Bip, bip., lagi asik bekerja, sebuah pesan BBM masuk ke ponsel saya, dari seorang teman bernama Eka, dan terjadilah perbincangan berikut :
Eka: “ Win, boleh nanya ga”
Saya: “ Alah elo, pake minta
ijin segala”
Saya: “ Kayaknya sekitar 8
jutaan deh, ciee mau beli ipad ni ye, mahal tauk mending galaxy tab aja, lebih
murah, dan lebih user friendly”
Eka: “ Ngga ah, aku mau yang
ada gambar apel kegigit itu, sekalian kan memorynya gede jadi bisa buat ngegame
anakku."
Saya; “ What???, ipad buat
nge-game?, gile tajir amat lo, kalo gw itu mah buat telenan”
****
Sebenarnya bukan sekali ini
saja saya mendengar teman-teman kantor membelikan ipad, iphone, laptop untuk
mainan anaknya di rumah. Bahkan ada temen saya, sewaktu kehilangan laptop ,
yang dikhawatirkan bukan file atau dokumen pekerjaan di dalamnya, tetapi file
game anaknya. Lucu juga yah.
Bahkan games pun mengalami
metamorphosis. Beberapa tahun lalu masih angot-angotnya nge-games pakai Spica,
kemudian naik jadi Nintendo dengan permainan legendarisnya Mario Bross. Trus Timezone mewabah , Setiap hari libur ke mall, anak-anak tidak pernah absen
main Timezone, bahkan saya yang dulu sudah kuliah saja seneng banget main di
Timezone, balap mobil itu permainan favorit saya.
Semakin sibuk orangtua, sudah
tidak sempat lagi main ke Timezone, Playstation menjamur. Mulai dari PS 1, PS 2
sampai PS 3. Semakin tinggi serinya semakin canggih dan tentu saja semakin
mahal. Suami saya yang sudah kepala tiga
saja suka banget main Play station ini. Karena kami cuma berdua di rumah.
Terkadang saya dipaksanya ikut main games Winning Eleven. Ya
memang, mana enak main PS sendirian, apalagi main bola.
Huh, saya sering berfikir,
sekarang ini mau main aja kok mahal amat sih ya. Salah seorang teman saya yang
terlanjur berjanji ke anak-anaknya untuk bermain ke Dufan setelah selesai ujian
sekolah mengeluh “ Gilaaa, gue ke Dufan, bareng anak gue dua orang, ayahnya
plus pembantu habis satu juta dua ratus, bikin nyesek aja “.
Kasihan sekali ya orang
jaman sekarang, terutama anak-anak di kota. Mau ke pantai bayar, lihat ikan
bayar, lihat monyet bayar, main mobil-mobilan bayar, main bola bayar juga,.
Tidak seperti jaman saya kecil dulu.
Ah apa kabar ya dengan
permainan tradisional masa kecil kita dulu. Ayok ah, saya ajak bernostalgia
kembali, syukur-syukur ada orangtua yang membaca dan mau memperkenalkan
permainan-permainan ini ke anak-anaknya.
1.
Karet Merdeka
Ini permainan khusus anak perempuan.
Saya biasa main ini saat istirahat sekolah. Alatnya sederhana banget. Hanya
karet gelang yang dipilin sampai panjang tertentu. Pemainnya minimal dua orang, semakin banyak
semakin seru. Kalau yang main dua orang, maka ujung karet yang satu diikat ke
sebuah tiang, pohon juga bisa.
Cara mainnya, sederhana banget, hanya
melompati karet denga ketinggian tertentu. Jika pemain berhasil melompati karet
tersebut maka ia akan terus main sampai kelelahan. Tapi kalau gagal, ia akan
menngantikan si pemegang karet hingga ada pemain lain yang gagal dan
menggantikannya
Ada beberapa ketinggian karet yang
harus dilompati. Pertama setinggi lutut, kemudian pinggang. Sampai disini karet
tidak boleh kesenggol anggota badan. Kalau kesenggol berarti dia menggantikan
posisi pemegang karet. Lalu dilanjutkan dengan posisi ketiak, bahu. Di posisi
ini pemain boleh menganai karet tetapi tetap harus melompat di atasnya tidak
boleh terjerat. Dilanjutkan dengan posisi di telinga, kepala, satu jengkal
diatas kepala, dua jengkal di atas kepala, hingga posisi merdeka yaitu posisi
tangan diacungkan setinggi-tingginya seperti gerakan mengucapkan kata ‘
Merdeka”.
Sampai posisi bahu sih para pemain
biasanya berhasil melewatinya. Dari posisi telinga ke satu jengkal di atas
kepala, banyak pemain yang mulai mengalami kesulita. Setelahnya, dua jengkal
diatas kepala hingga posisi merdeka, disini banyak terjadi pergantian pemain.
Makanya dlu, bersyukur banget deh anak
yag punya tungkai kaki panjang, pasti selalu menang kalau main karet. Namun
jangan khawatir, untuk anak berpostur mini kayak saya, boleh menggunakan cara
lain kok, namanya apa ya saya lupa. Tapi gerakan memutar seperti baling-baling.
Tangan ditumpu ke tanah, posisi kepala di bawah, dan kaki dilentingkan
sejauh-jauhnya ke atas.
Katanya kalau sering main karet bisa
tinggi lho, Ga tau juga sih benar atau tidaknya, tapi banyak hal yang bisa kita
pelajari dari permainan ini. Bahwa semua butuh proses, kita tidak bisa
melompati posisi kepala kalau belum melewati telinga, bahu, pinggang dan lutut.
Untuk itu dibutuhkan kerja keras sebelum kita mencapai posisi puncak.
2.
Pecah
Piring
Entah ya saya kurang tahu, kalau di daerah
lain permainan ini namanya apa. Kalau di tempat saya, di Medan, tahun 90-an ya
namanya pecah piring. Bukan, bukan main lempar-lemparan piring kok. Alat yang
dibutuhkan adalah bola kasti dan pecahan asbes. Tau kan Asbes?. Asbes itu
plafon rumah yang terletak dibawah atap. Kalau sekarang sih, udah ga jaman lagi
pake asbes, orang lebih suka memakai gypsum atau triplek. Kalo ga ada asbes,
bisa diganti sama pecahan keramik, atau pecahan batu. Atau bisa campuran
ketiganya.
Bangunan sekolah, SD, SMP, masih sering
menggunakan asbes. Dan dulu di setiap gedung
sekolah selalu saja ada asbes yang bolong dan pecah. Pecahan ini dikumpulkan
untuk kemudian digunakan pada permainan pecah piring.
Cara mainnya gampang banget, kumpulkan
sejumlah anak, biasanya 8 orang, bagi jadi 2 grup. Untuk menentukan mana yang
bermain, mana yang berjaga, maka dilakukan hompimpa atau suit juga bisa. Siapa
yang kalah grupnya bertugas menjadi penjaga. Kemudian si penjaga menyusun pecahan asbes/keramik/batu
( untuk selanjutnya saya sebut piring) tadi, disusun vertical, hal ini tidak
gampang karena ukuran piring yang tidak seragam. Kemudian tumpukan piring
tersebut di letakkan di tempat yang sudah ditentuan. Kira-kira berjarak 3 meter
dibuat garis. Garis ini sebagai tempat berdiri peserta dari grup lawan. Grup lawan
melempar bola kasti ke arah tumpukan piring tadi. Begitu tumpukannya jatuh berhamburan ( pecah piring), semua peserta berlarian ke segala penjuru.
Grup lawan berusaha menyusun kembali tumpukan
piring. Hal ini tidak mudah, karena disamping ukuran keramik yang tidak
seragam, mereka juga sewaktu-waktu bisa terkena lemparan bola dari grup jaga.
Jadi di grup lawan ada yang bertugas
menghalau grup jaga agar tidak menghancurkan kembali piring yang telah disusun,
ada juga yang bertugas menyusun piring.
Sedangkan tugas grup jaga adalah mengambil bola kasti
yang dilempar tadi dan menghalau agar piring yang sudah pecah dan berhamburan
tadi tidak bisa disusun kembali oleh grup lawan. Mereka menghalau dengan cara
melempar bola kasti ke anggota grup lawan. Hanya bisa pakai bola, ga boleh
menghalau dengan cara memegang atau menarik angggota tubuh lawan.
Grup
jaga berusaha mengurangi anggota grup lawan dengan melempar bola ke arah mereka. Siapa yang terkena bola tidak
boleh main lagi. Semakin banyak yang terkena bola, maka semakin sedikit peluang
piring tersusun kembali. Kalau sampai anggota grup lawan habis terkena bola dan
piring belum tersusun maka, grup tersebut kalah. Dan permain berlanjut dengan
kedua grup bertukar tempat, begitu seterusnya.
Ni
permainan bikin sehat banget dan bikin spot jantung. Karena sepanjang permainan
kita lari-lari terus, berusaha meghindari dilempar bola. Trus deg-degan, karena
sambil nyusun piring, kita was-was kalau-kalau tiba-tiba ada bola yang malayang
ke arah kita. Duh senengnya.
Permainan
ini, asyik kalau dimainkan di lapangan terbuka. Dulu saya mainnya, sepulang
dari sekolah ngaji ibtidaiyah. Atau kalau kebetulan malam minggu dan terang
bulan.
3.
Galasin
Mungkin di tempat lain namanya gobak sodor.
Permainan ini cukup familiar. Bisa menampung jumlah peserta yang banyak. Tidak
perlu alat bantu sama sekali, karena memang tidak menggunakan alat apapun.
Peserta terdiri dari dua grup. Grup jaga, dan
grup yang main. Filosofinya permainan ini sih, pertahanan, kewaspadaan dan
strategi menembus penjagaan lawan.
Cara mainnya, pertama buat dulu kotak yang
cukup besar di tanah, cukup digaris pakai kayu. Tekan kayu agak keras ke tanah,
biar garis yang dibuat tidak mudah hilang. Kotak tersebut kemudian dibagi
menjadi enam bagian atau lebih ( tergantung jumlah pemain). Kalau mau gampang
gunakan saja lapangan badminton atau lapangan bulu tangkis, biasanya kan sudah
ada kotak-kotaknya, jadi lebih jelas garisnya.Masing-masing garis dijaga oleh
satu orang. Anak yang berjaga digaris horizontal hanya boleh bergerak ke kiri
dan ke kanan. Sedangkan anak yang berjaga di garis vertical boleh bergerrak
bebas, bahkan sampai ke luar kotak yang dibuat. Jadi ini posisi yang paling
berbahaya.
Aturan main, grup yang lebih dulu main harus
bisa menerobos pertahanan lawan sampai keluar kotak. Pemain dianggap kalah jika
ada salah satu pemain yang terkena senggol oleh grup jaga. Jadi mesti berhati-hati dan
bergerak cepat. Untuk memenangkan permainan seluruh pemaian harus lolos sampai
keluar dari kotak, maka grup tersebut dinyatakan menang.
Strateginya sih., garis yang dijaga kan
lumayan panjang, jadi saat masuk kotak pertama usahakan mengecoh penjaga dengan
membuat ia sibuk menjaga seseorang sehingga yang lain bisa bebas lewat. Lucunya terkadang si pemain sudah
berhati-hati untuk tidak terkena senggol oleh penjaga garis horizontal namun
tiba-tiba saja dia disambar oleh penjaga garis vertical yang bebas bergerak
kemana pun. Ini mengajarkan kita untuk tidak boleh lengah jika sudah bebas dari
sebuah rintangan.
Permainan ini bisa membuat keringat mengucur
jelas. Semakin gesit si pemain semakin gampang ia memenangkan permainan. Dulu kalau hari libur, bisa seharian saya main
galasin. Pulang-pulang badan hitam karena tersengat matahari.
4. Kuda
Tungging
Dari namanya saja sudah jelas ya
permainannya, ya seperti kuda nungging. Tidak ada peralatan yang digunakan.
Satu-satunya yag harus ada adalah tempat bersandar yang kokoh, usahakan bukan
dinding. Biasanya dipakai tiang listrik atau pohon kelapa.
Seperti biasa, pemain dibagi menjadi dua
grup, masing-masing berjumlah 4 sampai enam orang. Lebih banyak juga bisa, tapi
nanti kudanya terlalu panjang. Lakukan hompimpa sebelum memulai permianan. Yang
kalah bertugas menjadi kuda tungging, sedangkan yang menang bertugas menaiki kudanya.
Jadi misalnya satu grup terdiri dari 5 orang,
4 orang akan menjadi kuda, dengan cara menunduk seperti posisi rukuk, dan
berpegangan ke pinggang kuda di depannya. Kuda terdepan berpegangan ke salah
satu anggota yang berdiri dan bersandar di tiang listrik atau pohon kelapa
tadi, tujuannya agar kuda-kudanya kuat. Akan terbentuk formasi 4 kuda yang
nungging. Yang harus diperhatikan, usahakan kepala terlindungi.
Kemudian pihak pemain yang terdisi dari 5
orang juga, harus naik ke atas kuda. Semua peserta harus naik dan bertahan di
atas punggung kuda sampai salah seorang melakukan suit dengan peserta jaga yang
berdiri di tiang listrik.
Nah kebayang susahnya kan. Kudanya Cuma 4,
tapi yang naik harus lima orang. Strategi yang harus dipakai, si penunggang
kuda pertama harus bisa melompat jauh ke depan, agar temannya yang di belakang
, semua bisa naik ke atas punggung kuda. Terkadang kejadian, si penunggang
pertama tidak cukup lompatannya, sehingga ia nyangkut di punggung kuda keempat.
Akibatnya, empat orang teman berikutnya akan menumpuk di kuda nomor empat.
Disini adu fisik terjadi. Antara kuda nomor empat yang diganduli 5 pemain, atau
5 pemain akan satu persatu jatuh, karena tumpukan yang tinggi.
Kalah-menang ditentukan oleh beberapa hal.
Siapa yang menang suit dia yang menang. Atau siapa yang jatuh dari punggung kuda maka grupnya kalah.
Atau si kuda tumbang, itu juga bisa menyebabkan kekalahan.
Kalau saya pikir-pikir sekarang sebenarnya permainan ini
bahaya banget. Karena bisa tanpa sengaja kaki penunggang kuda menendang kepala
kuda.
Seingat
saya, ini adalah permainan yag paling saya sukai. Karena disini benar-benar
dibutuhkan strategi dan perhitungan yang matang agar seluruh pemain bisa naik
di atas punggung kuda. Termasuk pemilihan siapa yang menjadi kuda dan siapa
yang bertugas berdiri di tiang listrik
tanpa menjadi kuda. Tugasnya hanya melakukan suit. Nah disini beratnya,
kelanjutan permainan sangat bergantung pada hasil suit. Siapa yang menang akan
menjadi penunggang kuda. Sedangkan yang kalah menjadi kuda kembali. Permainan
ini juga mengajarkan arti kerjasama dan saling menguatkan.
5.
Patok
Lele
Ini nama lucu banget. Ga ada hubungannya sama
sekali sama lele, kok ya dibuat nama lele. Kenapa disebut patok? Ya karena cara
mainnya dengan dipatok.
Permainan ini diikuti oleh dua regu. Alat
yang digunakan terdiri dari dua batang kayu. Yang satu pendek ( lelenya) dan
satu panjang ( patoknya) yang berfungsi sebagai pengungkit atau pemukul.
Pertama-tama , buat dulu lubang di tanah untuk meletakkan
kayu yang berukuran kecil ( lele). Buat juga garis untuk menentukan batas lele
boleh dilambungkan. Tim yang berjaga berusaha menangkap.
Jika berhasil mereka memperoleh nilai 50. Namun, kalau gagal, giliran tim yang
mengungkit memperoleh nilai.
Ada beberapa tahapan permainan
Pertama, Lele diletakkan melintang di
cekungan tanah, lele didongkrak dan dilentingkan melewati garis yang ditentukan.
Jika lele
tadi tertangkap, maka giliran lawan yang melakukan pengungkitan. Tapi jika
lawan Anda tidak mampu menangkap lele tadi maka dia masih berhak melemparkan lele
tadi ke induknya (yakni tuas pengungkit atau pemukul tadi) yang diletakkan
dengan posisi melintang di atas lubang
untuk lele diungkit tadi.
Jika dalam lemparan ke induknya itu kena, berarti
lawan Anda yang memperoleh giliran mengungkit. Begitu seterusnya bertukar tempat.
Namun jika lele tidak tertangkap dan saat
kesempatan melempar lele ke induknya juga gagal, maka permainan berlanjut ke
tahap berikutnya.
Letakkan lele di cekungan tanah dengan posisi
miring 15 derajat hingga 45 derajat. Ketukkan ujung lele tadi dengan tuas
pengungkit (pemukulnya) hingga berputar vertikal di hadapan Anda. Sebelum dipukul
dengan tuas pemukul tadi sejauh-jauhnya upayakan dilambungkan beberapa kali
lebih dahulu.
Semakin banyak lele tersebut dipukul dan bertahan di udara
maka nilainya semakin tinggi., tek tek tek. Setelah dirasa cukup segera lempar
lele tersebut sejauh-jauhnya, biasanya dengan gerakan seperti ‘SMASH” ( memukul
dengan cepat dan keras) ke arah lawan. Pletakk”, lele tadi melesat jauh dari
tempatnya diungkit. Penilaian dilakukan berdasarkan seberapa jauh lele tadi
mendarat dihitung dari lubang tempat diungkit. Ngitungnya pake kayu pengungkit
tadi. Semakin jauh semakin tinggi nilainya.
Perhitungan nilainya , jika tongkat berhasil dipukul dan
tidak tertangkap, poinnya adalah 5. Namun jika lawan berhasil menangkap dengan
tangan kanan, lawan mendapat tambahan poin 5, jika dengan tangan kiri poin 10,
jika kaki kanan 15, kaki kiri 20.
Tim
yang paling cepat mengumpulkan nilai 200 adalah pemenangnya. Sementara tim yang
kalah harus menggendong pemenang mengitari lapangan permainan. Seru banget kan.
Saya
dulu biasanya pasti kebagian jadi tim yang menggendong, lah kalah terus.
Padahal udah dibuatin ayah saya patok lele yang bagus dan udah latihan
berkali-kali, Ngga bakat kali ya.
6.
Serampang Dua Belas
Atau
sering juga disebut serimbang. Yang dibutuhkan hanya batu dengan ukuran kecil
berjumlah dua belas biji. Kalau sekarang mungkin sudah modern bisa dibeli di
toko-toko mainan. Bisa juga dengan biji kenari. Nah karena dulu keluarga saya
tinggal di perkebunan, kami sering menggunakan biji sawit untuk biji
serimbangnya.
Cara
mainnya mudah saja, batu-batu tadi dikumpulkan, kemudian sebuah batu yang agak
besar dilambungkan ke atas sambil batu yang lain di serakkan. Pertama-tama batu
diambil satu persatu sampai habis. Kemudian dua dua, lalu tiga-tiga. Semakin
lama yang harus diambil semakin banyak, hingga akhirnya harus bisa mengambil
duabelas sekaligus. Kalau mau gampang, batu yang dilemparkan ke atas yang
berfungsi sebagai induk bisa diganti dengan kelereng, sehingga bisa memantul
telebih dahulu.
Paling
asik dimainkan, saat bulan puasa setelah sholat subuh. Karena tidak menguras
tenaga, dan tidak menyebabkan haus. Cukup sambil duduk-duduk di teras rumah.
7.
Tam-tam Buku
Kalau
dilihat sih seperti main naga-nagaan, atau main kereta-kerta apian. Dua orang
jadi gerbong penangkap. Mereka berhadap-hadapan dengan kedua lengan berpegangan
di atas membentuk terowongan. Anak-anak lain berbaris sambil menyanyikan lagu
tam-tam buku sambil melewati terowongan.
“Tam-tam buku seleret tangga lima
tebegel mata hantu anak belakang tangkap satu
bunyi lonceng pukul satu
teng..teng..teng..teng..tengteng...”
tebegel mata hantu anak belakang tangkap satu
bunyi lonceng pukul satu
teng..teng..teng..teng..tengteng...”
Saat nyanyian selesai, anak yang berada tepat di bawah
terowongan akan ditangkap. Kemudian ia diberi satu pertanyaan pilihan yang
sebelumnya jawaban sudah disepakati oleh kedua penjaga gerbong. Misalnya pilih
mangga atau jeruk. Jawaban yang pas dengan salah satunya akan mengambil posisi
tepat di belakang salah satu penjaga. Begitu seterusnya sampai anak yang
berbaris habis. Siapa yang pengikutnya paling banyak dia lah yang menang, dan
yang kalah harus menangkap orang yang paling belakang dari lawannya. Jadi si
lawan akan berusaha melindungi anak yang paling belakang dengan berlari
menghindari ekornya tertangkap musuh.
8. Wak Wak Udin
Sebenarnya permainan
ini ngga seru-seru amat, hanya saja lagu yang dinyanyikan lucu, makanya saya
masih ingat sampai sekarang. Kebetulan pula dulu tetangga saya ada yang namanya
wak Udin, jadi kami sering sekali
memainkan permainan ini sambil berteriak keras-keras, biar si wak Udin denger.
Mainnya gini, satu
anak bersujud, sedangkan anak-anak lain( 3 sampai 5 anak) meletakkan tangannya
di atas punggung anak yang sujud tadi sambil melingkarinya. Posisi tangan
terbuka ke atas. Lalu salah seorang anak menggenggam batu kerikil, atau biji
atau apa sajalah dan memindahkan batu tersebut pada telapak tangan tiap-tiap
anak secara berurutan sambil bernyanyi lagu wak udin.
“ Wak
wak Udin wak Udin mau kawin
Potong lembu
panjang, potong lembu pendek
Tak guntel
lewe lewe, tak guntel lewe lewe.”
( kalau ada yang
bingung, di Medan, lembu pendek itu sebutan lain untuk babi)
Saat lagu berakhir,
batu tersebut sudah berada di salah satu anak. Semua anak menggenggam
tangannya. Si anak yang bersujud disuruh menebak, di tangan siapa batu tadi.
Bila tebakannya benar, si
pemegang batu akan menggantikannya sujud atau nungging. Dan bila salah,
maka si anak yang bersujud tadi akan bersujud lagi di permainan berikutnya.
Terkadang ada anak yang ga pintar menebak, berkali-kali
salah, sehingga dia nungging terus-terusan. Kalau dalam bahasa saya di Medan,
namanya ‘ Locak’ ( kalah berkali-kali), wah itu malunya ga ketulungan, bisa
merendahkan harkat dan martabat serta menjadi aib sampai besar. Nanti kami
bakal menyorakinya sambil bilang “ Butet locak, butet Locak”. Kalau ga tahan
mental biasanya si Butet bakal nangis dan gak mau main lagi.
9. Engklek
Ini permainan perorangan. Hanya untuk dua orang anak,
biasanya sih hanya anak perempuan yang memainkan permainan ini. Pertama dibuat
dulu gambar di tanah dengan pola manusia. Ada kepalanya, bahu, dada, rok, dan
kaki. Terdiri dari kotak-kotak.
Permainan dimulai dengan melempar gacok ( sejenis kuaci yang
besar), bisa juga dengan batu. Gacok tersebut tidak boleh melewati kotak-kotak
yang digambar, harus didalmnya. Kemudian si anak akan melompat-lompat dengan
satu kaki, untuk mengambil gacok tersebut. Saat tiba di rok, ia boleh menapak
dengan dua kaki, begitu juga dengan bagian bahu.
Mula-mula gacok dilempar di bagian kaki, kemudian rok, dada,
bahu terakhir kepala. Setelah semua berhasil dilalui, tahap berikutnya adalah,
ngambil bintang. Si anak berdiri membelakangi gambar. Kemudian ia melempar
gacok melewati kepala. DImana gacok tersebut jatuh, disitu menjadi bintangnya.
Bagian yang sudah menjadi bintangnya, tidak boleh diinjak lawan mainnya.
Sehingga semakin banyak dia mendapat bintang, lawannya akan kesulitan melalui
gambar tadi. Kalau semua sudah penuh bintang, maka dilanjutkan ke bulan. Di
buat lingkaran di atas kepala. Begitu seterusnya. Yang kalah adalah anak yang
tidak berhasil mengambil gacoknya dan kembali keluar gambar dengan selamat.
10. Laga Kelatak
http://halibitonganomtatok.wordpress.c |
Pernah dengar kelatak??. Kelatak itu adalah buah dari pohon
rambung, atau pohon karet. Ya , permainan ini hanya populer di daerah
perkebunan karet. Di belakang rumah masa kecil saya adalah perkebunan karet.
Sepulang sekolah saya dan abang saya suka sekali ke sana mengumpulkan kelatak.
Buahnya bulat kecil berwarna coklat. Konon katanya kelatak yang bagus dan kuat
adalah kelatak dengan permukaan kulit yang mulus dan berwarna agak kehitaman.
Kelatak yang biasa berwarna coklat muda dengan garis-garis putih. Maka untk
mencari si kelatak unggulan, dibutuhkan usaha ekstra. Biasanya kelatak jagoan
itu tertutup diantara dedaunan dan terkubur tanah. Mungkin karena umurnya yang
lama, membuat kelatak tersebut lebih kuat dari yang baru jatuh dari pohon.
Selain untuk bermain, kelatak ini juga laku dijual. Jaman
saya SD sekilo 300 rupiah. Kalo mau nambah uang jajan , saya akan mengumpulkan
berplastik-plastik kelatak dan menjualnya ke pengumpul kelatak. Kecil-kecil
otak bisnis saya sudah jalan lho.
Nah mainnya gampang banget. Dua biji kelatak akan dilaga, dengan cara
menumpuk kedua kelatak tersebut. Kemudian dari arah atas, kelatak di pukul
dengan keras. Mukulnya pake genggaman tangan doing kok, ga pakai alat bantu apa-apa.
Kelatak yang bertahan dan tidak pecah itulah pemenangnya. Sedangkan yang pecah
kalah
.
Kalau sudah berkali-kali menang, kelatak tersebut bisa jadi
mahal harganya. Ibarat sabung ayam, dia udah jadi jagoannya lah. Makanya ada
juga yang koleksi biji kelatak. Yang dikoleksi tentu saja biji-biji kelatak
yang bagus warnanya dan juga kuat.
Penting ngga sih permainannya??? I don’t know. Tapi seneng
aja ngeliat orang laga kelatak, seru.
11. Kucing dan Tikus
Sesuai namanya sudah
bisa dibayangkan ya gimana permainannya. Persis seperti adegan Tom and Jerry di
TV. Kejar-kejaran antara si kucing dan si tikus.
Sekelompok anak
membentuk lingkaran. Pertama si tikus berada di dalam lingkaran, sedangkan si
kucing di luar. Tugasnya anak yang membentuk lingkaran adalah melindungi si
tikus agar tidak dapat ditangkap kucing. Sementara si Kucing harus berusaha
keras untuk emnagkap tikus. Jadi saat si tikus berada di dalam lingkaran,
kucing akan berusaha menerobos masuk. Anak-anak di lingkaran akan berusaha
menghalanginya dengan merapatkan lingkaran. Namun karena si kucing cerdik,
suatu saat dia bisa masuk ke lingkaran. Saat itulah si tikus harus keluar dari
lingkaran. Kalau tikus lagi ada di luar lingkaran, kucing harus dikurung di
dalam. Namun ada kalanya karena kegesitan kucing, mereka bisa sama-sama berada
di luar. Kejar-kejaran pun tak terelakkan.
Permainan berakhir
saat si tikus tertangkap oleh kucing.
Gila, ni permainan,
bikin ngos-ngosan dan bikin suara hilang. Karena kita pasti teriak-teriak ‘
“Awas kus, cepet
lari, aaaaaa”
“ Masuk sini masuk
cepetaaan “
12. Bongkar Pasang
Kalau anak
sekarang punya Barbie, maka jamannya saya kecil ada yang namanya bongkar
pasang. Dinamai seperti itu, karena memang bisa dipasang dan dibongkar berulang
kali. Mainan ini hanyalah sebuah gambar menyerupai manusia. Dilengkapi dengan peralatannya,
seperti baju, celana, topi, tas, kursi.
Pertama
gambar-gambar tersebut digunting menurut polanya.Di masing-masing baju ada
lebihan kertas untuk mengaitkan baju tersebut ke gambar orangnya. Suka-suka
deh, terserah kita mau mix and match gaya berdandan si boneka gambar.
Bongkar
pasang ini dulu saya koleksi lho. Semakin bagus bajunya semakin bangga
memiliknya. Imajinasi anak terasah disini, karena saat bermain dengan temannya,
mereka biasanya melakukan percakapan.
“ Hai Nia,
kamu lagi ngapain”
“ Aku lagi
nonton tivi nih’
“ Temenin aku
ke pasar yuk”
Kemudian si
Nia dan temennya akan berjalan bersama-sama ke pasar.
Mungkin karena kebanyakan masin bongkar pasang, makanya saya jadi suka ngomong sendri sama cermin sekarang.
13. Gambar Wayang
Namanya aja
gambar wayang, padahal gambarnya gambar Power Rangers, Gaban, Ksatria Baja
Hitam. Terdiri dari kartu-kartu bergambar. Saya suka sekali koleksi gambar
wayang ini. Kalau seri Power Ranger saya mau yang ada gambar Kimberly nya. Kalau
Ksatria Baja Hitam tentu saja saya mau yang ada Kitaro Minami, “ Berubah”.
Cara mainnya, masing-masing anak memegang gambar wayang di tangannya, trus kedua tangan diadu “ Cass”. Yang gambarnya jatuh dalam keadaan terlentang dia yang menang.
Cara mainnya, masing-masing anak memegang gambar wayang di tangannya, trus kedua tangan diadu “ Cass”. Yang gambarnya jatuh dalam keadaan terlentang dia yang menang.
Hmm sepertinya sih begitu cara
mainnya. Ada satu lagi cara main yang lain, tapi saya lupa, mohon maaf ya.
Soalnya ini mainan anak laki-laki, jadi saya jarang memainkannya.
14. Alip Buah
Ini bukan
main buah-buahan. Permainan ini satu-satunya permainan yang mana pemainnya akan
kelihatan pintar atau tidak. Dua orang anak akan berjongkok berhadap-hadapan
sambil memegang sebilah kayu. Terserah mereka seberapa tinggi posisi kayu yang
dipegangnya. Anak-anak lain harus melewati kayu tersebut tanpa boleh
tersenggol. Sambil melewatinya si anak harus menyebutkan satu pertanyaan. Kemudian
anak berikutnya harus menjawab pertanyaan yang diberikan. Yang kalah adalah
anak yang tidak bisa member jawaban pertanyaan tersebut.
Misalnya
gini, anak pertama bertanya; ‘ Sebutkan nama buah”
Maka anak
kedua dan seterusnya harus menjawab sambil melompati kayu tadi. Misalnya ‘ Jeruk”.
Jawaban tidak boleh diulang dua kali, Jika ada anak yang menjawab padahal sudah
ada anak lain yang menyebutkan nama tersebut, maka si anak harus berganti
pemain dengan pemegang kayu.
Serunya
permainan ini, karena ada aturan tidak boleh mengenai kayu dan tidak boleh
meyenggol anak lain. Jadi biasanya, si anak pertama akan langsung mengambil
posisi tepat di depan palang kayu dengan tujuan tidak ada anak lain yang bisa
masuk, Curang yah.
Pertanyaan
yang diajukan juga terserah siapa yang duluan, jadi cepet-cepetan. Mulai dari
sebutkan nama menteri, sebutkan nama negara, sampai kalau ada yang iseng
pertanyaannya jadi begini , “ Sebutkan nama pacarnya”, atau bisa juga “
Sebutkan nama bapaknya”
Dengan
bermain alip buah ini, otomatis saya dulu belajar banyak hal. Sebelum main saya
buka-buka RPUL ( Rangkuman Pelajaran Umum Lengkap) dulu, agar saya punya
pertanyaan yang sulit yang gak mungkin bisa dijawab temen-temen.
***
Nah itulah
beberapa permainan yang dulu sering saya mainkan saat kecil. Masing-masing
permainan memiliki kekhasan tersendiri. Mungkin di beberapa daerah namanya bisa
berbeda dengan aturan main yang berbeda pula. Disitulah enaknya, aturannya bisa
dibuat suka-suka.
Dengan begitu
banyaknya permainan yang sungguh seru tersebut, masa liburan sekolah terasa
sebentar sekali. Setiap hari, permainan selalu berganti-ganti tergantung
kesepakatan bersama. Jadi ngga ada yang namanya egois, mau menang sendiri. Lah
peserta nya harus rame gitu, jadi semua harus sepakat untuk memilih permainan
yang mau dilakukan.
Tapi yang pasti
ada satu persamaan dari semua permaian tersebut. Sama-sama tidak butuh uang
untuk memainkannya. Cukup halaman rumah dan pemain yang banyak.
Banyak hal yang
bisa dipelajari dari permainan-permainan itu. Kita belajar kerja sama,
kebersamaan, setia kawan, strategi, berfikir cepat.
Walaupun
kelihatannya sederhana sebenarnya banyak filosofi yang bisa diambil. Contohnya
saja permainan engklek, dibutuhkan strategi dan berfikir cepat untuk menentukan
langkah berikutnya. Demikain juga kuda tungging, walaupun kelihatannya hanya naikin
badan kawan, namun harus ada cara yang jitu agar seluruh pemain bisa berada di
atas kuda.
Permainan
tersebut juga melatih cara berfikir dan logika. Bisa juga membuat anak-anak
menjadi kreatif dengan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya menjadi mainan,
seperti patok lele dan laga kelatak diatas.
Secara
psikologis juga membuat anak-anak menjadi terbuka dengan lingkungannya. Tidak
menjadi anak yang introvert. Anak juga lebih bisa menyalurkan emosi-emosi yang
ada di dalam dirinya. Karena saat bermain biasanya kita berteriak, tertawa
melihat tingkah teman yang konyol.
Dari segi
fisik, juga membuat kemampuan motorik anak berkembang lebih baik. Sebagian
besar permainan, harus berlari, melompat dan bergerak kesana kemari.
Wah saya jadi kasihan sama anak jaman sekarang yang gak
sempat kenal dengan permainan-permainan tersebut. Seperti ponakan saya tuh,
tahunya cuma mandi bola doang. Kalau mau berenang pun harus pake kolam renang
buatan.
Padahal saya dulu bisa berenang sepuasnya di sungai belakang rumah.
Walau setelahnya saya dikurung sama ibu saya di kamar, karena dianggap telah
membahayakan nyawa adik-adik saya.
Ya gimana nggak, soalnya waktu saya mandi di sungai saya
ngajak adik saya mandi juga, padahal saat itu baru selesai hujan deras, dan
sungai dalam keadaan meluap. Sebenarnya bukan itu yang membuat ibu saya murka,
tetapi karena tak jauh dari rumah saya ada penangkaran buaya yang jebol,
sehingga ada buaya yang turut hanyut ke sungai.
O Em Jii, kalau inget sekarang
saya takut banget. Tapi sudahlah, pokoknya saya merasa menjadi anak paling bahagia deh bahkan hanya dengan bernostalgia terhadap mainan jaman kecil
dulu.
Yuk, kita lestarikan khasanah budaya kita. Anak-anak kita
berhak tahu sejarah permainan tempo dulu, kan kita juga yang membuat mereka ga
bisa main di lapangan, lah semua lahan sudah dibabat habis.
Ceritakan semua permainan ini pada mereka, kalau perlu
ajak main sekalian mengenang masa-masa kecil kita. Are You With me Friends?? Lets rock our world.
Gambar: dari berbagai sumber ( Permainan Tradisional Anak)
Hampir sama dgn di kampung halamanku di tanah Sunda, hanya namanya yg berbeda. Jadi inget masa lalu.. ah, senangnyaa..
ReplyDeletePermainan jaman baheula lebih keren ya, Wind.. mengeksplor banyak hal.. ya kreativitas, kerjasama, logika, ketangkasan, dll.
Iya mba. Waktu nulis ini aku nanya2 adekku. Kami ketawa ngakak2 ngingetnya. Ada beberapa hal yg aku sempet lupa cara mainnya. Mudah2an ga menyimpang bgt
DeleteHampir sama dgn di kampung halamanku di tanah Sunda, hanya namanya yg berbeda. Jadi inget masa lalu.. ah, senangnyaa..
ReplyDeletePermainan jaman baheula lebih keren ya, Wind.. mengeksplor banyak hal.. ya kreativitas, kerjasama, logika, ketangkasan, dll.
Mantep
ReplyDeleteJadi Inget Masa Kecil
Tapi ada juga permainan Lain Contoh nya :
12 - Kuaci
13 - Sembi (sembilan -Kartu)
14 - Guli
15 - gambar Wayang
16- Nipuin Anak Tetangga
Sebenarnya mau ditulis semua permainannya. Tp ga nemu gambar pendukungnya. Nanti yg baca malah gak ngerti. Kayak main bongkar pasang, main tebak buah ( sebutkan nama buah, sebutkan nama menteri).
DeleteBtw makasi dah mampir
zaman sudah berubah, bo... hehehe... moga sukses, mba windi
ReplyDeleteIya mba leyla, ga kerasa ya. Pengennya sih jaman tetep berubah, tp budaya yang bagus jgn berubah.
DeleteMakasi mba
awak udah kekeh2 nginget permainannya heheh soalnya dulu karena masi kecil jarang diajak maen apalagi kalo maen galasin puji suka buat team jd kalah karena g bs bedain mana lawan mana kawan abis orang yg maen kan byk heheheheh
ReplyDeleteiya la uji, kau buat locak aja poon, :)
DeleteWaah nambah lagi nih pesaing berat :)
DeleteMoga menang yah mbak. Sorry, nggak bisa komen di bawah. Bisanya numpang :D
makasi mba mugniar, duh seneng deh dianggap pesaing berat. moga menang juga bunda :)
DeleteHiiihihi patok lele, aku suka main patok lele...
ReplyDeleteMasih kurang Wind, mainan yang pake 6 biji kulit kerang n bola bekel, apa namanya ya, kalo aku (banjar) nyebutnya main sihi, waah dari pagi mpe siang gak bisa brenti dah main itu.
Trus main kelip, main lompat tali yang dibikin dari karet gelang tuh Wiind, hahahaa...
Ah si Windi mah bisa aja membangkitkan memori ane...:D
Main sihi??M lah itu ditempatku namanya serampang dua belas, tp ga pake kerang. Sebenarnya mau kutulis semua, tp takut kepanjangan. Apa ditambahin aja ya biar komplit. Ok deh, ane tulis lagi
DeleteWah, bagus banget tulisannya, mbak. Kalau saya dulu paling suka main kasti dan main tali karet (gak tau nama tepatnya). Permainan ini biasa dimainkan oleh anak-anak perempuan. Hanya cuku mengunakan alat tali yang dibuat dari jalinan karet gelang. Dua orang memegang tali, dan yang melompat. Tali ditempatkan dari mulai sebatas pinggang sampai di atas kepala.
ReplyDeleteEnniwe, semoga menang ya mbak Windi :)
iyaaa main karet gelang, aku juga suka main itu, hanya saja karena badanku imut-imut, kalau udah nyampe kepala kakinya ga nyampe hihihi.
Deletemakasi sudah mampir mbaa. Ayo ikutan juga, sekalian melestarikan budaya indonesia
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeletesaya juga sudah lama gak main. Pengen maiiiiiin pecah piring, tapi udah gak punya halaman , hiks
DeleteTerima kasih sudah mampir bung Deny :)
cAPCUS LA YA WIN,...BTW,..MAINAN "KAMI ORANG KAYA YA OMA,..YA OMA,....koq gada di muat??? btw, kalah jauh abg nge-blog nya.
ReplyDeleteLupa aku bang cara mainnya kayak mana. Kutanya adek2ku juga gak ada yg inget. Cemana bang, biar kutambahin :))
DeleteBeuuugh jgn gitu la bang raja. Kan bg raja blognya baru :D
numpang cakap ya..
ReplyDeleteblognya keren juga tuh n butuh kerja keras juga nyari dari banyak sumber ya. tapi yg paling bagus kalimat kesimpulannya tuh..mengena sekali, aku khawatir anak2ku tidak mengalami moment2 mengasyikkan seperti yg kualami dulu..main alip cendong,batalion,francis,engklek deprok,patok lele,dll..permainan itu membuat dekat dgn alam, aku jadi ingat pas di pakam dulu jalan jauh sekali hanya untuk mandi sungai di sungai 'wak lompat'..keren kali euy. yah masa kecil yang sangat berbaur...anyway..good blog and keep going.
Berarti mainan kita masih sama la ya, Galang -Pakam kan ga jauh. Iyaaaa, mandi sungai tuh asik kali, macem punya awak aja sungai nya. Makin banjir makin enak, . Thanks udah mampir. Sering-sering main di mari ya :)
DeleteKeren kak isi postingnnya
ReplyDeletemakasi Doni :D
Deletembak mau tanya,
ReplyDeletegimana caranya ngasi banner telkomsel di bawah tulisan mbak?
soalnya aku nyoba jadinya otomatis muncul disemua postingan ku..
makasi :)
dicopy paste aja link yang ada di pengumuman lomba nya di bawah tulisan kita. Gampang banget kok.
Deleteia mbak udah, makasi ia mbak..
Deletesalam kenal..
Tulisannya bagus, sepertinya layak menang nih.. he3
ReplyDeleteAmin, terima kasih adiwtalks ;))
Deleteemang seru yah permainan jaman dulu, dibikin tulisan jadi makin seru ;)
Indonesia memang mempunyai beragam permainan tradisional. Semoga sukses gan.
ReplyDeleteterima kasih.semoga sukses juga gan :)
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeletePatok Lele...Kalau dalam bahasa bugis MCCUKKEE.. saya teringat sekalai masa kecil
ReplyDeleteWah orang Bugiis, saya lagi searching sarapan khas orang bugis di google, belum nemu xixixi. Terima kasih dah mampir :)
Deletehi sis... keren infonya nih.... jadi inget masa kecil n jadi ngrasa dah tua baget skrng.. hee....
ReplyDeletebtw nitip info ya.... blogging contest 2012 carmall.com
cek link :
http://id.carmall.com/id/main/contest
ditunggu partisipasinya ya... thnx
.
segera meluncur ke tekape
DeleteWah, angle yg cukup bagus. Keren. Oia, aku juga punya tulisan serupa dengan Mba' Windi. dikunjungi yah ! ini alamatnya: http://imamuhidate.blogspot.com/2012/06/indonesia-ujung-tombak-green-blue.html
ReplyDeletekangen mainan anak2 jaman duluuu, tapi udah banyak yang lupa juga cara mainuinnya, padahal pengen ngajarin ke anak
ReplyDeleteaku paling suka permainan nomer 5, kalau di daerah Takalar, Sulsel, permainannya disebut "Cangke"
ReplyDeletekalok yg patok lele, si rmh aku namanya, luntikan
ReplyDeletekalok yg kuda tungging namanya di sini, main ular naga panjangnya...
seru semua :)
Ya ampun mbak mengingatkan masa kecilku dulu, adu biji karet di sekolah ada yang jual juga nih. Ih jadi nostalgia bener. Terima kasih ya mbak Windy sudah berpartisipasi
ReplyDeleteKelebihan permainan jaman dulu salahsatunya adalah interaksi sesama teman secara fisik. Bukan secara online
ReplyDeletegue banget tuh hampir semua permainan di atas aku suka mainin lagi kecil
ReplyDeletejaman sekarang gadget gadget gadget, semua nya serba teknologi, sampe2 bullying pun harus lewat internet
ReplyDeleteDulu aku kalo loncat karetnya bisa yang posisi merdeka, berrarti lolos jd ketua geng. ahahahahaha
ReplyDeletewah,,,itu mainan masa kecil saya semua,,selain itu ada juga gasing, main kelereng, main congklak,petak umpet,hembus karet yang ditumpuk, main tembak tembak dr bambu yg pelurunya buah hapadan sejenis kayu semak agak keras sebesar telor cicak, main perang perangan pakai pistol pelepah pisang yang di kerat lalu ditegakkan masing masing keratan dan di pukul,main prosotan pakai pelepah pinang,masih banyak tapi lupa namanya.rasaya masa kecil itu puas dan full main..saking aktif main sana sini,lari sana sini pe ceking plus hitam..hahahha...
ReplyDeletemantaf... jd inget tmn masa kecil.... di Aceh
ReplyDeletemantaf... jd inget tmn masa kecil.... di Aceh
ReplyDeleteiya benar banget kak, dulu main mah gampang banyakan sama teman, kalau anak-anak sekarang sukanya main hp bukan yang tradisional, kalau sebagian besar yang di sebutkan di atas pernah saya mainin waktu kecil tapi sebagian lagi gak tahu atau mungkin nama permainannya yang beda kali ya.. hhe
ReplyDelete