah yang dihantui pasal-pasal yang melindungi pihak yang berkuasa tersebut?.

Adakah yang bisa menjelaskannya kepada saya?

25 comments on "Pencemaran Nama Baik : Ikhlas, Haruskah?"
  1. errrghhh ... kalau saya pribadi, hadiah ialah hak pemenang, karenanya berhak menagih. saya selalu minta konfirmasi dari pihak pemberi hadiah mengenai kapan kira2 hadiah saya dikirim dan menjelaskan kalau misalnya gak jadi ngasih jg gak pa-apa, asal jangan bikin kuis lagi :p

    yang jelas sih, cara penulisannya harus jelas dan gak memancing kebencian pada pihak2 yang menunda2 pengiriman hadiah mbak. bagaimana cara penulisannya ya tergantung pribadi masing2. ada baiknya kalau didiskusikan dengan teman yang dirasa lebih 'ahli' ataupun mencari teman yang memiliki background hukum untuk mengetahui apakah cara penyampaian 'protes' seperti itu (ditulis di blog) sudah benar atau perlu hal yang dikurangi/ditambahkan.

    semoga lekas ada titik temu, saya balik lagi ke sini kalau udah ada yang lebih 'ahli' memberi pencerahan

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya semoga ada titik temunya. tau semoga saya diberi kelihlasan biar legowo

      Delete
  2. aku juga ada yang belum nyampe hadiahnya, mba. aneh juga sih. cuma biarin aja wis. udah males nagihnya. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. soalnya hadiahnya agak lumayan la, jalan2 :)

      Delete
  3. Nah itu, terkadang pihak penyelenggara kontes, suka se enaknya aja, tanpa mencantumkan tanggal pengiriman hadiah #mungkin belom profesional
    Aku pengalaman sebulan yang lalu, di kala menang tulisan meripyu juara 2 lumayan besar dapet uang. seminggu, 2 minggu, 3 minggu aku tagih terus mngatas namakan 3 pemenang.
    Aku ngomel2 eiylekhan aja, lain kali kalo mau ngasih hadiah tolong kasih waktunya, jadi kita ga ngarep2 in trus, #emak2 bawel deh..
    Di dukung juara 1 nya sahabat blogger senior, aku berani lah protes secara baik2, akhirnya keluarlah uanh transferannya xixixi ..hureee..

    #aku bikin note, lain kali kalo ngadain kontes cantumkan tanggal pemberian hadiah nya yaaa :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba dari kontes berakhir ini sudah 5 bulan. mereka bersedia memberi hadiahnya tp dengan catatan akan diseleksi lagi, jd saya belum tentu dapat, krn diberi tugas lagi untuk nantinya dilakukan penjurian lanjut. Lah apa itu ngga ngakal2in namanya

      Delete
  4. hiks... termasuk honor tulisan yg dimuat di media cetak ya mbk wind.. saya bingung ngadu ke siapa? mau ikhlas ga mudah..

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo itu ngadu ke redakturnya kali mba, kan masih bisa ditagih dg bukti terbit

      Delete
  5. Bagi rekan-rekan, lain kali kita harus jangan gegabah dalam menyikapi kontes yang ditawarkan dengan informasi yang tidak jelas. Hanya sebuah saran, bila kita ingin menuangkan dalam seuah tulisan buatlah dalam bahasa yang bias dan subjektif, yang terpenting kita tumpahkan saya keseluruhan unek-unek kita.

    Karena pasal pencemaran nama baik dalam dunia hukum itu sering disebut pasal karet. Bagikan sebuah karet kalau ditarik ya seperti itulah nyatanya. Bisa selesai atau tidak tinggal tergantung siapa yang kuat dalam menarik karet tersebut.

    Salam wisata

    ReplyDelete
    Replies
    1. Padahal udah hati2 lho mas, cuma ikut yang brand besar, ternyata brand besar ngga menjamin keprofesionalan penyelenggaranya. Kalo udah kejadian baru tahu.

      Berarti untung2an yah, bisa ngga bermasalah, bisa malah kena pidana kalo pas apes ;(

      Delete
  6. ternyata udah ngomong ke penyelenggaranya ya mbak wind? Kalo udah, tapi gak di gubris, ya gak bisa tinggal diam. sekaligus bikin efek jera ke penyelenggara. apalagi itu hak kita. abis kerja klo gak di gaji ya itu tindakan kriminal, bukan lagi masalah ikhlas atau gak ikhlas. lah dari awal kita ikut quiz itu kan memang bukan buat kegiatan sosial atau sedekah, emang formatnya kita mencari reward. sama juga klo dikantor, dijanjiin reward klo dapat target, trus udah banting tulang ngejar target supaya dapat bonus, eh malah bonus gzk dikasih? tetap harus dituntut. itu kan masuk perbudakan namanaya.
    apalagi misal klo hadiah kontes/quis nya gede ;). coba acara cari pengacara yg flexible bayarannya, kan ada tuh mbak yang membantu masalah beginian. Tapi kita kasih pemberitahuan duku, kalau kita akan tempuh jalur hukum dan jalur media massa. Klo jalur hukumnya masih ragu, tempuh aja beberapa media massa yg melalui kolom surat pembaca.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau pakai jalur hukum, saya ngga siap. soalnya nominalnya lumayan tapi ngga sebanding kalo hrs pakai pengacara segala

      Delete
  7. memang mudah menyebut kata ikhlas namun tak semudah saat kita praktekkan, apalagi yaqng menyengkut hak kita, saya pikir setiap hak perlu kita tagih janjinya setelah kita jalankan apa yang jadi kewajiban kita, tentu saja dengan cara yang baik2 atau kita lapor melalui jalur hukum klo yang bersangkutan enggan merespon. biarkan hukum yg menyelesaikan kasus, itu kalau udah besar kali kasusnya, tp klo hanya hal sepele, ya sabar aja, biar Allah yg balas sikap mereka, ada masanya untuk mereka

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah itu mak, hadiahnya sih menurutku lumayan mak. tp kalo gara2 itu harus berurusan dengan hukum ya ngga mau juga, ngga sebanding. Mungkin memang harus diikhlasin kali ya mak.

