Prasangka

Sunday, August 26, 2012

Suatu saat saya mengantar suami ke bandara. Walaupun tidak memiliki tiket saya bisa mengantar suami sampai ke dalam gate ( you must learn everything about airport to me friends).  Saat itu HP saya mati total, saya pun mencari-cari tempat colokan untuk men-charge. Di ruang tunggu semua colokan sudah penuh. Karena masih ada waktu kira-kira empat puluh lima menit sebelum boarding, saya dan suami menjambangi kedai kopi di pojokan dekat tangga di terminal 1 B dengan terlebih dahulu menanyakan apa saya bisa mencharge hp saya disitu. Bisa, yes.

Tempatnya sumpeh, ga asik banget. Ga ada cozy-cozy nya lah. Pelayannya uugh apalagi, wajahnya jutek ketat. Sedikit pun tidak ada tersungging senyuman di bibirnya. Pelayan yang berjumlah dua orang itu seperti pasangan lesbian yang sedang bertengkar. Manyun, ga enak banget lah ngeliatnya. Bahkan mereka sama sekali tidak menanyakan kami mau pesan apa. Saya yang tadinya kepengen makan, langsung ilfil,males lah. Namun demi si HP akhirnya suami mesen secangkir cappuccino, saya cukup dengan teh botol.

Sambil menghabiskan minuman ( saya ga mau pakai kata menikmati), saya pun berbisik-bisik ke suami. Ngedumel, bilang betapa si pelayan tidak tahu yang namanya service excellent. Gimana mau laku tuh dagangannya kalau pembelinya disenyumin aja ga. Ditanya mau makan apa aja ngga.

Tak lama ,masuklah dua orang pria. Dan hey, benar-benar sama sekali ga dilayani. Akhirnya kedua pria tersebut ga jadi duduk dan langsung keluar lagi. Nah lo,parah banget kan.

Saya terus nggerundel. Suami saya diam saja mendengarkan gerutuan saya. Sesekali dia menimpali “ Udahla de, pusing amat sih mikirin orang”

Iiih ga asik bener la suamiku ini. Bosan ngomongin si pelayan, saya pun mulai mengomeli suami yang ga mau urun rembuk menimpali kesebalan saya.

Mungkin karena gak mau saya menambah dosa lebih banyak lagi, suami segera membayar minuman dan mengajak saya pergi. Kami pun bergegas meninggalkan kedai kopi itu. Sampai di pintu, tiba-tiba si mba jutek memanggil saya.

“ Mba hapenya ketinggalan nih”.

Oalah gara-gara sibuk menggosipin si mba, saya sampai lupa.

Suami  langsung ngakak ngeliat muka saya. Setelah keluar dari situ, suami menasehati saya. “ Tuh kan de, ga baik berprasangka buruk sama orang. Walaupun jutek ternyata dia baik kan. Mungkin aja dia lagi ada masalah, makanya ga senyum. Namanya kerja cuma berdua pasti capek”

Saya diam saja mendengar ceramah suami. Dalam hati saya nyesel tadi udah ngomongin si mba. Padahal ternyata hatinya baik prend. Belum tentu juga pelayan yang ramah mau seperti itu.

Saya jadi inget, dulu saya pun suka mood-moodan melayani nasabah. Seringkali suasana hati yang tidak baik saya bawa ke tempat kerja. Akibatnya kalau ada nasabah yang banyak nanya, saya langsung judes. Wah ternyata amuba di seberang laut nampak, padahal ada paus ngejogrok di depan mata bisa ga keliatan.

Pesan moral :
Pastikan baterai hp full kalau bepergian

Ngomong-ngomong soal prasangka, Saya jadi inget tentang prasangka-prasangka buruk saya yang lain..
Saya  ingin mengutip beberapa status teman, baik di Fb maupun di twitter.

Status : Oh EM Jii, ada sale di Centro, asik abis gajian, waktunya shopping
Koment : Sombong, paling juga tiga hari dah bokek

Status : Ya Allah, kuatkanlah hambamu ini menjalani hari-hari yang semakin berat
Koment : Cih, berdoa aja pake nulis di status

Status : Alhamdulillah akhirnya ketemu yang dingin-dingin setelah seharian menahan dahaga
Koment : Oooh puasa ya. Gue jg puasa tapi ga woro-woro

Status : @ executive Lounge , Terminal 1F Soetta
Koment  1: Beugh dibayari kantor bangga.

Lihatlah komentar-komentar bernada negative di atas. Saya yakin tidak ada teman-teman yang seperti itu. Jelaslah, sebenarnya yang koment itu ya saya sendiri hehehehe. Nah tanpa sadar ternyata di setiap detik ada peluang untuk mengisi pikiran dengan prasangka-prasangka gak penting tentang seseorang.

Padahal bisa jadi yang nulis status aja ga peduli sama yang ditulisnya, Cuma pengen eksis aja ga maksud apa-apa. Kita ( maksudnya saya) yang membaca kok malah sewot. Padahal lagi sejatinya social media itu jangan dibawa serius seperti kata seorang teman saya kemarin. Media yang konsepnya buat hiburan kok malah mengotori pikiran. Itu namanya kebodohan yang sangat bodoh.

Banyak yang tidak kita tahu, tapi sangat banyak yang kita duga. Kita asyik dengan dunia prasangka yang kita ciptakan sendiri. Bukankah memang lebih asyik menduga-duga. Karena dunia duga tidak butuh ilmu, cuma butuh otak kotor plus mulut bawel kaya saya.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa  dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu menggunjing sebagian yang lain. ( Qs. Al Hujarat: 12).

Saya jadi ingat dengan cerita teman saya.
Di bandara , ada seorang ibu sedang menunggu boarding. Sambil menunggu ia membeli sebungkus biskuit untuk camilan. setelah membeli biskuit tersebut, ia duduk di sebuah kursi. Di sampingnya duduk seorang pemuda yang sedang membaca majalah. Si ibu pun mengeluarkan buku dari tas tangannya.Sambil membaca si ibu mengambil biskuit yang terletak di samping kanannya. Ketika si ibu mengambil sepotong biskuit, pemuda di sampingnya pun mengambil sepotong juga.Si ibu merasa terganggu dengan perbuatan pemuda tersebut , tapi ia diam saja, dalam hati ia bergumam" huh tidak sopan sekali".  Setiap si ibu mengambil sepotong biskuit, si pemuda pun mengambil sepotong juga sambil tersenyum kepada si ibu. Perbuatan si pemuda membuat geram si ibu, tapi ia tidak berkata apa-apa, ia hanya menyimpan kedongkolannya di dalam hati.  

Ketika biskuit tersisa satu potong lagi, si ibu bergumam dalam hati' " coba saya mau lihat apa yang akan dilakukannya". Kemudian si pemuda membelah biskuit tersebut. Ia mengambil  separuh dan mempersilahkan si ibu menikmati yang sepauh lagi. BENAR-BENAR KETERLALUAN

Kini kekesalan si ibu sudah memuncak, segera ia mengemasi barang-barangnya dan pindah ke kursi lain. Kebetulan panggilan untuk boarding sudah terdengar. Di dalam pesawat ia membuka tas tangannya untuk memasukkan buku yang tadi dibacanya. Betapa terkejutnya ia, ternyata biskuit miliknya ada di dalam tas , masih utuh.

Kini ia benar-benar menyesal dan merasa malu. Pemuda tadi membagi biskuitnya tanpa merasa marah, terganggu ataupun rugi,sementara si ibu merasakan yang sebaliknya.

Setelah saya pikir-pikir, ternyata secara logis berprasangka buruk terhadap orang lain itu memang benar-benar sangat merugikan. Kita ingat dulu zaman SD di pelajaran IPA ada bab yang mempelajari tentang azas black, dimana bunyinya  ” Kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diterima”.

Nah saat kita melepas energy negative kepada orang lain dalam hal ini pikiran negative tentangnya, maka secara tidak langsung kita sedang menarik hal-hal buruk darinya. Jadilah yang kita terima pun hal buruk.

Sebaliknya saat kita melepas energy positif ke lingkungan kita,maka energy tersebut akan kembali ke kita dalam bentuk yang positif pula. Hukum tarik menarik berlaku disini. Jadi jika kita dikelilingi orang yang buruk akhlaknya, jangan buru-buru menyalahkan orang lain. Introspeksi diri, jangan-jangan kita juga bagian dari mereka.

Saya punya cerita tentang keuntungan berprasangka baik kepada orang lain. Sedikit melenceng dari yang saya tulis diatas.

Seekor keledai terperosok ke dalam sumur kering yang dalam. Orang-orang berkerumun di mulut sumur tersebut. Melihat keadaan si keledai dan kedalaman sumur, bisa dipastikan tidak ada harapan si keledai bisa selamat. Maka orang-orang tersebut mulai mencangkul tanah dan melemparkannya ke dalam sumur, dengan maksud mengubur keledai itu. Melihat orang-orang diatasnya melempar tanah sambil berteriak-teriak, si keledai bangkit. Dengan semangat ia berdiri dan menginjak-ingjak tanah yang dilemparkan padanya. Orang-orang diatas sumur terus berteriak mengatakan agar si keledai berhenti bergerak dan menerima takdirnya. Beruntung si keledai ternyata tuli sehingga teriakan orang-orang tersebut disangka si keledai sebagai teriakan penyemangat untuknya . Dengan menginjak tanah yang dilempar, akhirnya si keledai bisa keluar dari sumur tersebut.

Lihatlah, ternyata prasangka baik, bisa menyelamatkan nyawa si keledai.

 “ Don’t judge a person from the face, kayaknya bener deh, ditambah satu lagi don’t judge a person from the status.

Ya Allah ampuni lah hambamu ini yang seenak udelnya menilai orang.

Ayo tinggalkan prasangka buruk. Positif thinking is a must. Seperti Firman Allah SWT

“ Aku ini seperti prasangkaan hambaku”

10 comments on "Prasangka"
  1. duh, tersindir baca postingan ini.. thx udah ngingetin ya win :D

    ReplyDelete
  2. hihihi... kadang sy juga masih suka gitu mbak... makanya jd senyum2 baca postingan ini.. tp berusaha utk ngurangin sih :D

    ReplyDelete
  3. hehe...saya suka tulisannya mbak. ;)

    ReplyDelete
  4. iyo mbk...bener banget..
    kita harus selau positif thinking,apalagi terhadap Allah..walaupun apa yang Allah berikan itu nampaknya buruk,tapi yakinlah bahwa pemberian Allah itu yang terbaik bagi kita ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. setujuuu, Allah maha tahu yang terbaik untuk kita

      Delete
  5. Bagus Mba Wind...
    :)
    Manusia memang sering terperangkap dalam dunia dan dinding prasangka yang kita sendiri buat..

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature