Emosi Menjatuhkan Gengsi

Wednesday, January 25, 2012
“ Para penumpang pesawat Lion air dengan nomor penerbangan JT 204 tujuan Medan, dipersilahkan naik ke pesawat udara ”


Akhirnya, setelah delay yang melelahkan selama dua jam, yang katanya akibat alasan operasional, dan aku yakin kalau ditanya lebih lanjut kepada para petugas maskapai udara tersebut lebih jelasnya alasan operasional yang bagaimana, mereka pasti tak bisa menjawabnya, maka satu persatu penumpang menaiki tangga pesawat termasuk aku.

“Some people do travel for the vacation , the other for work”
Bagiku, bepergian adalah karena alasan kerja dan keluarga.

Dengan ramah, pramugari mempersilahkan kami menuju ke kursi masing-masing. Kuarahkan mataku ke deretan kursi yang akan kududuki.

Hufft, seperti yang sudah-sudah, selalu saja ada penumpang yang dengan seenaknya menduduki kursi yang tidak sesuai dengan tiketnya.

Setiap bepergian, aku selalu berusaha mendapatkan kursi di pinggir jendela. Bukan karena ingin menikmati gumpalan awan, tetapi karena perjalanan yang sangat membosankan, sehingga aku akan  membunuh waktu yang tak mungkin mati selama dua jam di udara dengan menonton film dari laptopku atau hanya sekedar menulis satu dua hal yang melintas di kepalaku. Untuk itu, rasanya tempat yang paling nyaman adalah di sebelah jendela, agar bisa tenang tanpa dilalui oleh penumpang lain yang lalu-lalang ingin ke kamar kecil.

Aku menghembuskan nafas dengan keras, berharap si bapak yang menduduki tempat dudukku menyadari kekeliruannya. Dengan tampang jutek kubuka bagasi diatas kepalaku, sembari menyimpan ransel hitam yang tidak akan muat kalau kuletakkan di bawah kaki kursi.

Tampaknya bapak tersebut tak bergeming. Tetap santai sambil memandangi ke arah luar jendela, mungkin memperhatikan para petugas bandara yang sibuk disana.
Tanpa basa basi segera kutegur ia

“ Ehm bapak, kursi saya di sebelah jendela, mungkin bapak salah duduk” kataku ketus
Aku malas beramah tamah lagi, sudah capek tadi menunggu dua jam, masih harus berhadapan dengan hal-hal yang gak penting kaya gini.

“ Eh apa iya” katanya terkejut

“ Ia, benar “ jawabku dingin

Kulihat ia mengeluarkan tiket dari saku celananya.

“ Ngga kok mba, benar ini nomor kursi saya “ Katanya

IIIh sebel banget deh, udah salah ga mau ngaku lagi, pikirku

“ Ngga bapak, saya yang seharusnya disitu” kataku ga mau kalah

“ Kursi mba nomor berapa’ tanyanya kepadaku

bikin tambah kesel saja nih bapak.

Dengan kasar kukeluarkan tiketku dan kutunjukkan kepadanya, ‘ Nih” sodorku

“  Eh…. Kursi mba no 03 A , ini 04 A mba”




Oh my God, malunya……..

Daihatsu Xenia....., Cara Aman Berkendara


Yang lagi nyari mobil
Yang bingung tentang kualitas mobil
Yang ingin selamat naik mobil

Tidak perlu bingung lagi, ga perlu iklan berlebihan untuk mempromosikan suatu produk berkualitas.
Masyarakat sekarang sudah pintar, tahu mana yang beneran mana yang hanya iklan. Jadi percuma saja, mempromosikan suatu produk dengan model-model papan atas dan efek-efek visual yang super canggih kalau belum terbukti.

Kata orang mobil buatan Eropa paling bagus, body nya kuat, interiornya mewah, desainnya elegan, teknologinya canggih.

Tapi tetap saja mobil buatan Jepang yang paling laris.
Harga beli terjangkau, harga jual mahal, spare part ada dimana-mana. ga perlu pusing mikirin perawatan.

Soal keselamatan???
Renault..... lewat
Mercedes.............lewat
BMW............lewat

Daihatsu Xenia juaranya

Walaupun menabrak pembatas jalan, jumpalitan di trotoar, menghancurkan sebuah halte, dan menewaskan sembilan nyawa serta melukai beberapa orang tak bersalah, penumpang di dalamnya sehat walafiat tanpa tergores sedikit pun. Bahkan tidak menimbulkan ekspresi shock di wajah-wajah itu.

Jadi?? masih bingung memilih mobil??

Satu Pagi di Tugu Monas


“ Mak, besok pagi kita jalan-jalan ke Monas ya, kan minggu lalu ga jadi”  setengah merengek Ayuni, bocah berusia enam tahun itu menarik-narik sarung emaknya.

“ Iya, besok pagi-pagi kita kesana, sambil olah raga, tapi janji ya kamu ga minta jajan macem-macem”

Dengan kegembiraan khas anak kecil Ayuni mengangguk keras. Kuncir rambutnya bergoyang ke kanan ke kiri, seperti ekor kuda berkibas-kibas.

“ Sekarang kamu cuci piring dulu, habis itu tidur ya, biar besok seger” kata emak sambil menyetrika pakaian yang telah dicucinya hari ini.

Tanpa menunggu perintah kedua, Ayuni langsung mengumpulkan piring-piring kotor bekas makan malam tadi. Dengan penuh semangat dicucinya piring-piring tersebut.

****

Pagi yang cerah di bawah Monas yang menjulang. Anak-anak riang berlari kesana sini. Para remaja asik berjalan santai. Ada pula yang sibuk berfoto mengabadikan tugu emas tersebut.

“ Mak, Ayuni pengen naik delman”

“ Hussh, jangan macem-macem kamu, kan tadi malam udah janji ga minta ini itu, emak ga bawa duit” kata emak gusar.

Sudah seminggu ini, Ayuni selalu merengek minta ke Monas, belum lagi permintaanya barusan. Naik delman di Monas lumayan mahal untuk kantong buruh cuci seperti Mak Surti.

“ Kita jalan-jalan  aja yuk, nanti Ayuni emak belikan kerak telor” hibur emak

Perlahan bibir Ayuni yang tadinya megerucut, kini merekah lagi

“ Asssiik, ayo mak, tapi ntar kalo emak udah punya duit, Ayuni boleh ya mak naik delman”

Mak Surti hanya tersenyum tipis mendengar permintaan putri semata wayangnya itu .Dalam hati ia bertekad untuk bekerja lebih keras lagi. “ Hmm, sebaiknya aku mengambil juga cucian anak-anak kos di sekitar rumah untuk menambah penghasilan” gumamnya sambil lalu.


****

“ Ayo kita pulang Ayuni, nanti emak kesiangan nyuci” kata emak sambil menggandeng tangan kecil Ayuni.

Sambil mengunyah kerak telor yang dibelikan emak, Ayuni menelusuri trotoar bersama pejalan kaki lain. Mulutnya tak berhenti mengunyah, sesekali terdengar ocehan riangnya.

“ Mak, ntar kalo kita jadi naik delman, Ayuni mau duduk di depan, trus Ayuni mau nyanyi lagu naik delman, hihihihi, tuk tik tak tik tuk tik tak suara kaki kuda “  mulut mungilnya asik berceloteh tanpa menghiraukan riak di mata emaknya.

“ Iya nak, kamu boleh duduk dimana saja” lirih suara Mak Surti menjawabnya



Tiba-tiba seperti dalam adegan film action, sebuah mobil hitam meluncur cepat ke arah mereka. Mak Surti ingin berteriak, namun belum sempat pita suaranya menghasilkan nada, tubuhnya terlempar beberapa meter ke jalan menghantam kerasnya aspal yang masih dingin. Terekam  jelas di retinanya, tubuh mungil Ayuni terseret di bawah kolong mobil tersebut. Air mata beriak di sudut matanya seiring dengan hembusan nafas penghantar keabadian.

Sayup-sayup lirih terdengar bait lagu

“ Pada hari minggu kuturut ayah ke kota
Naik delman istimewa kududuk di muka
Kududuk samping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Suara kaki kuda”


Aku Benci kamu Hari Ini

Thursday, January 19, 2012

Tak berkedip mataku memandang tubuh yang terbujur di hadapanku. Sudah semalaman aku mengawasi, menjaganya tanpa kenal lelah.

Fuad nama pemuda itu, sejak kemarin air raksa yang berada dalam thermometer pengukur suhu tubuhnya, belum menunjukkan tanda-tanda akan beringsut turun. Dengan sabar kubelai tubuhnya , kuhalau makhluk-makhluk kecil yang berterbangan dengan suara mendesing agar tak terusik lelap tidurnya. Dengan lirih kusenandungkan lagu-lagu yang akan semakin menina bobokan siapapun yang mendengar.

Tik tok tik tok, bunyi jam dinding di kamar Fuad, jarum mulai bergeser sedikit demi sedikit dari satu titik ke titik berikutnya. Beberapa menit lagi hampir mendekati sepertiga malam.

Fuad mulai gelisah dalam tidurnya, posisi tubuhnya sudah bergeser kesana kemari. Sebentar ke kanan, sebentar ke kiri.

Aku pun gelisah melihatnya , tugasku adalah untuk menjaga tidurnya, perlahan kutiupkan angin lembut agar ia tenang kembali. Syukurlah sepertinya ia berangsur tenggelam lagi ke dalam mimpi indah yang menyelimutinya.

Kuelus  ubun-ubunnya dengan hati-hati, konon katanya hal itu akan memberi efek menenangkan. Matanya yang tadi berkedut-kedut mulai diam, dengkur halus terdengar dari sela-sela nafasnya. Ah betapa damai melihat ia terlena seperti ini.

Jarum jam masih berdetak, bergeser ke menit berikutnya.

Kulihat Fuad mulai bergerak-gerak kembali. Tangannya bergeser ke arah perut, raut wajahnya seperti sedang menahan sesuatu, mungkin ia ingin buang air kecil pikirku. Tapi , kalau ia bangun, tidurnya pasti akan terganggu. Kubisikkan kata-kata lirih di telinganya, menyuruhnya menahan sebentar sampai pagi hari. Kubelai rambut hitamnya, berusaha menidurkannya kembali.

Tirititit tididtitit tididitit…… Tiba tiba terdengar suara alarm dari sebuah benda si atas meja. Dengan terburu-buru aku berusaha menghentikan suara-suara itu. Tapi, ah aku tak mengerti bagaimana caranya, aku belum familiar dengan benda yang namanya henpon ini, yang kutahu biasanya jam weker, kalau alarm HP aku belum menguasai seluk beluk fitur-fitur di dalamnya.

Dengan pasrah, kulihat Fuad mulai mengerjap-ngerjapkan matanya. Menggeliat ke kanan dan ke kiri. Menguap sebentar,” Hooooam, Astaghfirullah hampir terlewat” gumamnya. Terlepaslah tali halus yang tadi kulingkarkan di kepalanya. Dengan susah payah ia berjalan ke kamar mandi, membasuh wajahnya dengan wudhu, lalu kulihat ia membentangkan sajadah. Tubuhnya sangat lemah, aku berusaha membujuknya agar tidak memaksakan diri, tampaknya ia tak mau mendengarkanku. Ah sakit hati ini. Dengan sekuat tenaga didirikannya rakaat demi rakaat sholat lail.

Ughhh dasar keras kepala, pikirku. Dengan galak kupandangi HP yang punya andil membangunkannya. Dengan penuh dendam aku menatapnya. “ Aku benci kamu hari ini” kataku . Ah percuma saja, ia hanya benda mati.

Bukan dia yang harus kubenci, Kualihkan pandanganku ke Fuad, dengan muak aku menatapnya “ Aku benci kamu hari ini, Fuad” ,

Dengan geram akhirnya kutinggalkan kamar itu. Besok aku akan datang lagi.


*****

Disini….., semua sudah berkumpul, melaporkan tugasnya masing-masing. Aku tertunduk malu , dengan takut-takut kutatap wajah di hadapanku , “ Maaf, saya gagal, imannya terlalu kuat” laporku pada si raja iblis.








Ada Dia Dimatamu

Tuesday, January 17, 2012
Untuk kesekian kalinya, aku dan kamu mendatangi tempat ini. Warung kopi Aceh di antara ruko-ruko pasar Petisah kota Medan. Katamu, ini satu-satunya tempat yang tidak akan mungkin didatanginya. Pertama, karena daerah ini tidak termasuk dalam list tujuan belanjanya. Kedua, karena interior warung ini yang sangat jauh dari seleranya, dan ketiga karena ia tidak suka kopi.

Ah alasan, pikirku, bilang saja karena semua yang disajikan disini murah, titik. Tak perlulah kau berbasa basi begitu. Aku mengenalmu, bahkan lebih mengenalmu dibanding dia yang katanya sangat mencintaimu. Sifat hematmu yang hampir mendekati pelit kepadaku, sebenarnya sudah mencerminkan posisiku di hatimu. Tapi aku tidak peduli. Bisa menghabiskan waktu berdua denganmu di sela-sela rutinitas pekerjaan kita pun sudah merupakan kesenangan yang langka.

“ Maafkan aku Tyra” katamu

Kata itu berulangkali kau ucapkan padaku. Aku tidak butuh itu. Seharusnya aku yang mengatakannya. Bersaing dengannya secara terang-terangan sama saja bunuh diri. Dia yang parasnya seperti Dian Sastro KW 1 manalah mungkin bisa dibandingkan dengan diriku yang bahkan untuk melamar menjadi SPG pun susah. Belum lagi bodynya yang setara dengan Titi Kamal, ah lengkaplah sudah kekuranganku. Hidupmu seharusnya sudah sempurna bersamanya, kalau saja aku tidak sekonyong-konyong hadir diantaranya. Jadi, akulah yang seharusnya meminta maaf, karena membuatmu dalam posisi ini.

“ Aku capek menghadapinya, Ty, gaya hidupnya membuatku hampir kehabisan nafas” keluhmu

Seperti yang sudah-sudah, kau pasti akan mengeluarkan uneg-unegmu di tempat ini. Tentang kelakuannya yang tidak menghargaimu, tentang hobinya yang menguras isi dompetmu, sampai tentang sikapnya yang mulai memata-matai gerak-gerikmu.

“ Bersamamu, aku tenang Tyra “ lanjutmu

Ah persetan. AKu sudah muak dengan kata-katamu barusan. Kalau memang seperti itu, kenapa tidak kau tinggalkan saja dia, dan memilihku. Bukankah itu yang kau inginkan, monolog dalam batinku.

“ Tapi aku masih begitu mencintainya Ty, dia memang keras kepala, tapi terkadang dia begitu manja padaku. Aku suka senyumnya, aku suka gesture tubuhnya, bahkan aku suka cara dia memonyongkan bibirnya saat marah padaku. Dia cinta pertamaku “

Serrrr, seperti sembilu kata-katamu. Sejenak kau lambungkan aku, beberapa detik kemudian aku terhempas lagi. Dasar lelaki. 

Baiklah ini terakhir kalinya aku menemuimu, aku tidak mau menjadi pesakitan seperti ini setiap harinya. Aku lebih berharga dari itu. Tekadku sudah bulat untuk mengatakannya padamu. 

Kau genggam tanganku. Aku menikmatinya, untuk terakhir kali pikirku. Kita saling menatap dalam diam. Tiba-tiba kulihat bayangan seseorang disana. Ada dia di matamu.

Ya, ADA DIA DIMATAMU.

Cepat kubalikkan tubuhku. Darahku berdesir. Disana berdiri seorang perempuan dengan segunung kemarahan. 

Aristy, istrimu sekaligus kakak kandungku.

Mati kamu, celakalah aku….


Aku Maunya Kamu, TITIK

Sunday, January 15, 2012
-->

"Maaf bapak, saya sedang melayani nasabah lain, bapak silahkan ke counter di sebelah yang kosong....."

Pria itu tidak menjawab perkataanku. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, kulihat ia kembali ke kursi antrian

“ Nomor antrian 567, silahkan ke counter nomor 3”

Terdengar suara lembut nan merdu dari speaker yang mengumumkan nomor antrian. Tidak ada satupun nasabah yang maju. Counter nomor tiga saat ini digawangi oleh Rinda temanku.

Tiba-tiba kulihat pria tersebut maju dan langsung mendatangi counter no 2, tempatku berdiri sekarang. Seorang ibu sedang menunggu lembaran uang yang sedang kuhitung di mesin uang.

“ Ibu, ini uangnya sebanyak lima juta rupiah, silahkan dihitung ulang”, kataku sambil tersenyum ramah mengikuti aturan standar layanan yang telah ditetapkan perusahaan

Saya mau menabung” pria itu memotong pelayanan yang sedang kulakukan.

“Maaf bapak, saya sedang melayani nasabah lain, bapak silahkan ke counter di sebelah yang kosong.....

Aku maunya dilayani sama kamu saja” katanya keras kepala

“ baik bapak, silahkan mengantri dahulu, nanti nomor antrian bapak akan dipanggil “ jawabku sopan sambil tetap tersenyum manis

Aku ga mau dilayani sama yang lain. Aku maunya kamu, titik!! Ia mengotot

“ baik bapak, mohon menunggu sebentar, saya selesaikan dahulu transaksi ibu ini ya pak”

Adegan seperti diatas bukan baru hari ini saja kualami.Sudah beberapa hari ini ia tak pernah absen mendatangi bank tempatku bekerja. Apa yang dilakukannya seperti kebanyakan nasabah lain. Mengambil nomor antrian, mengisi slip pengambilan, mengantri sambil menunggu namanya dipanggil. Tapi ia tidak pernah mau dilayani oleh teller lain. Harus aku. Aku tidak tahu apa alasannya. Sebagai pegawai bank, aku tidak keberatan bahkan merasa senang berarti ada nasabah yang merasa nyaman dengan pelayananku, namun terkadang agak mengganggu karena pria itu sering memaksa harus aku yang melayani transaksi yang akan dilakukannya, padahal aku sedang melayani nasabah lain, dan counter di sebelahku dalam keadaaan kosong.

Aneh......

****

Rumah mewah tersebut terlihat kosong dan lengang. Aroma sepi membalut penghuni di dalamnya.Sudah lima tahun ini ia hanya seorang diri di tempat ini. Istri terkasih telah lebih dulu menemui penciptanya. Ia merasa hidupnya sudah tak ada arti lagi, sampai sebuah amplop coklat diterimanya beberapa hari lalu. 
 
Pria berumur hampir setengah abad itu termenung sambil memandangi foto seorang di dalamnya. Sambil menghela nafas, kembali di bacanya surat yang  diterimanya beserta foto tersebut.

Mas Bayu, mungkin umurku tak akan lama lagi. Kata dokter , Leukimia yang kuderita sudah tidak bisa disembuhkan. Ini foto anak kita. Maaf aku baru memberitahumu sekarang. Aku baru mengetahui kehadirannya beberapa hari setelah pernikahanku dengan Bima. Aku tidak ingin mati dengan membawa rahasia ini. Temuilah ia mas”

Dilipatnya kembali surat tersebut . Seperti yang sudah-sudah disimpannya ke dalam laci meja kerja. Kemudian ia mulai memisah-misah beberapa lembar uang seratus ribuan ke dalam beberapa amplop. Hanya itu yang bisa dilakukannya saat ini, menabung beberapa ratus ribu rupiah setiap hari, dan berbicara sepatah dua kata kepada putra yang baru diketahuinya. Itu saja cukup, pikirnya sambil tersenyum.

Arya Bimantara, nama yang tertulis di balik foto tersebut, teller bank Duta Niaga.



Dag Dig Dug

Friday, January 13, 2012


“Aku telat” 

Uhuk…., jus jeruk yang hampir singgah ke tenggorokanku, langsung berhamburan mengotori jas lab yang kupakai.

“Bagaimana ini ,papa pasti akan membunuhku“, ia mulai terisak

Aku terdiam. Tak bisa berkata apapun. Otakku pun blank sesaat.

Tidak mungkin. Aku, Wisnu Ardhana, calon dokter spesialis kandungan, tak mungkin salah perhitungan. Tak pernah kulanggar masa suburnya, bahkan aku hapal benar kapan tamu bulanan menyambanginya.

Kupandangi wajah pacarku yang bersimbah air mata. 

Dialah Arini. Mahasiswi kedokteran tingkat 3. Siapapun akan sependapat denganku, bahwa dewi Aprodhite telah bersemayam di raganya. Memandangnya seperti melihat karya seni tiada bercela. Matanya, bibirnya,senyumnya, bahkan mimiknya saat mengernyit mencium aroma mayat pun sungguh mempesona.

Beberapa bulan lalu ia adalah obsesiku, hmm koreksi. Ia adalah obsesi kami, para mahasiswa kedokteran di universitas ini. Perempuan dengan kecantikan dan kepintarannya, mampu membuat kami bertaruh harga diri demi mendapatkannya.

“ Siapa yang bisa memacarinya, dapat akomodasi dan transportasi liburan ke Hongkong selama seminggu gratis, dan siapa yang kalah harus rela memberi nafas buatan ke tubuh-tubuh kaku di ruang mayat, yaiks"

Taruhan yang sangat menggiurkan. Disamping hadiahnya juga sosok yang dipertaruhkan.

Jangan sebut namaku Wisnu Ardhana kalau tak mampu mendapatkannya. Wajah tampan, bodi atletis, otak encer serta mobil keluaran terbaru yang selalui menyertaiku adalah modal telak tak terbantahkan untuk memenangkan perempuan manapun.

Awalnya aku pikir, akan ada adegan seperti di film-film Korea yang sering ditonton adikku. Si perempuan dengan kasar akan menolak si pria, menghindarinya, meneriakinya bagai musuh bebuyutan sampai adegan akhir dimana si perempuan akan klepek-klepek tertancap panah asmara. Benci-benci tapi rindu.

Tapi itu tidak terjadi. Dengan sedikit saja kukerahkan pesona Casannova-ku, menjemputnya setiap hari, membawakan diktat-diktat kuliahnya, membantunya mengorek-ngorek mayat di lab anatomi sampai memberinya kejutan candle light dinner romantis di restoran super mewah . Sekali tepuk, plak…. Arini jatuh ke pelukanku. 

Aku Wisnu Ardhana, perempuan mana yang bisa menolak pesonaku. 

Ah, sebenarnya aku sedikit kecewa. Pertaruhan yang aku kira akan berjalan sengit. Ternyata tak menemukan hambatan apapun. Tiket ke Hongkong dan Arini, keduanya ada di tanganku.

Terkadang aku tak habis pikir, bagaimana seorang perempuan berpendidikan tinggi seperti Arini, bisa termakan rayuan murahan pria-pria seperti aku. Tidakkah mereka bisa pergunakan sedikit saja logikanya untuk mengendus nafsu binatang dibalik tatapan lembut dan belaian sayang yang kami tunjukkan.

Ah, Arini………. Ternyata kau tidak semengagumkan bayanganku. Kalau sudah begini, apa lagi yang membuatku harus mempertahankanmu?

*****

“ coba pakai ini, siapa tahu kamu telat karena stress menghadapi ujian” kataku sambil menyerahkan sekotak test pack padanya.

Sambil menyeka air matanya Arini menerima kotak yang kusodorkan.

Sudah hampir dua menit, Arini tidak keluar juga dari toilet itu.

Sejujurnya hatiku dag dig dug menunggu hasilnya. Bagaimanapun juga, aku belum siap menjadi seorang ayah.

Aborsi??? 
sebejat-bejatnya seorang Wisnu, aku tidak akan menjadi seorang pembunuh. 

Tapi mengingat Arini adalah putri tunggal Prabuwijaya, mafia kelas kakap di kota ini, tak urung nyaliku pun ciut membayangkan apa yang mungkin kuhadapi kalau sampai aku tak mau bertanggung jawab terhadap putrinya. 
Huft nasib…. Nasib, Arini sial, Arini bodoh.. umpatku dalam hati.

Wisnu….. sekonyong-konyong Arini sudah berdiri di hadapanku.

Dag dig dug…. Jantungku semakin berdegup kencang menunggu apa yang akan dikatakannya.




POSITIF

MAMPUS AKU…….







Halo, Siapa Namamu ?

Thursday, January 12, 2012


“Kapan nih undangannya”

Selalu pertanyaan yang sama. Di setiap pertemuan keluarga, undangan pernikahan, bahkan bertemu dengan teman yang sudah lama menghilang pun, tetap pertanyaan satu itu yang keluar mendahului pertanyaan mengenai kabarku. Sepertinya pertanyaan iru wajib sebagai pembuka obrolan, lalu disusul dengan tatapan prihatin saat dengan tergagap aku berlalu . Seolah-olah dunia akan lebih cepat kiamat kalau aku belum melangsungkan sebuah resepsi pernikahan.

Aku mulai jengah.  Bahkan di kota sebesar ini, masih saja ada segelintir orang yang memasang parameter hidupnya ke hidup orang lain. Apakah mereka pikir dengan pertanyaan itu, tiba-tiba akan hadir seorang pangeran tampan di hadapanku. Pasti bagi mereka, kebahagiaan hanya akan didapat jika  sudah menemukan pasangannya. Betapa relatifnya arti kebahagiaan.

“ Apalagi sih yang kamu tunggu Rin, karirmu sudah mapan, umur juga sudah cukup, ibu ingin segera menimang cucu nak” berkabut mata ibu saat mengucapkannya.
Ah ibu, ada yang berdenyut di dada ini saat mendengarnya. Bukannya aku tidak ingin membahagiakanmu. Aku pun ingin segera melabuhkan hatiku. Aku juga ingin bersandar pada seseorang saat aku terlalu letih dengan hiruk pikuk dunia ini. Tapi aku terlalu malu untuk mengatakannya.

*****
Karina Suwandi, Associate Vice President Bank Comercial Asia di Jakarta. Tak ada yang kurang pada dirinya. Sebutir lesung pipi menghiasi wajah orientalnya. Jilbab yang melindungi rambut hitamnya terlihat kontras dengan mata biji almond yang mengukuhkan darah Chinese yang mengalir di urat nadinya. Sudah beberapa kali ia menjalani taaruf, namun saat melihat fotonya, para ikhwan akan mundur teratur. China. Ah tak disangka atribut itu yang selalu menciptakan aral di hadapannya.

 “Perempuan itu tidak perlu terlalu sukses, laki-laki malah takut mau deketin., minder” 

Kutulikan telingaku terhadap ocehan-ocehan nyinyir yang keluar dari mulut-mulut berbisa di kantorku. Biarlah mereka mau bicara apa. mungkin aku sosok yang begitu penting, sampai dengan sukarela mereka memikirkan ke single anku di usia yang memang sudah tidak muda lagi.

******

Halo, siapa namamu?

Kembali kusapa dirimu dalam anganku

Duhai calon imamku
Telah kubentangkan sajadah cinta di atas sujudku
Telah kukosongkan ruang di dalam hatiku
Memberi tempat bagimu yang datang karena-Nya

Duhai pemilik tulang rusukku
Telah kurajut rindu detik demi detik di tiap tarikan nafasku
Telah kujaga harumku hanya untuk kupersembahkan padamu

Aku tahu, disana kau pasti sedang berjuang
Menyiapkan bekal untuk keluarga kecil kita kelak
Tak ada batasan waktu untukmu
Namun sudahlah, jangan terlalu keras pada dirimu
Aku tak butuh semua itu
Cukuplah niat sucimu
Yang akan menyempurnakan separuh dienku

Duhai kekasihku
Halalkan aku dengan akadmu
Jemput aku ke peraduanmu
Sudahi perjalananmu

Datanglah, aku telah siap menjadi makmummu

****

Di sudut kamar di ujung kota, seorang lelaki tengah bermunajat kepada ilahi, dua rakaat istikharah tengah ditunaikannya.

Ya Allah, jika memang ia baik untukku, mudahkanlah jalan ini dan berilah keberkahan

Dilipatnya sajadah tempatnya mencurahkan segala gundah. Kembali dicermatinya biodata seorang akhwat di tangannya. Dia kah orangnya ?  terselip rasa takut di hatinya. Akankah pemilik biodata ini menerimanya ?

Ia hanyalah seorang PNS golongan rendah, ditambah lagi usia yang terpaut tiga tahun lebih muda. Namun ada getar halus dan keyakinan di dadanya, saat mengeja nama yang tertera disana

Karina Suwandi





Tentang Kehilangan


“ Adek, laptop mas ga ada!!!’’ kudengar suamiku berteriak dari dalam kamar.
Buru-buru kutinggalkan masakanku di dapur dan bergegas menyusulnya ke kamar.
“ ga ada gimana mas”
“Lihat nih, laptop mas, diganti sama buku ini”, sambil menunjukkan isi tas ransel yang biasa digunakannya untuk menyimpan laptop.
****
Dialog diatas terjadi beberapa tahun yang lalu, tepatnya setelah aku dan suami kembali dari bulan madu.
Setelah dari bandara Polonia Medan, kami melanjutkan perjalanan ke rumah dinas suami yang berjarak 5 jam dari Medan dengan menggunakan kereta api malam. Bawaan kami sebenarnya tidak terlalu banyak, hanya sebuah tas ransel berisi laptop dan satu koper pakaian. 

Awalnya suamiku meletakkan ranselnya ditengah-tengah tempat duduk antara aku dan dia. Namun dasar aku nya yang sok romantis, tidak ingin ada yang memisahkan antara diriku dan dirinya, jadi dengan setengah merengek kuminta suamiku meletakkan tas ransel tersebut di bagasi atas kepala. “ Biar mas bisa peluk ade”, kataku manja.

Karena sudah lelah , maka sepanjang jalan kami hanya berbincang sebentar yang kemudian diikuti dengan dengkuran suamiku. Begitu pun aku, mulai terlelap karena pengaruh dinginnya AC dan goncangan kereta yang serasa mengayun-ayun menina bobokan.

Tidak ada yang aneh selama di perjalanan. Pagi harinya kami tiba di kota Kisaran. Tanpa curiga apa-apa suamiku mencangklong ranselnya serta membawa koper ke luar stasiun.

Setiba di rumah, karena sudah ditinggal selama seminggu, kami pun sibuk membersihkan dan merapihkan rumah.
.
Entah karena apa, dalam waktu empat hari setelah itu tidak ada keperluan atau niat untuk membuka laptop, sehingga ransel laptop tergeletak begitu saja di kamar tanpa tersentuh.H
ingga di hari kelima, suamiku perlu menggunakan laptop untuk rapat di kantornya. Barulah saat itu kami tahu ternyata si laptop sudah tidak berada di tempatnya. Yang paling mengesalkan adalah si pencuri dengan cerdiknya mengganti laptop dengan sebuah buku tebal dengan ukuran dan berat yang menyerupai laptop, sehingga tidak terbersit sedikit pun kecurigaan saat menenteng ransel itu beberapa hari lalu.
*****
Nyesek sekali rasanya kehilangan barang yang kita sayangi, apalagi barang tersebut sangat kita butuhkan. Ya, laptop bermerk Toshiba tersebut pada saat itu harganya lumayan mahal untuk kantong kami . Coba bayangkan, bagaimana mangkelnya, menerima kenyataan si laptop raib tanpa disadari. Rasanya bodoh sekali saat itu, bisa-bisanya benda tersebut disadari hilang setelah berhari-hari.

Dengan susah payah, aku berusaha mengingat-ingat kira-kira dimana dan kapan tepatnya si laptop hilang. Apakah di hotel? Di bandara? Atau di kereta?. Setelah merewind ingatan selama berkali-kali akhirnya aku mengingat bahwa ada dua orang lelaki mencurigakan yang duduknya berseberangan dengan kursi kami saat di kereta. Yang aneh adalah kedua lelaki tersebut turun bukan di tempat tujuan, dan kemungkinan besar mereka mengetahui isi ransel suamiku dari percakapan kami, karena pada saat di kereta, awalnya suamiku menolak mengikuti permintaanku untuk meletakkan ransel dia bagasi atas.

“ Disini aja tas nya ya dek, atau ade letakin di bawah kaki aja, soalnya ini kan isinya laptop, mas takut rusak kalo sempat terjatuh” kata suamiku

Ah, dasar aku yang keras kepala, tetap ngotot agar si laptop segera menyingkir ke atas bagasi. Jadi kalau ditilik dari sebab musababnya, sepertinya diriku yang bertanggung jawab terhadap hilangnya  benda yang dibutuhkan suamiku ini.
Benar-benar luar biasa yah si pencuri, sampai sempat-sempatnya memikirkan ganti yang bisa mengelabui.
 *****
Ada sebab dari setiap kejadian. Bahkan daun pun tidak begitu saja gugur dari tangkainya
.
Setelah direnungkan, ternyata memang benar. Suamiku seharusnya membayar zakat penghasilan sebelum berbulan madu bersamaku, namun karena kesibukan pernikahan dan ini itu, zakat tersebut pun terlupakan. Jumlahnya?? Sepersepuluh dari harga laptop tersebut.

Maka benarlah, kata nabi, jika kita berbuat kebaikan , maka akan diganti sebesar sepuluh kali lipat. Mungkin demikian juga sebaliknya.

Seperti cerita adikku beberapa waktu yang lalu, pada saat ia pulang kuliah ada seseorang yang meminta uang padanya dengan alasan kehabisan uang buat ongkos. Tanpa curiga adikku pun memberinya uang sebesar Rp 5.000,-. Siapa sangka setibanya di rumah, adikku mendapat uang Rp 50.000,- dari ibuku. Benar-benar seketika balasan kebaikan itu. Tidak tanggung-tanggung sepuluh kali lipat dari yang dikeluarkannya untuk menolong orang.

Aku mulai berfikir bahwa mungkin hilangnya laptop suamiku yang seharga sepuluh kali lipat zakat yang seharusnya dibayarkan adalah teguran dari Allah kepada kami. Betapa kewajiban kita yang merupakan hak bagi orang lain tidak boleh ditunda-tunda, karena ada banyak orang yang membutuhkannya.

Berkaca dari kejadian tersebut, kini aku dan suami berusaha untuk tidak menunda-nunda yang seharusnya kami lakukan. Halus sekali cara Allah menegur kelalaian kami.

Dari setiap musibah, pasti ada hikmah di baliknya

Kehilangan sesuatu memang menyakitkan. Namun sebelum kita menyalahkan orang atau menyalahkan pencuri yang mengambil kepunyaan kita tersebut ada baiknya kita diam sebentar, merenung, mungkin memang benda tersebut sudah berakhir jodohnya dengan kita. Mungkin juga asal muasal uang yang kita gunakan untuk membelinya masih tercampur dengan yang bukan hak kita.

Kehilangan mengajarkan kita arti bersyukur atas semua nikmat yang masih menjadi milik kita. Kehilangan mengajarkan kita lebih menghargai apa yang kita miliki saat ini. Kehilangan juga mengajarkan kepada kita, bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan semata, semua akan kembali kepada si pemilik abadi. Jadi tidak lah perlu kita mencintai sesuatu dan meletakkan hati kita kepadanya melebihi batas kewajaran. Dengan begitu pada saat nya ia diambil oleh yang maha memiliki, kita tidak terlalu larut dalam kesedihan.

*****
Sore itu, aku dan suamiku sibuk memilih-milih laptop baru di sebuah pameran computer di mall kota Medan. Alhamdulillah Allah masih memberi rezeki kepada kami, sehingga kami masih bisa mengganti laptop yang dulu hilang dengan yang baru. Belajar dari kejadian kemarin, kali ini kami tidak akan membeli laptop yang harganya mahal. Cukup lah yang biasa saja. Jadi kalau hilang lagi tidak terlalu sedih, hehehe.

 gambar dari sini




curcol siang bolong

Ada temen yang nanya.

"Banyak banget sih win info lombanya, emang kamu ngikutin semua lomba itu ya win??"

Hahaha ya ngga lah, emang gw punya waktu demikian longgarnya utuk buat tulisan seabrek-abrek gitu. Rata-rata membuat flash fiction bisa menghabiskan waktu satu sampai dua jam. Kerja aja dari jam 8 ampe jam 5, itu pun kalo teng go, kalo si bos lagi angot kerjanya, bisa-bisa abis maghrib baru nyampe kost. Setelah itu, makan, mandi , beres-beres, nelfon suami, uda aja jam sembilan malem. Baca beberapa lembar buku yang udah berapa minggu ga tamat-tamat atau baca majalah bobo yang biasanya edisi minggu pertama baru saya baca di minggu ke empat, habis deh waktu. Tinggal tidur kalo ga mau resiko terkena migren akibat tidur terlalu malam.

Bagi saya memberi info itu sendiri sudah merupakan kesenangan pribadi.

Siapa tau ada yang berminat, siapa tau ada yang suka nulis tapi ga punya infonya, siapa tau juga ada yang punya info tapi ga tau nyarinya dimana. dan siapa tau siapa tau yang lain.

Saya paling suka memberi tahu orang lain. Memberi tahu apaaaa aja. Kayak memberi tahu dimana mie ayam yang enak ( di perempatan depan indomart prend), dimana tempet pijet yang murah ( reflexy kakiku di depan pizza hut), sampe dimana bank yang paling banyak memberi keuntungan (itu tuh yg gedungnya ada di depan Semanggi , ngiklan lagi deh). 

Kadang sempet berfikir, sepertinya saya lebih cocok jagi guru. Jadi tiap hari bisa sok tau, ngasi info macem-macem sama muridnya.Dan ga ada yang protes kalo info yang saya kasi itu kadang ga penting banget lah ( kaya ngasi tau ke temen saya yang dokter kalo gaji pegawai BI berlipat-lipat dari gaji peg bank lain, halah)

makanya kalau ketemu orang yang pelit banget dengan apa yang ia tahu, rasanya pengen ngetuk kepalanya sambil ngomong, "haloooo  yang di dalem situ, ilmu tuh makin disebar makin bertambah tau, kalo disimpen sendiri, ntar kena kanker baru tau " . hehehe

hal-hal kecil yang kita perbuat, ternyata terkadang bisa bermanfaat bagi orang lain.

Kemaren ada yang nanya di FB saya, salah satu persyaratan lomba, " lebih disukai gaya penulisan ala Chicken Soup", trus ada yang koment sambil nanya. "Itu maksudnya apa ya mba???".

wah, sebenernya agak aneh juga sih , masih ada orang yang ga pernah baca buku Chicken Soup. Tapi ya gitu, karena hasrat ingin memberitahu yang begitu besar, saya akhrirya searching di google contoh cerita di Chicken Soup, dan memberi link nya pada temen yang nanya itu. Bermanfaat ga sih. Entah lah saya tidak peduli.

Saat ini saya hanya ingin melakukan apa yang saya ingin lakukan. Kalu bermanfaat buat orang lain, ya syukur, ga bermanfaat ya ga apa-apa lah.

Mengenai jadi guru??, saya sebenarnya memang pengen sekali menjadi guru. makanya kalau ada jadwal mengajar pekerja yang lagi On site di kantor pusat, atau ngajar pekerja yang baru direkrut, hmmm rasanya kaya diberi ekstasi, lagi lagi dan pengen lagi ngajar. Ketagihan.....

kalau ada yang berminat mencari gruru freelance, saya bersedia ya ...


==Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan 2012== hadiah total lebih dari Rp 1.000.000.000,00 untuk deadline 3 sept 2012

Monday, January 9, 2012


Dalam rangka menggali, mengembangkan, dan mendayagunakan potensi menulis di kalangan siswa, pendidik dan tenaga kependidikan, serta masyarakat umum. Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud menyelenggarakan Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan. Kegiatan sayembara ini diperuntukkan bagi para peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, serta masyarakat umum. Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaantahun 2012 ini memperebutkan hadiah total lebih dari Rp 1.000.000.000,00 untuk 57 pemenangdari 19 jenis naskah buku pengayaan.

Tema Penulisan
“Membangun manusia Indonesia yang berkarakter, berbudaya, dan kompetitif di era global”

Peserta Sayembara
Peserta sayembara adalah siswa SMA/MA/SMK/MAK, pendidik dan tenaga kependidikan, serta masyarakat umum. Pendidik meliputi guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik,pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.

a. Ketentuan Umum
1. Jenis naskah buku pengayaan pengetahuan alam dan matematika, dapat berupa pengetahuan alam fisik, hayati, flora, fauna; pengetahuan matematika; pengetahuan teknologi dan rekayasa; pengetahuan kebaharian, kedirgantaraan, dan kebumian.
2. Jenis naskah buku pengayaan pengetahuan sosial dan humaniora, dapat berupa pengetahuan sejarah dan kemasyarakatan; pengetahuan keagamaan; pengetahuan perekonomian dan manajemen; pengetahuan budaya, bahasa, seni dan sastra.
3. Jenis naskah buku pengayaan keterampilan vokasional yang meliputi:
  • Keterampilan membuat kriya;
  • Penerapan teknologi rekayasa sederhana;
  • Penerapan teknologi pengolahan;
  • Penerapan teknologi budidaya.
4.   Jenis naskah buku pengayaan kepribadian, dimaksudkan untuk mengembangkan karakter: (1) religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin; (5) kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai prestasi; (13) bersahabat/komunikatif; (14) cinta damai; (15) gemar membaca; (16) peduli lingkungan; (17) peduli sosial; (18) tanggung jawab yang dituangkan dalam:
  • Kumpulan pantun
  • Kumpulan puisi
  • Kumpulan cerita pendek
  • Novel
  • Drama
  • Biografi
Naskah buku Biografi, tentang:
  • seseorang yang berjasa dalam suatu bidang yang berguna bagi masyarakat;
  • seorang tokoh di daerah yang mendapat penghargaan dari pemerintah;
  • seseorang yang memiliki karakter yang dapat dijadikan contoh bagi bangsa;
  • seseorang yang memiliki keunggulan dan kelebihan yang berguna bagi masyarakat.
5. Naskah buku ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Naskah diberi identitas: (a) judul naskah; (b) jenis naskah; dan (c) peruntukan pembaca buku (misalnya untuk SD/MI; SMP/MTs; SMA/MA/SMK/MAK), (d) kelompok peserta.
6. Naskah dijilid rapi berupa cetak asli (bukan fotokopi atau dummy).
7. Naskah yang diterima Panitia tidak dikembalikan.

b. Ketentuan Peserta
  1. Peserta adalah perorangan.
  2. Peserta yang mengirimkan naskah harus melampirkan biodata.
  3. Peserta dari siswa SMA/MA/ SMK/MAK harus melampirkan surat pengantar dari sekolah dan fotokopi kartu pelajar.
  4. Peserta dari pendidik dan tenaga kependidikan harus melampirkan surat pengantar dari lembaga tempat bekerja dan fotokopi SK pendidik atau tenaga kependidikan.
  5. Peserta dari masyarakat umum harus melampirkan fotokopi KTP yang masih berlaku.
  6. Peserta yang pernah menjadi pemenang sebanyak tiga kali atau lebih sejak tahun 2001 tidak diperbolehkan mengikuti sayembara ini.

c. Ketentuan Naskah
  1. Naskah yang diajukan adalah: a. karya asli, b. tidak berseri, c. tidak sedang diikutsertakan pada sayembara lain, sebagian ataupun seluruhnya, d. belum pernah menjadi pemenang sebagian ataupun seluruhnya dalam sayembara mana pun, dan e.belum pernah diterbitkan sebagian ataupun seluruhnya.
  2. Persyaratan di atas harus dituangkan dalam surat pernyataan yang ditandatangani di atas meterai Rp 6.000,00 oleh penulis naskah.
  3. Naskah diketik dan dicetak pada kertas A4, spasi 1½, jenis huruf arial, times new roman, atau tahoma, ukuran huruf 12 pt, batas margin tepi kertas 3 cm.
  4. Jumlah halaman isi naskah yang ditulis oleh siswa minimal 50 halaman dan yang ditulis oleh pendidik, tenaga kependidikan, dan umum minimal 75 halaman.
  5. Penggunaan ilustrasi harus proporsional dan terintegrasi dengan teks, mendukung materi/isi teks serta mencantumkan sumber secara jelas.
  6. Naskah buku pengayaan tidak dilengkapi dengan ungkapan tujuan mempelajari/membaca dan tidak dilengkapi latihan, soal, tes, lembar kerja, atau jenisevaluasi lainnya.
  7. Naskah buku pengayaan tidak bertentangan dengan idiologi negara, ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku, tidak bias gender, serta tidak menimbulkan masalah SARA.
  8. Naskah buku pengayaan pengetahuan dan keterampilan harus menggunakan daftar pustaka atas rujukan yang dikutip.
  9. Naskah yang dinyatakan sebagai pemenang sayembara, jika ditemukan dan terbukti sebagian atau seluruhnya merupakan jiplakan/plagiasi, segala tanggung jawab hokum yang berkaitan dengan pelanggaran Hak Cipta berada pada penulis naskah. Pusat Kurikulum dan Perbukuan akan membatalkan kemenangannya dan hadiah yang diterima harus dikembalikan kepada negara.
  10. Jika suatu naskah buku pengayaan dinyatakan memenangi sayembara, penulis berhak atas penghargaan sayembara tersebut, sedangkan hak cipta (baik hak ekonomi maupun hak moral atas naskah) tetap berada pada penulis sehingga penulis berhak menerbitkannya kepada penerbit yang dipilih.
  11. Pemegang hak cipta (hak ekonomi) naskah pemenang sayembara adalah Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan hak moral berada pada penulis.
  12. Setiap peserta hanya boleh mengirimkan satu judul naskah sayembara.
  13. Hasil keputusan Dewan Juri Sayembara tidak dapat diganggu gugat.

d. Hadiah Sayembara
Untuk menghargai kualitas naskah yang memenangi sayembara, Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud menyediakan hadiah uang sebagai berikut:

Kelompok Pelajar:
Juara I = Rp. 15,000,000
Juara II = Rp. 10,000,000
Juara III = Rp 7,500,000

Kelompok Pendidik, Tenaga Kependidikan, dan Masyarakat Umum
Juara I = Rp 25,000,000
Juara II = Rp 20,000,000
Juara III= Rp 15,000,000

e. Pengiriman Naskah
Naskah diterima paling lambat tanggal 3 September 2012 dan dialamatkan kepada :
Panitia Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan Tahun 2012
Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jl. Gunung Sahari Raya No. 4 Jakarta Pusat

f. Pengumuman Pemenang
1. Pengumuman dan pemberian hadiah kepada para pemenang akan dilaksanakan padabulan November 2012.
2. Calon pemenang sayembara akan diundang ke Jakarta untuk mengikuti wawancara dengan Dewan Juri dan menghadiri pengumuman pemenang bagi calon yang dinyatakan sebagai pemenang. Jika calon pemenang tidak dapat mengikuti wawancara, maka yang bersangkutan dianggap mengundurkan diri.

Informasi lebih lanjut tentang sayembara dapat menghubungi Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan website : http://puskurbuk.net , telp.: 021 3804248 , e-mail:sayembara_puskurbuk@yahoo.com facebook: sayembarapuskurbuk

Custom Post Signature