Bahaya Partikel

Sunday, April 29, 2012

Judul Novel : Partikel
Penulis       : Dewi Lestari
Penerbit     : Bentang Pustaka
Akhirnya setelah sempat terpotong beberapa kali, saya berhasil juga menyelesaikan   “ Partikel” nya Dee.

Dari keempat serial Supernova, menurut saya Pertikel lah juaranya. Membaca rangkaian Supernova, saya membayangkan Dee berkutat dengan bertumpuk literature yang bikin kening berkerut dan mata berkedut. Kalau saja Dee mempelajarinya di bangku universitas mungkin saat ini ia sudah mengantongi gelar S yang bertumpuk, karena begitu fasihnya ia berbicara tentang ilmu fisika quantum, mikologi , antropologi, bio-energi dan semua disiplin ilmu yang membuat saya begitu takjub bisa dicerna dan dibahasakan kembali dalam bahasa sastra. 

Sama seperti di buku-buku sebelumnya Dee sepertinya terobsesi dengan ilmu pengetahuan dan asal muasal kehidupan. Seingat saya di di tiga buku yang lalu Dee juga pernah membahas tentang hal ikhwal penciptaan Adam dan Hawa serta penyebab terusirnya mereka dari surga. Di Partikel, kembali hal tersebut dimunculkan. Bahkan bagian ini cukup menyita perhatian saya.

Saat Zarah mendebat guru agamanya dan mengemukakan teori lain yang didengarnya dan dibacanya dari jurnal Firas ayahnya, bahwa manusia berasal dari gabungan tiga spesies, Homo erectus, Nefilim dari planet Nibiru  dan makhluk ekstraterestrial dari Sirius. 

Sampai disini saya sedikit tercengang. Walaupun ini fiksi, baru ini saya mendengar konsep penciptaan manusia seperti ini ( karena saya muslim, saya percaya penciptaan Adam versi AlQuran). 

Di pendapat yang kedua Zarah mengemukakan bahwa asal muasal manusia dari makhluk Atlantis yang kawin dengan orang-orang dari peradaban yang lebih terbelakang sehingga lahirlah manusia. Kira-kira seperti itu.

Sebelum membaca Partikel, beberapa waktu lalu saya sempat membaca dari wall seorang teman, tentang pendapat dari ahli tafsir, bahwa bangsa Atlantis ataupun dinasti  Rama merupakan 3 umat terdahulu sebelum nabi Adam, yaitu Banul Jan, Banul Ban, dan Ijajil dari golongan jin. Yang terakhir malah berbadan dan berdarah. Dari golongan 3 umat terdahulu itulah bumi pernah mengalami 3 kali kiamat ( berbeda dengan di dalam novel, Firas menceritakan terjadi 2 kali kiamat sebelumnya ). Disini diceritakan Adam diutus Tuhan untuk menjadi khalifah di muka bumi, yang artinya berarti menjadi pemimpin bagi umat-umat terdahulu. Selengkapnya baca disini

Mau tidak mau saya jadi setidaknya berfikir tentang asal muasal Adam ini.

Bagian kedua yang lagi-lagi membuat saya terkesiap adalah saat Zarah meragukan keberadaan Tuhan, dengan menganalogikan benda-benda seperti telepon dan mobil yang jelas diketahui siapa penciptanya karena ada nama dan foto yang membuktikannya. Namun tidak demikian dengan alam semesta.

“ Kenapa ciptaan sepenting dan sebesar ini tapi penciptanya tidak bisa dilihat? Tidak bisa dibuktikan ?”

“ Cuma karena ada jutaan orang lain yang punya kepercayaan seperti abah, bukan berarti abah paling benar kan?’

Pertanyaan yang dijawab dengan bogem mentah dari si Abah-kakeknya-.

Lagi-lagi Dee mempertanyakan keeksistensian sang maha segalanya di novel-novelnya.
Terus terang saya salut dengan keberanian Dee mengangkat isu-isu yang selalu menjadi perdebatan berbagai golongan tersebut, baik ilmuwan maupun kaum agamais.

Selain masalah penciptaan diatas, Partikel seperti novel-novel Dee yang lain mengaitkan segala sesuatu di alam ini dengan ilmu pengetahuan, sebab akibat. Di sini ,mikologi dalam hal ini “Fungi” (jamur) mendominasi dan menjadi asal muasal permasalahan yang menghubungkan cerita dari awal sampai akhir.  

Di tengah-tengah juga diceritakan tentang alien, circle crop dan portal-portal yang menghubungkan bumi dengan alam lain, seperti segitiga Bermuda dan piramida giza, yang nantinya bakal menjadi benang merah sebab musabab hilangnya Firas dari keluarganya. ( Saya jadi teringat “ Konspirasi hari Kiamat” nya Sidney Sheldon )

Secara pribadi, Partikel memberikan tambahan ilmu pengetahuan yang tidak sedikit bagi pembacanya. Seperti membaca fiksi sains. Namun ada beberapa bagian yang membuat saya melewatkan begitu saja paragraph-paragraph yang tersaji karena beberap informasi yang terlalu berat dicerna otak saya, khususnya penjelasan mengenai "enteogen". Data yang bertubi-tubi membuat saya kehilangan fokus sejenak.

Setting cerita yang berpindah-pindah turut memperkaya novel ini. Mulai  dari Bogor dan misteri bukit jambulnya, hutan Kalimantan dan ekosistem yang ada di dalamnya, kisah cinta dan penghianatan di London, sampai perjalanannya di benua Afrika yang eksotis.

Saat Zarah berada di hutan Kalimantan, saya seolah-olah ikut ada di paru-paru dunia tersebut. Kisah penyelamatan orang utan, perpisahan Zarah dan Sarah – bayi orang utan yang diasuhnya- membuat saya merasakan keharuan yang sama.

Bahkan saya turut berdebar saat Zarah harus berhadapan dengan beruang, dan lari tunggang langgang dibawah pengawasan tiga ekor singa saat menjalankan profesinya sebagai photographer wildlife.

Kisah diakhiri dengan pengalaman spiritual Zarah bertemu dengan makhluk lain dan dialog saling memaafkan dengan abahnya yang ternyata sudah meninggal dunia. Kemudian ditutup dengan ditemukannya surat yang menjelaskan perihal nama dirinya, Zarah yang berarti Partikel.

Selesai membaca Partikel saya bergumam kepada diri saya sendiri, saya rasa memang sebagian pertanyaan tidak perlu ditanyakan, cukup diyakini dalam hati. 

Seperti pertanyaan tentang cinta, sampai sekarang pun tidak ada defenisi yang benar-benar teruji, namun kita bisa merasakan kehadirannya walau tak berwujud secara kasat mata. Kita bisa tersakiti, bisa tertawa, bisa tersenyum olehnya.

Mungkin seperti itulah pertanyaan tentang Tuhan. Kita bisa merasakan kehadirannya walaupun kita tidak bisa melihat Nya dengan mata telanjang kita. Bahkan setiap kita bersedih atau bersyukur terhadap sesuatu, nama Nya lah yang kita sebut. Seperti cinta, kita yakin Ia ada disekitar kita.

Jujur saja, novel ini adalah salah satu novel terbagus yang pernah saya baca. Namun saya ingatkan kepada anda yang belum membacanya, BERHATI-HATILAH, seperti halnya Virus, “Partikel “ bisa menjangkitimu dan menggerogoti keyakinanmu secara halus, pelan tapi mematikan, sehingga saya mengatakan Novel ini BERBAHAYA.




3 comments on "Bahaya Partikel"
  1. aq malam ini juga ru sempet membacanya,,, bener2 fantastis...

    ReplyDelete
  2. Sepakat, dengan penutup akhirnya mbak. Berhati-hati!!!

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature