Ayam Goreng Kenangan

Thursday, July 19, 2012




Kalau ditanya, kenangan apa yang paling berkesan yang pernah saya alami sewaktu kecil ?. Sepertinya perlu beribu-ribu kata dan berlembar-lembar folio untuk menceritakannya. Karena semua hal yang terjadi pada saat saya masih imut-imut, begitu berkesan. Pengalaman jatuh dari pohon jambu dan sukses mendarat di comberan yang menyambut saya dengan pecahaan beling yang berserak ( paha saya robek, dan harus dijahit 6 jahitan, syukur dokernya canggih bekasnya bisa ilang sama sekali ), Pernah juga dikejar-kejar tawon karena ngga sengaja jatuhin sarangnya. Atau pengalaman terpaksa merasakan kepala saya dijahit karena main lempar-lemparan batu bata sama teman ( iseng aja, soalnya bola kastinya ilang jadi diganti batu ).Wah banyak deh, sampai-sampai saya punya cinderamata berupa bekas jahitan disana sini saat kecil.

Namun dari semua kejadian lucu, ngenes, plus malu-maluin itu ada satu peristiwa yang sampai sekarang masih erat melekat di ingatan. Bahkan setiap menceritakan kembali kejadian itu bersama adik-adik saya, kami akan tertawa sekaligus menangis haru.

Waktu itu sekitar tahun sembilan puluhan, saya masih duduk di kelas tiga atau empat sekolah dasar. Karena ayah saya bekerja di perkebunan sawit, maka kami pun harus bermukim di belantara sawit Sumatera Utara. Tidak terlalu pelosok sih, hanya berjarak kira-kira dua jam perjalanan dari kota Medan. Namanya perkebunan, maka ngga banyak hiburan yang ada di komplek perumahan karyawan. Satu-satunya hiburan yang ada ya televisi.  Kadang-kadang, sebulan sekali perusahaan menyediakan hiburan berupa layar tancep di lapangan terbuka.  Acara televise favorit saya saat itu adalah kartun si hantu botak Casper. Setiap pagi, saya pasti udah nongkrong di depan tivi, padahal jadwal tayangnya itu persis mendekati jam masuk sekolah. Jadi biasanya saya harus lari-lari ke sekolah, biar bisa tetep nonton tapi ngga telat masuk kelas. Sesekali iklan menyelingi aksi si botak ( dulu iklan belum terlalu banyak).

Pada saat itulah, saya melihatnya. Iklan seorang anak kecil sedang melahap ayam goreng berbalut tepung krispy yang sangat menggoda. Melihat cara si anak menjilati sela-sela jarinya agar tidak meninggalkan remah-remah paha ayam tersebut, semakin memastikan betapa lezatnya ayam goreng buatan Kolonel Sanders tersebut.

Setiap kali iklan itu muncul di televisi, saya hanya bisa menelan ludah. Saya selalu membayangkan kelezatannya. Namun  saya juga berpikir, pastilah harganya mahal, dan pastilah hanya dijual di restoran-restoran mewah. Mengingat tempat tinggal kami yang bahkan radius 20 km ke Utara, Selatan,Timur dan Barat tidak ada pertokoan besar apalagi Mall, pupuslah harapan  saya untuk bisa merasakan sensasi kriuk si ayam kakek.

Saya termasuk anak kecil yang ngotot, kalau punya keinginan sebisa mungkin berusaha mewujudkannya. Demi mewujudkan keinginan mencicipi si ayam goreng bertepung itu, saya pun merengek meminta ibu memasakkannya. ( saya manggil ibu saya dengan sebutan mamak )

“ Mak bisa buat ayam goreng yang kayak di iklan TV itu ngga ”  tanya saya polos

Ibu saya mengernyit, bingung mendengar pertanyaan saya yang tidak biasa-biasanya.

 “Maksud kamu?” sepertinya Ibu ngga ngerti arah pertanyaan saya.

 “ Itu lho mak, ayam goreng yang ada gambar kakek-kakeknya”

Saya lihat ibu tertawa geli. Sekarang ia sudah tahu maksud saya.

“ Besok , mamak bilang ke papa ya supaya memotong ayam kita, biar mamak bisa masak ayam goreng kriuk”

“Horeee” saya bersorak riang.

“ Jangan lupa aku yang paha mak” kata saya mengingatkan.

Terbayang sudah adegan yang akan saya lakoni. Menyantap paha ayam goreng seperti yang ada di iklan. Saya udah niat nanti bakal jilatin jari-jari saya sampai licin cin.

Namun ternyata, sehebat-hebatnya masakan ibu, penampilan ayam goreng made in ibu tidak semenggairahkan seperti yang ada di televisi. Tepungnya kurang tebal, dan saat digigit tidak ada bunyi kriuk renyah seperti di adegan yang biasa saya lihat. Wah kecewa saya. Dan sepertinya ibu melihat kekecewaan di wajah gadis kecilnya.

****

Beberapa minggu setelahnya, di Minggu pagi yang hangat ibu membangunkan kami, saya, abang, dan kedua adik saya untuk segera mandi.

“ Ayo,ayo, cepat mandi, kita akan jalan-jalan hari ini” kata ibu menyemangati kami.

Tanpa diperintah dua kali, kami pun bergegas merapikan diri.

Hari itu, ayah saya ada tugas ke kantor Direksi di Medan. Berhubung lagi libur, ayah mengajak kami serta. Duh senangnya, jalan-jalan ke kota setelah sehari-hari pemandangan yang kami lihat hanya sawit dan karet. Sebelum pergi saya melihat ibu membungkus nasi hangat ke dalam beberapa plastik putih. Tak lupa diisinya botol air mineral yang telah kosong. Untuk bekal mungkin.

Setibanya di Medan, ayah langsung berpisah dengan kami. Ibu membawa kami ke sebuah mall yang baru beberapa minggu buka di kota Medan. Namanya Medan Mall. Waaah, saya masih inget bagaimana gembiranya. Bahkan saya masih ingat aroma AC nya, toko-toko boneka yang berderet-deret, serta ada supermarket besar yang menjual segalanya. Saya seperti anak udik masuk kota.

Ibu mengajak kami menaiki escalator, saya menyebutnya “ tangga jalan”.  Sambil naik, mata saya sibuk jelalatan kesana kemari.

Di lantai tiga, tiba-tiba saya membeku, mulut melongo, dan saya terpana melihatnya…….
Gambar si kakek dan ayam gorengnya…..hwaaaa.

Ibu sampai tertawa melihat saya. “ Windi mau makan disitu” Tanya ibu

Tanpa menjawab, saya mengangguk keras-keras.

Tanpa membuang waktu, kami pun masuk ke restoran cepat saji itu. Ibu menyuruh kami menunggu di meja sudut ruangan. Tak lama ibu datang bersama empat potong ayam berwarna coklat keemasan. Hmmm mencium aromanya saja, air liur sudah terbit.

Tapi kok ga ada nasinya? Minumnya juga ga ada?

Saya lihat ibu merogoh sesuatu di dalam tas besarnya. Sambil celingukan ibu mengeluarkan beberapa bungkus nasi yang tadi pagi di bungkusnya. Tak lupa dikeluarkannya pula air mineral yang telah dibawanya.
Tanpa banyak tanya, kami segera melahap ayam goreng impian itu. Bersih ludes tanpa sisa. Saat itu saya mikir, kok saosnya bisa enak banget yah. Tak lupa saya pun melakukan adegan yang telah saya rencanakan, yaitu menjilati sela-sela jari seperti di iklan tivi.

****

Dulu sih saya ngga menyadarinya. Tapi setelah gede, saya baru tahu, betapa besarnya keinginan ibu saya membahagiakan kami, anak-anaknya. Termasuk mewujudkan keinginan-keinginan yang tampaknya sederhana namun mungkin berat bagi keluarga kami. Saat itu uang belanja yang diberikan ayah sepertinya tidak cukup jika harus disisihkan untuk makan ayam goreng di restoran si kakek.  Mungkin bagi ibu saya, yang penting makan ayamnya, nasi dan minuman bisa dibawa dari rumah.

Sejak saat itu saya ngga pernah lagi ngiler melihat iklan di TV . Dan yang paling membanggakan saya bisa cerita ke teman-teman di sekitar rumah, “ Ternyata ayam goreng kakek kriuk itu eeenaaaak bangget” kata saya pamer sambil tak lupa menceritakan detil kelezatannya. Dasar anak-anak.

Sekarang, kalau lagi ngumpul-ngumpul di rumah orangtua, saya dan adik saya sering ngingat-ngingat masa kecil. Kalau pas ke bagian cerita ini, pasti langsung mewek. Soalnya kalau dipikir-pikir, betapa urat malu seorang ibu bisa putus demi anak-anaknya. Bayangkan adegan tersebut terjadi saat ini, apa kira-kira yang akan kita pikirkan kalau melihat satu keluarga makan di restoran fastfood, tapi nasi dan minumnya bawa dari rumah?.

Kalau kalian melihatnya, plis ngga usah komentar. Ingat saja cerita saya ini. Mungkin seperti itu juga kejadiannya.






Gambar dari sini

11 comments on "Ayam Goreng Kenangan"
  1. Wah, mbak windi, panggilan untuk ortunya sama kayak saya manggil ortu; Papa dan Mamak. Gitu deh, orang Medan sama orang Aceh tuh banyak persamaan, hehee..

    Ikutan juga aaaahh.. Ngiler sama buku Chao Phraya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaaha, iya ya, mirip. Agak aneh, panggilan yg ngga matching sm sekali :))

      Delete
  2. hhahaha..hayuk makan lah=gi di KFC bareng saya, huehuehue

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hayuuuuk. Padahal sekarang ogah bgt makan disitu xixixi, sombooong

      Delete
  3. Masa kecilnya sama dgnku yah, mupeng berat liat ayam goreng KFC :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahha, mba leyla kan di kota besar, kok mupeng mba. AKu tinggal di hutan mba, jadi wajar aja mupeng lihat ayam kriuk2 gitu :)

      Delete
  4. waw... Masa kecilnya keren bgt...
    hem...ibu...benar jg ya... Mksh ^^

    mmg ga seharusx qt menilai org tnpa tau apapun ttg org itu. :)

    ReplyDelete
  5. aahahahahaaa, lucu tapi mengharukan... :') salam buat mamakmu yaaa...btw, aku kelahiran medan lho... :)
    makasih ya udah ikutan #GABlogEmakGaoel
    kamu dapat nomor urut 7, tunggu pngumumannya tanggal 4 agustus ya... :)

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature