Yes, That's Just Luck

Sunday, April 7, 2013
" Kamu beruntung banget sih win"
" Wah, dedenya benar-benar bawa rezeki"
" Lucky mom, congrats ya "

Setahun belakangan , kalimat-kalimat di atas ramai menghiasi beranda facebook saya, timeline di twitter, komen di blog, bahkan sampai SMS dan BBM.

Kalimat tersebut selalu menyertai saat ada pengumuman lomba yang mencantumkan nama saya sebagai pemenangnya. Bukan hanya saat kemenangan, pun saat ada berita gembira yang menghampiri saya.

Bahkan ada yang mengatakan, " Pantes aja si windi menang mulu, lah namanya aja udah ada unsur WIN nya :)

Benarkah saya sebegitu beruntungnya?

Hmm, coba kita uraikan lagi.  Menurut saya beruntung itu, kalau kita ongkang-ongkang kaki di rumah, tidur-tiduran, ngga melakukan apa-apa, tiba-tiba dapet undian mobil dr poin kartu kredit, atau poin isi pulsa. nah itu beruntung.

Memang benar di tahun 2012 sampai awal April 2013 ini berlimpah ruah rezeki yang diberikan Allah kepada saya dan keluarga.

Dalam dunia kepenulisan, beberapa lomba yang saya ikuti baik di blog, di FB, maupun di twitter mendulang kemenangan bertubi-tubi. Dan kenapa sampai teman-teman mengatakan saya beruntung?. Karena kemenangan saya tidak satu dua kali, tapi sering, dan bukan sekedar juara hiburan tetapi beberapa diantaranya nama saya nangkring sebagai pemenang utama.

Di tahun 2012 saja lebih dari 4 kali nama saya keluar sebagai pemenang pertama lomba blog, yang membuahkan hadiah berupa AC, TV, HP, uang tunai. Belum lagi saya membawa pulang mesin cuci, oven, voucher belanja bernilai jutaan rupiah, sampai souvenir dan produk karena nama saya nyangkut jadi pemenang keempat, pemenang favorit atau hanya pemenang hiburan.

Mesin Cuci dan TV LCD



AC, Oven, dan Voucher

Yes, i'm a lucky woman. Saya tidak akan menyangkal itu.

Tidak saya pungkiri, awan keberuntungan mungkin lagi memayungi saya. Namun saya juga bisa katakan bahwa kalau hanya mengandalkan faktor luck, rasa-rasanya tidak mungkin saya mendapatkannya berkali-kali. Kecuali saya adalah si Untung dalam cerita kartun Donal Duck. 

Di tiap hal yang saya lakukan, menang atau tidak, selalu ada usaha maksimal yang saya lakukan. Ada kerja keras di baliknya. Bagi sebagian orang, saat melakukan sesuatu mereka menggunakan prinsip nothing to loose. Mungkin agar jika hasil yang diperoleh tidak sesuai kenyataan maka kekecewaan yang dirasa tidak terlalu dalam. Namun prinsip itu tidak berlaku bagi saya. Dalam setiap hal yang saya kerjakan, temasuk dalam mengikuti lomba, saya melakukannya dengan sungguh-sungguh. 

Saat saya memutuskan untuk ikut dalam suatu lomba, maka tujuannya saya bukan iseng-iseng berhadiah, tapi saya memang menargetkan untuk menang. Karena saya tidak memiliki waktu seluang orang lain. Saya menulis di sela-sela pekerjaan yang padat. Tak jarang saya harus bergadang untuk mengejar deadline lomba, padahal besok pagi saya harus ke kantor, menyiapkan presentasi, rapat, menemui nasabah, dan setumpuk pekerjaan yang tak ada habisnya. Maka, kalau saya tidak benar-benar menguasai temanya, saya akan skip, karena itu hanya akan membuang-buang waktu. 

Disinilah yang mungkin membedakan hasil yang diperoleh hanya dengan mengandalkan keberuntungan atau yang dibarengi dengan ikhtiar. Beberapa teman sering bertanya kepada saya, tips supaya bisa memenangkan lomba. Sebenarnya tips itu tidak ada, karena sejatinya kita semua sudah tahu, bahwa apapun itu, dalam kehidupan ini, secara logika hasil akan sebanding dengan usaha.

Dalam kasus saya juga demikian. Saya selalu membaca dengan teliti syarat dan ketentuan lomba yang ditentukan panitia, mencerna baik-baik tema yang mereka usung, mencari literatur dan referensi yang mendukung, baru kemudian saya rangkai menjadi sebuah tulisan. Hal tersebut bukan perkara gampang. karena bukan saya saja yang melakukannya, semua peserta yang punya niat untuk menang tentu melakukan hal yang sama. Untuk itu saya pun harus menambahi effort dengan menampilkan sesuatu yang berbeda, yang unik, termasuk menerawang selera juri. Dan itu semua bukan keberuntungan kawan. Itu namanya usaha.

Dan setelah semua usaha keras itu, kalau toh saya tidak berhasil menjadi pemenang, saya akan lega, saya tetap puas. Aneh ?. Saya kira tidak. Karna dengan begitu saya bisa meyakinkan diri sendiri, bahwa saya kalah bukan karena tulisan saya jelek, bukan juga karena usaha saya kurang keras, tapi bisa jadi peserta lain effortnya berkali lipat dibanding saya, dan saya akan angkat topi padanya. Atau bisa jadi, karena tulisan saya belum ketemu jodohnya, belum ketemu juri yang pas, karena juri juga adalah manusia, yang memiliki selera pribadi. Setelah itu saya akan simpan tulisannya, akan ada saatnya tulisan yang kalah tersebut bisa dimodifikasi dan nyatanya beberapa kali setelah saya tulis ulang, akhirnya tulisan-tulisan tersebut ketemu dengan event yang pas. Apakah itu keberuntungan ? Think again.

Kalau hanya memenangkan lomba blog, mungkin banyak yang mengalaminya. Namun awan keberuntungan yang kata teman-teman saya selalu mengikuti kemana saya pergi tak berhenti sampai disitu. 

Dalam karir dan keluarga pun tak henti-hentinya saya dilimpahi kenikmatan. Setelah 4 tahun bekerja di perusahaan tempat saya mencari nafkah, sekonyong-konyong dari ratusan pekerja, saya memperoleh promosi yang sangat signifikan.

Sekonyong-konyong?

Kelihatannya seperti itu, secara kasat mata saya hanya direkomendasikan, kemudian mengikuti serangkain test dan huplaaaa saya terima SK Promosi.

Padahal, perjuangan menuju kesitu tidaklah mudah. Saat pekerja lain bekerja dengan speed 60 km/jam, saya  menekan gas hingga 100 km/jam. Saat pekerja lain mengeluh tentang beratnya beban, saya niatkan semua yang saya lakukan adalah ibadah, sehingga walau sama berat, tapi rasa di hati lebih lapang. Dan saat orang lain melakukan rutinitas dari jam 8 pagi menuju jam 5 sore saya mengisinya dengan banyak mendengar, banyak membaca dan banyak mencerna. Sehingga bukan hal yang luar biasa saat saya memperoleh selangkah lebih dibanding yang lain.

Namun dibalik semua pencapaian itu, ada harga yang harus saya bayar. Saya terpaksa berpisah selama 2 tahun dengan suami. Jangan ditanya seperti apa rasanya. Rasanya semua hal menjadi hambar. Rasanya semua prestasi menjadi omong kosong. Jika kemudian saya berhasil dimutasi kembali ke kota suami, itu pun karena kesungguhan dan lagi-lagi ikhtiar tidak kenal lelah. Bukankah berdoa siang malam juga termasuk usaha?

Pun saat kemudian bebarengan dengan mutasinya saya ternyata Allah menitipkan penghuni baru di rahim saya, anugerah yang sudah menahun kami nantikan. Keberuntungankah itu?

Saya memaknainya dengan "Allah tahu waktu yang tepat untuk kita ". Dan mungkin saja itu adalah buah dari kesabaran saya dan suami, untuk usaha yang tak kenal lelah berobat kesana kemari, minum berbagai pil yang baunya bisa memenuhi seisi rumah. Dan bisa jadi sebagai pelipur lara untuk setiap cemoohan orang, untuk rasa sakit yang pernah tertoreh dan untuk air mata yang berderai di malam-malam sepi. Sekali lagi itu bukan sekedar keberuntungan.

Dari pengalaman selama ini, saya percaya hasil yang optimal tidak diperoleh dengan cara gampang. Harus ada usaha dalam menjemput rezeki. Kalau usaha maksi hasilnya minim, namanya belum rezeki, kalau usaha maksi hasil optimal itu namanya setimpah. Nah kalau usaha minim alias ngga ngapa-ngapain tapi dapet hasil yang maksimal, that's called luck.

Namun yang pasti, bagaimanapun usaha kita, apapun hasilnya, tetap sang penentu adalah Yang Maha Kuasa. Jangan sekali-kali menganggap apa yang kita peroleh semata karena diri kita tanpa bantuan orang lain, apalagi tanpa campur tanganNya. Bahkan daun yang jatuh pun adalah atas seizinNya ( Tere Liye )

Oya, ada satu kejadian dalam rentang waktu yang saya sebut diatas. Sebulan yang lalu tepatnya, para istri-istri di kantor suami mengadakan arisan. Arisan perdana yang diadakan di sebuah kafe dan saya tidak bisa menghadirinya. Saat toples dikocok, gulungan kertas meluncur ke atas meja. Semua mata memandang tanpa kedip, nafas pun tertahan. Ada banyak hati yang berharap bisa membawa pulang uang sejumlah juta-juta . Begitu kertas dibuka, tertera sebuah nama " Windi T" alias Windi Teguh. 



Yes, That's just a luck





3 comments on "Yes, That's Just Luck"
  1. iya mbak.. emang harus ada usaha.. :)

    yg udah usaha keras *menurut versinya* tp blm dapat hasil kudu sabar ya *nunjuk diri sendiri hehe

    jika mungkin ada yg bilang, usaha sy kurang keras, kurang cerdas ya mgkn kemampuannya hanya segitu ya.. toh anugrah kecerdasan orang itu emang gak sama bidangnya.

    smoga kita ttp sykur n semangat ya mbak. amiin

    ReplyDelete
  2. samaaaa, aku jg gak pny waktu luang sebanyak orang2 >.<
    kesel >.< jam segini masih melek bikin 'sesuatu', padahal yg lain lg enak bermimpi... huhuhu

    tapi memang harus banyak belajar lagi, kan tulisanku jg belum matang :D

    Waduuuh, LDR? Kalau nikah, aku gak mau gitu. sedih >.<
    Ini lg bikin kesepakatan sama Li, aku gak mau jauh2an lagi. Hihi... tapi yaaa, namanya keadaan memaksa ya Mbak? ;')

    semangaaat mbaknyaaa ^^

    ReplyDelete
  3. Tulisanmu itu emang asyik banget dibacanya, Wind.. amat sangat layak bila berjaya di aneka lomba..

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature