Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim

Saturday, March 2, 2013
Setelah hampir 8 tahun tinggal di Sumatera, baru nyadar ternyata suami saya belum pernah sekalipun ke Berastagi. Daerah Puncaknya Sumatera Utara yang terkenal dengan Bukit Gundalingnya. Kalau di Jawa ya mirip-mirip Kaliurang atau Tawangmangu. Daerah bukit dengan udara yang sejuk. Rasanya kok Mesake banget si mas belum pernah ke daerah wisata kebanggaan orang Medan ini. Jadi, setahun yang lalu, saat ponakan saya Fadlan berulangtahun kami pun berbondong-bondong sekeluarga besar merayakannya di Berastagi. Kami menyewa sebuah villa yang  besar untuk menampung 4 keluarga.

Saya sendiri, terakhir ke Berastagi sudah beberapa tahun yang lalu. Soalnya kalau liburan mau kesana, sudah bisa dipastikan macetnya poll, persis keadaan lalu lintas kalau mau ke puncak saat libur panjang. Karena sudah lama ya memory saya masih merekam kondisi Berastagi beberapa tahun yang lalu.

Mengingat kalau Berastagi itu dingin banget saya pun membawa beberapa helai pakaian hangat, syal dan tak lupa kaos kaki, biar ngga menggigil saat malam. Setelah persiapan selesai langsung Go.

Setibanya disana, olala saya kok malah kegerahan. Saat itu jam 1 siang hari. Saya yang sudah memakai baju hangat kok ngga begitu merasakan hawa dingin yang dulunya sangat saya sukai. Suami saya pun bertanya pada saya " Kata adek disini dingin, biasa aja tuh ". 

Hmm iya juga sih, akhirnya saya dan suami malah terlibat perbincangan serius. Beberapa waktu sebelumnya saat mudik ke Jogja pun kami menyempatkan diri berwisata ke Kaliurang, dan menurut suami saya Kaliurang juga tidak sedingin saat ia kuliah dulu. Sepertinya memang telah terjadi perubahan cuaca yang kentara.

Setelah diingat-ingat tidak hanya di daerah perbukitan. Saat ulang tahun saya kemarin, kami merayakannya ke Pantai Cermin. Keluarga saya memang sangat suka menghabiskan waktu ke Pantai, dan Pantai Cermin termasuk salah satu pantai yang sering kami datangi, karena jaraknya cukup dekat dari rumah. Nah saat kesana lagi-lagi saya dikejutkan oleh kondisi pantai yang sangat berbeda dengan terakhir kali saat saya datangi. Terjadi penyempitan luas pantai, atau dengan kata lan kemungkinan telah terjadi abrasi akibat air laut, sehingga air laut sudah masuk ke daerah yang dulunya adalah daratan.

Wah ternyata seiring waktu bumi kita mengalami perubahan-perubahan yang mungkin tidak kita sadari. Setelah membaca-baca di internet ternyata tidak hanya di Indonesia terjadi perubahan-perubahan pada kondisi alam . Di luar negeri juga demikian. Badai dan topan yang sebelumnya tidak pernah terjadi pun semakin sering menghantam negara-negara sana. Sebut saja topan Nargis di Myanmar, atau Topan Botchan di Filipina yang menewaskan sekitar 477 jiwa. Dan yang masih segar di ingatan, bagaimana dahsyatnya Topan Sandy yang memporak porandakan Amerika serikat pada November 2012 lalu. Itu yang di luar negeri. Yang paling dekat dengan kita, tentu saja banjir yang melanda ibukota beberapa waktu lalu. 

Ow ow ada apakah gerangan?.

Usut-punya usut , ternyata disinyalir bencana alam-bencana alam yang terjadi ditambah anomali-anomali cuaca yang ada tidak diragukan lagi merupakan dampak dari perubahan iklim.

Wew, pantas saja. Setahu saya sih iklim itu kan yang mempengaruhi arah angin, mempengaruhi curah hujan dan terjadinya pergantian musim. Mungkin kita juga sudah menyadari beberapa tahun belakangan sangat sulit memprediksi cuaca. Kalau dulu jamannya saya kecil, seingat saya kalau Januari sampai Maret tuh musim kemarau. Trus mulai April sesuai dengan namanya "pril ... pril " maka hujan sedikit-sedikit mulai turun. Lanjut sampai Juli. Memasuki Agustus, September sampai Desember lagi-lagi mengikuti akhiran bulannya yang " ber..be... ber... " maka berarti sudah memasuki musim penghujan. Makanya kalau ada yang mau ngadakan hajatan seperti nikahan atau sunatan, bulan-bulan tersebut menjadi salah satu pertimbangan.

Tidak jarang orang-orang di kampung saya akan memakai jasa pawang hujan kalau ingin mengadakan hajatan di bulan-bulan berakhiran ber tersebut. Waktu abang saya nikahan juga, kebetulan diadakan bulan Desember, dan benar saja sesuai prediksi, hujan pun seperti ditumpahkan dari langit.

Tidak hanya untuk hajatan, panduan musim hujan dan musim kemarau ini pun digunakan oleh para petani untuk menentukan masa bercocok tanam. Terutama bagi petani yang masih menggunakan sistem sawah tadah hujan. Maka momennya harus pas. Tapi sepertinya dewasa ini bulan-bulan tersebut sudah tidak bisa menjadi patokan lagi. Lah sekarang aja masih memasuki bulan maret setiap malam hujan deras. Bahkan di tengah cuaca panas terik tiba-tiba beeeeerrrrrr hujan bisa tercurah tanpa permisi.

Menurut yang saya baca, perubahan iklim pada hakikatnya adalah suatu hal yang natural. Karena iklim  bumi bersifat dinamis dan senantiasa berubah melalui siklus alamiah. Dari penelitian, diketahui bahwa perubahan iklim dewasa ini memiliki kecenderungan yang bersifat konstan, yakni meningkatnya temperatur global. Aatu sering kita sebut dengan pemanasan global.


Loh, apa hubungannya perubahan iklim dengan pemanasan global ?

Iya, karena salah satu yang menyebabkan terjadinya anomali cuaca  adalah terjadinya perubahan di lapisan atmosfer kita. Padahal seperti kita tahu atmosfer bumi itu, merupakan salah satu perisai yang melindungi bumi secara langsung dari paparan sinar matahari. Dan sinar matahari adalah penentu iklim di bumi ini. Perubahan yang terjadi di atmosfer ternyata lagi disebabkan oleh efek gas rumah kaca. Efek rumah kaca ini lah yang sering dikait-kaitkan dengan yang namanya pemanasan global.

Trus apa yang menyebabkan terjadinya efek gas rumah kaca?

Efek gas rumah kaca menyebabkan panas yang dipantulkan oleh matahari ke bumi akan terperangkap, sehingga lapisan bawah atmosfer secara lambat namun pasti akan mengalami peningkatan temperatur. Sebenarnya efek rumah kaca ini dibutuhkan bagi bumi, karena tanpanya suhu bumi tidak mungkin dapat ditinggali manusia. Namun seperti semua yang ada di dunia ini, jika kadarnya sudah berlebih maka bisa menyebabkan bencana.

Kok baru sekarang pada heboh ?

Sebenarnya tidak hanya sekarang, dari dulu juga iklim sudah mengalami perubahan, namun saat ini semakin parah karena aktivitas manusia yang memicunya. Gas rumah kaca itu terdiri dari karbodioksida, Dinitrogen oksida, uap air, dan gas methan. Dulu juga gas-gas tersebut sudah ada di atmosfer kita, namun jumlahnya tidak sebanyak sekarang. Karena akhir-akhir ini aktivitas manusia banyak dimudahkan oleh peralatan dan kegiatan-kegiatan yang menghasilkan gas rumah kaca tadi.


Contoh paling nyata, penggunaan kendaraan bermotor yang semakin hari semakin bikin pusing tujuh keliling. Gimana ngga? Hitung saja berapa jumlah kendaraan yang wira wiri di jalanan, Semua kendaraan tersebut membutuhkan bahan bakar untuk bergerak. Dan pembakaran bahan bakar itu untuk menghasilkan energi gerak akan memproduksi CO2 yang mana merupakan salah satu gas rumah kaca terbanyak di udara.

Itu baru sumbangan dari CO2. Belum lagi dari H2O atau uap air. Temperatur bumi yang semakin meningkat dari waktu ke waktu ini menyebabkan es di kutub Utara mencair ( sama lah kayak es di gelas kita pas cuaca panas, pasti cepat melelehnya). Nah es-es yang mencair ini tadi menyebabkan volume lautan bertambah. Akibatnya uap air yang menguap pun semakin banyak.Makanya sekarang gampang banget terjadi banjir, soalnya curah hujan memang semakin tinggi di beberapa daerah. Sebaliknya di daerah lain, dengan semakin tingginya temperatur bumi, maka air yang terkandung di dalam tanah akan semakin cepat menguap, akibatnya terjadi kekeringan. IIh ngeri kan.

Sedangkan gas Methan banyak dihasilkan dari pembusukan sampah, dari kotoran ternak dan dari sawah-sawah yang tergenang. Coba hitung berapa luas sawah yang ada di muka bumi ini, berapa banyak kotoran yang dihasilkan ternak, dan berapa ton kita menimbun sampah setiap harinya.


Maka jangan heran kalau semuanya itu menyebabkan pemanasan global yang ujung-ujungnya membuat perubahan iklim terjadi. Hayoyo, berarti kta sebagai manusia memiliki andil yang sangat besar terhadap kerusakan dan bencana yang terjadi.

Karena bumi semakin panas, manusia pun semakin kreatif untuk membuat dirinya nyaman, maka diciptakan lah pendingin udara. Trus karena kita maunya tetap segar saat matahari lagi terik-teriknya muncul juga penemuan refrigerator yang digunakan di lemari es untuk menghasilkan bongkahan2 es yang maknyus kalau diminum di siang bolong. Imbasnya, ke emua bahan untuk mendinginkan tersebut memproduksi CFC ( Chloro Fluro Carbon ) yang lagi-lagi merupakan salah satu dari gas rumah kaca. Parahnya lagi CFC ini ternyata merusak lapisan ozon. Padahal ozon kan berguna untuk melindungi bumi dari radiasi-radiasi berbahaya yang dipancarkan matahari. Jadi jangan heran kalau belakangan juga makin banyak orang yang terkena kanker kulit atau masalah-masalah kulit lain, karena sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari  itu bisa langsung memapar kulit kita.

Waduh, rentetannya panjang sekali yah?

Tidak hanya itu, kalau mau dipaparkan lebih panjang lebar lagi, kesemuanya itu akan memiliki efek domino terhadap kelangsungan hidup kita. Karena perubahan iklim menyebabkan banyak hewan yang mati , musim yang berubah-ubah, kekeringan yang menyebabkan kelangkaan pangan, kelaparan akan terjadi. Kalau pangan langka akibatnya harga akan melangit. Trus, belum lagi akibat-akibat lanjutan dari bencana yang terjadi, kerusakan infrastruktur, timbulya berbagai penyakit, yang ujung-ujungnya akan berdampak terhadap perekonomian suatu negara. 



Kalau ekonomi suatu negara terancam, bisa dipastikan kestabilan dan kemananan juga akan berpengaruh. Kejahatan juga bisa merajalela, duh bumi akan menjadi tempat yang sangat tidak nyaman

Trus kita harus ngapain dong ?

Kalau ngga mau kehidupan di bumi punah sebelum masanya, sebagai masyarakat dunia kita harus berusaha semaksimal mungkin meminimalkan terjadinya perubahan iklim lebih cepat lagi. Karena seperti diuraikan di atas tadi, perubahan iklim adalah suatu keniscayaan. Kita hanya bisa memperlambat lajunya. Salah satunya dengan mengurangi sumbangsih gas-gas yang menyebabkan pemanasan global.

Apa yang menjadi penyebab maka bisa juga menjadi solusi. 



Minimalkan penggunaan bahan bakar
Cara gampangnya ya jangan pakai kendaraan. Jalan kaki gitu kemana-mana, atau kalau pun terpaksa pakai kendaraan , makainya beramai-ramai, atau bisa juga menggunakan angkutan umum. Bisa juga dengan menggunakan bahan bakar dengan angka oktan tinggi, agar pembakaran sempurna sehingga tidak terlalu mencemari lingkungan. Penghematan bahan bakar ini juga bisa dilakukan dengan memilih kendaraan yang hemat bensin. Biasanya mobil dengan ukuran kecil, kebutuhan bahan bakarnya juga kecil. Cara lain, dengan selalu memastikan ban mobil dalam keadaan tidak kempes, menghindari lalu lintas yang macet, dan menyetir dengan baik, jangan ngerem-ngerem mendadak maksudnya.