      Delete
  8. sama mak..hadiah lomba nulisku ampe skrg blm ada kabar..padahal eike sudah ditagih org se tl u traktir ya ampyuuun...emang sih hadiahnya berlian tapi berapa sih gedhe berliannya padahal udah bayar pajak segala loh...hadeh..ampe males aku telpan-telpon...kata suami halah mi kayak aku ga bs beliin aja..yg tersinggung malah dia klo aq nelpon nanyain hadiahnya...hadeh..malah curhat disinih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha iya mak, dilema aku.sebenernya disamping krn hadiahnya juga karena memang merasa hak kita kan mak yah. rasanya kok kayak dizalimi dan ditipu,

      Delete
    2. Mak "catatanemak" yang menang hadiah kalung berlian di majalah, ya? hadiahnya bukannya diambil langsung ke kantor, Mak?

      Delete
  9. Hm, aku jg sependapat dengan teman2 di atas. Jika nama kita sudah terpampang jelas sebagai salah satu pemenang dari suatu kontes, ya sudah mutlak donk kita mendapatkan hadiah sebagaimana yang mereka cantumkan pula pada saat pengumuman lomba diselenggarakan. Itu hak setiap pemenang. Namun, seperti yang sudah sering kita ketahui dan juga banyak dialami teman2, terkadang panitia/sponsor dengan gampangnya berkelit.

    Ya, profesionalitas memang dipertaruhkan disini. Sayangnya tidak semua penyelenggara/sponsor berpegang teguh pada prinsip profesionalitas, sehingga banyak para pemenang yang menjadi korbannya.

    Tentang cara komplen, Mak Windi sendiri tentu telah menempuh segala cara, dan tidak membuahkan hasil sehingga memilih untuk menuliskannya di blog personal Mak Windi. Itu tidak salah. Namun agar tidak terjerat UU ITE, tentu kita harus bisa memilih dan mengolah kalimat dengan baik, yang isinya tidak menghujat atau menghakimi. Mungkin, daripada kita mencela ketidakprofesionalitas mereka, ada baiknya mengolahnya dalam bentuk lain yang lebih halus. Mempertanyakan nasib akhir dari ditentukannya kita sebagai pemenang. Menanyakan apa ada yang bisa kita 'bantu' agar panitia dapat segera mengirimkan hadiah tersebut, atau mungkin jika tertunda atau malah batal, hendaknya panitia dapat menjelaskannya secara tertulis kepada kita, yang nantinya, penjelasan tersebut dapat kita gunakan untuk menuliskan 'nasib kemenangan kontes' tersebut di blog kita.

    Mungkin begitu kali, Mak Windi? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. udah maak, merka sdh membalas email saya. jawabannya saya harus diseleksi lagi untuk mendapat hadiah tersebut, jd diberi tugas lagi untuk nantinya dilakukan penjurian selanjutnya. Saya keberatan, krn kan udah jadi pemenang, kok pakai diseleksi lagi, apalagi lombanya udah berakhir des 2012, masa hrs diseleksi lagi?. saya menyatakan keberatan, dan mereka blm membalas lagi

      Delete
  10. nah itu sebabnya aku woro-woro seseorang buat nanya kapan hadiah harus aku kirim di GA dimana aku ikutan jadi salah satu sponsornya. Aku takut pemenangnya dah nungguin padahal hadiah belum dikirim karena penyelenggara belum ngontak aku... hehehe (jadi sponsornya yang merasa bersalah).. karena berasa di kita sih kalo menang tapi hadiah tidak kunjung tiba...

    Pake initial kali bisa Windi protesnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ya mba ade, tp di pasal UU ITE, pake inisial juga tapi kalo tetep menuju si ybs tetep bisa terkena sanksi, aku td udah search di website hukum, hadeeeh ngeri kali bah ;)

      Delete
  11. Betewe terima kasih ya mak2 semua ditambah bapak2 yang udah ngasih saran dan cerita pengalamannya. lumayan plong nih saya, dan jadi agak kebuka pikirannya.lup youuu pull

    ReplyDelete
  12. Kalau Mba Windi berani, bisa ditulis di kolom surat pembaca, isinya menanyakan nasib jadi pemenang, lampirkan iklan lomba dan bukti jadi pemenang. Jika panitianya memang kredible biasanya dijawab.
    Bisa juga kalau mau dipidanakan, dg delik penipuan. Sebagai bahan pertimbangan saja: hukum di indonesia blm sederhana dan murah, proses persidangan panjang.
    Jika mau ditulis di blog pribadi, sebaiknya hati-hati spt kata Mak Alaika, krn pasal uu ite ttg pencemaran nama baik itu karet mak, lentur bgt mudah ditarik kesana kemari tergantung sapa yang menerjemahkan.

    ReplyDelete
  13. articles of interest. indeed
    I regret why only now that I found this blog.

    ReplyDelete
  14. saya baca baca dulu,belum bisa berkomentar,,,,tapi ini bahan yang bagus untuk di bicarakan

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature