Awal tahun ini saya mendapat berita yang sangat menggembirakan. Salah seorang teman senasib sepenanggungan dalam hal memperoleh keturunan akhirnya ketularan saya. Alhamdulillah, sahabat saya yang sudah menikah lebih dari 5 tahun ( lebih lama dari saya) akhirnya dinyatakan positif hamil. Ya Allah bahagianya mendengar kabar itu. Memang benar, siapa yang sabar itu pasti beruntung. padahal niatnya bulan ia sudah mau melakukan inseminisasi buatan. Sayangnya saat jadwal yang ditentukan tiba, ternyata si dokter yang akan melakukan insem lagi ke luar negeri, gagallah rencana sahabat saya itu. Bulan ini seharusnya ia akan menemui dokter itu lagi, namun belum sampai itu terjadi keajaiban sudah menghampirinya.
Terus saat saya menceritakan kabar tersebut ke teman yang lain, salah seorang berkata " Wah benar-benar bertuah ya win ".
Ngomong-ngomong soal bertuah. Dalam bahasa melayu "bertuah " itu artinya beruntung. Makanya kalau ada orag yang selalu mendapat rezeki disebut orang yang bertuah.
Kalau mendengar kata bertuah otomatis saya pasti ingat ibu saya. Ibu selalu mengucapkan kata-kata itu kalau lagi marah sama anaknya. Misalnya saat saya atau adik saya membuat dia kesal, pasti akan keluar omongan dari mulutnya " Oalaaaaah, bertuah lah aku penya anak kayak kalian ".
Xixixi , dulunya saya tidak terlalu mengerti arti kata itu, saya pikir ibu saya menyumpahi anaknya. Ternyata itu adalah bentuk doa dari ibu saya. Ya, karena kan katanya doa seorang ibu itu mustajab, mungkin ibu saya takut kalau mendoakan yang buruk maka hal buruk akan menimpa kami, makanya beliau malah mendoakan supaya kami beruntung, ia juga beruntung.
Dan sepertinya doa ibu saya benar-benar makbul, karena kami keempat anaknya alhamdulillah secara kasat mata tidak pernah mengalami yang namanya hambatan dalam hidup. Bisa dikategorikan kami termasuk orang-orang yang beruntung, baik dalam hal pendidikan, pekerjaan maupun keluarga. InsyaAllah demikian.
Sama seperti kisah tersohor tentang seorang ibu yang memarahi anaknya.Kira-kira seperti ini:
Kejadian bermula ketika seorang bocah mungil sedang asyik bermain tanah-debu. Sementara sang ibu sedang menyiapkan jamuan makan siang yang diadakan sang ayah. Kala hidangan telah tersaji indah dan menggiurkan, dan para tamu akan tiba, si bocah mungil, dengan kedua tangan menggenggam debu, masuk ke ruang makan. Ditaburkannya debu itu diatas makanan yang telah tersaji.
Terkejut sang ibu melihat kenyataan itu, panik dan marah tentu saja tak tercegah. Dalam amarah yang berupaya diredam, meluncurlah kata-katanya;
"idzhab ja'alakallahu imaaman lilharamain," Pergi kamu...! Biar kamu jadi imam di Haramain...!"
Dan SubhanAllah, kini anak itu telah dewasa dan telah menjadi imam di masjidil Haram...!!
Pasti sudah pernah dengar atau baca, ya anak tersebut adalah Syeikh Abdurrahman as Sudais, Imam Masjidil Haram yang nada tartilnya begitu merdu dan didengar oleh ratusan umat muslimin di seluruh dunia.
Alhamdulillah saya memiliki seorang ibu yang meneladani para ibu imam. Mungkin kalau saja ibu saya marah terus memaki-maki kami, mungkin hidup saya dan saudara-saudara saya tidak berkah. Oooh benarlah kasih ibu memang sepanjang jalan dan tidak akan bisa terbalas dengan apapun.
Hmm semoga saya bisa meneladani apa yang telah dilakukan ibunya Syeikh Abdurrahman As Sudais dan juga yang dicontohkan ibu saya. bahwa dalam keadaan semarah apapun hendaknya yang keluar dari lisan kita adalah perkataan yang baik, karena kita tidak tahu saat kapan kata-kata yang keluar dari mulut kita diijabah Allah SWT.
"Janganlah kalian mendoakan (keburukan) untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu, pembantumu, juga hartamu. Jangan pula mendoakan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan saat dimana Allah mengabulkan doa kalian..."
(HR. Abu Dawud)
hehe, jadi inget temen sma ku yang kemarin bawa bayinya ke rumah, pas anaknya nakal dia bilang "duh anak pinter dan cantik" si anak justru senyum-senyum padahal mungkin dia ga tau makna yang disebutkan ibunya. yang penting ngomongnya baik-baik ya, mba. kalo komunikasi lancar, insyaAllah ga ada masalah dengan orang tua apalagi sampe nyumpahi :D
ReplyDeleteiya mba..
ReplyDeletesaya juga pernah baca tentang ibunya Syeikh Abdurrahman As Sudais..
mudah2an bisa jd teladan untuk semua ibu :)
kalo orang banjar lain lagi 'sumpah serapahnya' ibu ke anak...
ReplyDeletegini :
"aduuh anakku nang baiman bauntung...mudahan parajakian nak laah..."
artinya :
"aduh anakku yang beriman dan beruntung...banyak rejeki ya naaak..."
hehe...
aamiin...
*usap-usap peyut*
#eh
wah, pasti seneng bgt tuh..
ReplyDelete:) aku ucapin selamat deh utk yg mau jd ibu..
semoga bs menjadi ibu yg baik utk anak2nya..
berarti dalam marah pun kita harus selalu jaga omongan ya.. tfs mbak :)
ReplyDeleteSyeikh Abdurrahman as Sudais bukan dijaman nabi win, kan kita bisa dengar rekaman suaranya ^^, spy ga keliru, klo hidup dijaman nabi berarti beliau termasuk sahabat, pdhl bukan -eko-
ReplyDeleteOoo gitu ya ko. Wah salah aku, xixixi soale googling ceritanya, bilangnya jaman nabi #tepok jidat. Makasi udah diingetin ko :)
DeleteMasyaAlloh beneran jadi imam di Masjidil harom ya. Harus hati2 berucap emang ya emak2
ReplyDelete