Daur Ulang
Tahu ngga, kalau dalam kehidupan sehari-hari kita ada yang namanya jejak-jejak karbon. Jejak-jejak karbon ini ada di setiap lini kehidupan. Mulai dari pakaian, kertas, alat tulis. Kenapa? karena yang saya sebut itu semua terbuat dari pohon. Pohon adalah penyerap karbon. Jadi semakin banyak kita menggunakan kertas semakin banyak karbon yang tidak terserap dan berkeliaran di udara. Makanya , kita bisa menolong bumi dengan memanfaatkan barang-barang daur ulang, seperti kertas misalnya. Trus kalau pakai baju jangan sering-sering ganti, biar ga boros detergen dan air. Apalagi kalau nyucinya pakai mesin cuci, hemat listrik juga. Semuanya itu bisa meminimalkan produksi karbon di muka bumi.

Gunakan peralatan Elektronik Hemat Energy
Misalnya untuk pemanas air di rumah. Jika bisa gunakan pemansan dengan tenaga surya jangan yang pakai . Penggunaan lampu juga gunakan yang berjenis neon, karena lebih hemat energy. Tapi kalau bisa lagi, saat pagi dan siang hari tidak usah menyalakan lampu, makanya saat membangun rumah usahakan arsitekturnya yang bisa membiarkan matahari masuk ke dalam rumah. Misalnya dengan memperbanyak jendela atau kaca. 

Pertanian Dan Peternakan
Karena pertanian dan peternakan termasuk penyumbang gas rumah kaca, maka para petani dapat memberikan sumbangsih dengan menggunakan pupuk organik untuk tanaman. Bisa juga memanfaatkan kotoran hewan yang mengeluarkan gas methan agar lebih bermanfaat. Dan kita sebagai konsumen terhadap hasil pertanian dan peternakan bisa membantu dengan mengurangi konsumsi daging. Trus dengan selalu berbelanja di pasar tradisional. Kenapa? Karena barang-barang yang dijual di pasar tradisional biasanya berasal dari daerah setempat, jadi tidak memerlukan angkutan dan konsumsi bahan bakar yang berlebih untuk pengangkutan. Beda dengan barang yang ada di supermarket, banyak yang impor dan telah melintasi berbagai benua dengan menggunakan pesawat atau kapal laut. Bayangkan berapa banyak bahan bakar yang dihabiskan.

Menanam Pohon
Dari semua langkah untuk mengurangu emisi karbon, yang paling berpengaruh adalah dengan menanam pohon. Karena pohon akan menyerap karbondioksida yang dilepas di udara. Pohon juga memproduksi oksigen yang membuat udara terasa sejuk, sehingga kalau kita menanam pohon di sekitar rumah, udara di rumah kita juga akan sejuk, jadi ngga perlu lagi pakai AC.

Nah dengan langkah-langkah diatas, kita sudah turut memperlambat perubahan iklim yang terjadi. Namun, perubahan iklim akan tetap terjadi. Sebagai penghuni bumi ini, mau tidak mau kita harus menghadapinya. Caranya dengan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang sudah terjadi dan akan terjadi.

Banyak hal bisa dilakukan untuk beradaptasi. Tentu kita butuh bantuan pemerintah untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Namun ada hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan.

Terhadap Ketersediaan Air

Menampung dan menyimpan air yang berlebih kala musim penghujan. Dengan memanen hujan salah satunya, yaitu penampungan pada waduk atau penampungan melalui atap gedung seperti yang telah dilakukan di negara-negara maju. Air dari atap akan mengalir menuju talang air, disitu perlu dipasang semacam saringan untuk memisahkan kotoran yang ada. Selanjutnya air yang sudah bersih melalui pipa disalurkan ke bak penampungan. Sederhananya seperti itu . Jepang adalah negara yang telah menerapkan penampungan air dari atap gedung ke dalam bak penampungan.


          
Terhadap Bahan Pangan
Sama dengan prinsip penampungan air hujan tadi, maka terhadap ancaman kelangkaan pangan akibat perubahan iklim, masyarakat bisa beradaptasi dengan menyimpan persediaan makanan dikala panen tiba. beberapa makanan yang bisa tahan lama dengan melalui proses pengawetan merupakan salah satu cara yang praktis dan berguna. Contohnya saja saat bencana datang, makanan-makanan yang diawetkan menjadi penyambung hidup bagi para korban. Hasil ternak bisa diawetkan dalam bentuk kornet atau daging kalengan. Hasil padi yang melimpah juga bisa disimpan di dalam lumbung ( ini perlu bantuan pemerintah ). Namun dalam skala kecil masyarakat bisa melakukannya sendiri.

Adaptasi di lingkungan-lingkungan tertentu. 
Seperti di daerah pesisir pantai yang sangat rawan terhadap dampak perubahan iklim. Tsunami, abrasi, air pasang setiap saat bisa mengintai masyarakat yang bermukim di tepi pantai. Salah satau cara beradaptasi adalah dengan memperbarui infrastruktur yang ada. Contonhya pembangunan tanggul untuk melindungi dari sergapan air laut secara tiba-tiba. Sehingga bisa memberi waktu kepada masyarakat untuk mengungsi jika kondisi sudah sangat parah. Secara alami bisa dilakukan dengan penanaman pohon bakau di daerah pesisir. Pohon bakau ini akan menahan air sementara waktu.

Terhadap Dampak Kesehatan

Bencana yang terjadi akibat perubahan iklim menimbulkan rentetan masalah berupa timbulnya berbagai jenis penyakit seperti disentri, diare, sesak nafas, penyakit kulit , sampai heat stroke. Masyarakat bisa beradaptasi dengan diberi penyuluhan tentang penanggulangan pertama terhadap berbagai penyakit langganan bencana tersebut. Dari segi pihak kesehatan bisa dengan menemukan vaksin atau obat-obatan yang ampuh untuk mengobati secara cepat berbagai penyakit tersebut. Masyarakat juga perlu diberitahu cara tanggap darurat terhadap kondisi-kondisi penyakit tertentu, sehingga bisa melakukan pertolongan pertama sebelum bantuan dari pemerintah datang.

Biasanya pada saat terjadi bencana, perempuan adalah pihak yang paling dekat dan paling sering berada di tempat. Karena itu para perempuan perlu diberi pendidikan yang memadai untuk mengantisipasi segala hal yang mungkin terjadi.

Kesemuanya itu akan berujung pada adaptasi ekonomi yang harus kita lakukan. Bencana-bencana yang terjadi karena perubahan iklim akan menggoyang perekonomian. Liat saja berapa banyak kerugian materi saat banjir datang atau saat tsunami melanda Aceh. Masyarakat bisa beradaptasi dengan selalu mencadangkan dana untk keadaan darurat yang tidak disimpan di rumah, bisa di bank atau dibelikan produk asuransi yang akan mengcover segala bentuk kerugian yang mungkin timbul.

Emangnya ngga ada organisasi yang ngurusin hal-hal begini, biasanya kan ada?

Tentu saja ada. namun masyarakat juga harus turut peduli, jangan hanya menggantungkan beban ke pemerintah dan organisasi-organisasi lingkungan atau kemanusiaan. Karena yang pertama kali merasakan dampaknya ya masyarakat di daerah itu sendiri.

Oxfam adalah suatu organisasi yang concern terhadap pembangunan penanggulangan bencana dan advokasi , bekerjasama dengan mitra lainnya untuk mengurangi penderitaan di seluruh dunia. Oxfam adalah konfederasi Internasional dari tujuh belas organisasi yang bekerja bersama di 92 negara sebagai bagian dari sebuah gerakan global untuk perubahan. Oxfam berdedikasi untuk memerangi kemiskinan dan ketidakadilan di seluruh dunia. Yang mana salah satu penyebab kemiskinan tersebut adalah imbas dari perubahan iklim. 

Namun bukan hanya terhadap perubahan iklim, oxfam juga peduli dan bekerja untuk memperjuangkan keadilan dalam berbagia aspek kehidupan, seperti pendidikan, kesehatan, kesetaraan gender, demokrasi dan hak asasi manusia.

Makanya jangan hanya oxfam yang kerja keras. kita juga bisa turut membantunya dengan melakukan langkah-langkah antisipasi dan adaptasi di atas. Untuk kehidupan yang lebih baik.



Gambar : Koleksi Pribadi, Created by windiland
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
http://www.pemanasanglobal.net/lingkungan/bencana_alam_akibat_perubahan_iklim.htm



2 comments on "Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim"

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature